Mereka menunduk dengan wajah memerah dan nafas yang terengah. Suasana masih terasa canggung walaupun film sudah berganti adegan menjadi lebih cerah. Jadi, masing-masing diri memutuskan untuk kembali fokus sambil menenangkan diri.
Setelah film selesai, ruangan kembali terang. Sasuke bernapas lega karena dirinyalah yang paling tersiksa menahan diri untuk tidak menyerang Hinata lagi.
"Kau ingin kemana setelah ini?" Tanya Sasuke.
"Aku ingin pulang." Jawab Hinata. "Sebenarnya aku tidak izin pada ayahku saat menginap dengan Sasuke-kun. Dia berpikir aku menginap di rumah temanku. Kau tidak keberatan untuk menjelaskan kepada ayahku? Sekaligus memberitahukan hubungan kita."
Sasuke mengangguk. "Tentu. Aku justru senang kita tidak menjalani hubungan sembunyi-sembunyi dibelakang ayahmu."
.
.
.
.
.
.Sasuke menelan ludahnya melihat Hiashi sedang mengurusi tanaman di halaman rumahnya. Ia mengumpulkan mental dan menurunkan egonya untuk siap dimarahi oleh sang calon mertua.
"Ayo, Sasuke-kun." Kata Hinata sambil keluar dari mobil.
Hiashi yang melihat Hinata sedang bergandengan tangan dengan Sasuke langsung menatap tajam Sasuke, bahkan lebih tajam dari sebuah silet.
Sasuke kembali menelan ludahnya melihat Hiashi yang seperti siap membunuhnya. Ditambah lagi pria tua itu sedang memegang erat sebuah parang.
"Selamat sore, Hyuuga-sama." Sapa Sasuke sambil membungkuk.
Hiashi hanya bergumam singkat membalas sapaan Sasuke.
Suasana menjadi canggung. Sasuke melirik ke arah Hinata dan gadisnya itu hanya tersenyum memberi semangat pada Sasuke.
"Sepertinya saya harus memanggil Hyuuga-sama 'ayah mertua' karena saya dan Hinata hari ini resmi berpacaran." Jelas Sasuke sambil mencoba tersenyum. "Dan mohon maaf Hinata harus menginap di tempatku tadi malam untuk merawatku yang sedang sakit."
Hiashi terdiam, lalu menjatuhkan parangnya. Ia menghampiri pasangan baru itu dan menarik Hinata untuk berdiri dibelakangnya.
"Berani-beraninya kau..." Hiashi mengepalkan tangannya.
Sasuke langsung berlutut dihadapan Hiashi. "Jika mencintai anakmu itu salah, silahkan pukul saya, Hyuuga-sama. Tapi jangan buat saya berpisah dengannya."
PLAK!
Telinga Sasuke langsung berdenging sesaat setelah Hiashi menamparnya. Ia bisa merasakan darah mengalir dari bibirnya yang pecah.
"Tamparan itu untuk Hinata yang menginap di tempatmu tanpa seizinku." Kata Hiashi tegas.
"Ayah, seharusnya ayah memukulku karena akulah yang ingin menginap di tempatnya." Jelas Hinata. Air matanya langsung mengalir melihat Sasuke yang tertunduk kesakitan.
"Tidak, Hinata. Aku memang pantas menerimanya karena aku yang memintamu untuk tetap tinggal." Kata Sasuke dengan kepala yang masih tertunduk.
"Ayah-"
"Masuk!"
Hinata tak bisa melawan ayahnya lagi jika sudah membentak seperti itu. Mau tidak mau ia harus meninggalkan Sasuke dan ayahnya.
"Berdirilah." Kata Hiashi.
Sasuke berdiri dengan kepala yang masih tertunduk.
"Kau benar-benar mencintainya?" Tanya Hiashi.
Sasuke menangguk.
"Kenapa hanya mengangguk? Jawab aku dengan benar!"
Sasuke tersentak. Ia langsung menegakkan kepalanya dan menjawab. "Ya, Hyuuga-sama. Saya sangat mencintainya."
Hiashi terdiam sambil menatap tajam Sasuke. Tak bisa ia tutupi bahwa ia lega melihat kesungguhan Sasuke.
"Kalau kau menyakitinya, aku dan leluhur Hyuuga di langit sana akan membuat hidupmu tidak tenang. Jadi, jangan sekali-sekali kau berani menyakitinya. Kau mengerti?"
"Ya, Hyuuga-sama."
Hiashi menepuk bahu Sasuke. "Pergilah masuk ke rumah. Minta Hinata untuk mengobati lukamu."
Sasuke menghela napas lega dan tersenyum lebar. "Terima kasih Hyuuga-sama."
Hiashi mengangguk, lalu kembali mengambil parangnya dan melanjutkan kegiatannya.
"Sasuke-kun!" Hinata berlari menghampiri Sasuke yang memasuki ambang pintu. "Maafkan aku. Seharusnya aku tidak usah menyuruh-"
"Aku tidak apa-apa." Sasuke menggenggam tangan Hinata untuk meyakinkannya.
Hinata meneteskan air matanya kembali sambil menempelkan es batu yang dibungkus kain di pipi Sasuke. "Baru pacaran saja kau sudah begini."
"Aku justru lega dan sangat senang ayahmu membiarkanku berpacaran denganmu."
"Benarkah?"
Sasuke mengangguk. "Benar. Kau juga senang, kan?"
Hinata tersenyum. "Tentu saja. Terima kasih. Kau benar-benar membuktikan omonganmu."
"Aakh!" Rintih Sasuke saat Hinata membersihkan luka di bibir Sasuke.
"Maaf, aku akan lebih berhati-hati." Hinata semakin maju mendekati Sasuke, lalu mendekatkan wajahnya agar ia bisa berhati-hati membersihkan luka bibir itu.
Sasuke mengepalkan tangannya dan mengumpat dirinya yang tiba-tiba teringat dengan ciuman mereka di private cinema tadi. Matanya tidak bisa lepas dari bibir Hinata.
"Gila!" Kata Sasuke sambil mundur menjauhi Hinata.
Hinata terkejut mendengarnya. "Gila? Apa maksudmu, Sasuke-kun?"
"Tidak. Bukan apa-apa."
Hinata menatap curiga Sasuke. "Jangan-jangan Sasuke-kun mengatai ayahku karena kesal?"
"Bukan!" Kata Sasuke cepat. "Aku yang mengatai diriku gila."
"Kenapa?"
"Kau benar-benar ingin tahu alasannya?"
"Iya, apa?"
Sasuke mendekatkan dirinya dan berbisik. "Aku teringat ciuman kita tadi dan aku ingin melakukannya lagi sekarang."
Hinata langsung terbelalak dan memukul lengan Sasuke. "Kau memang gila, Sasuke-kun! Obati dirimu sendiri!"
"Bagaimana aku bisa? Lagipula ayahmu menyuruhmu untuk mengobatiku."
Hinata menyipitkan matanya. "Aku tidak akan pernah mengizinkanmu untuk menyentuhku jika Sasuke-kun berani macam-macam padaku sekarang."
Sasuke menghela napasnya. Sungguh berat bagi dirinya sore ini. Diancam oleh mertua dan pacarnya dengan ancaman yang tidak main-main.
"Aku akan menutup mataku agar tidak tergoda." Kata Sasuke.
"Terserah." Hinata kembali melanjutkan mengobati luka Sasuke.
"Astaga! Hei kak! Kau mau mati? Bagaimana kalau ayah melihatmu berduaan disini?!" Kata Hanabi berteriak kalut saat tak sengaja lewat ruang tamu dan melihat mereka.
"Tidak baik teriak-teriak begitu pada kakakmu dan pacarnya." Kata Hiashi sambil melewati mereka yang berada di ruang tamu.
Hanabi menganga tak percaya. Sedangkan Sasuke dan Hinata hanya tersenyum.
"Wah!" Hanabi bergumam dengan perasaan tak percaya. "Kalian berpacaran?? Ayah menyetujuinya?!"
"Senang bertemu denganmu lagi, adik ipar." Sasuke melambai singkat, lalu kembali menutup mata menunggu Hinata selesai mengobati lukanya.
"Aku ingin menangis." Kata Hanabi. "Aku iri kalian bebas berduaan. Bahkan di rumah ini dan ayah menyetujuinya. Kapan aku bisa seperti kalian?! Aku juga mau."
Hanabi berlari ke kamarnya dengan perasaan kesal. "Menyebalkan!"
"Urus saja kuliahmu dulu!" Teriak Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
RomanceSasuke Uchiha, pria berumur 33 tahun itu jatuh cinta pada Hyuuga Hinata. Tapi sayangnya, si Uchiha yang terkenal angkuh dan sombong itu justru tidak berani mengungkapkannya sehingga Hinata menjadi milik orang lain. Hal itu membuat Sasuke hancur dan...