BAB 2

2.4K 301 22
                                    

Sasuke tersenyum sambil berdiri di balkon apartemennya. Pandangannya menatap ke depan dengan pikirannya berputar di momen ia bertemu dengan Hinata tadi. Ia benar-benar kembali ke masa lalunya lima tahun kebelakang. Inilah kesempatannya untuk mengubah takdirnya.

Bel suara apartemennya memecah lamunan Sasuke. Saat ia membuka pintu, Sai muncul dengan menatap heran Sasuke.

"Kau baik-baik saja?"

Dengan tersenyum, Sasuke menggangguk.

Senyuman Sasuke membuat Sai semakin menatapnya aneh. "Kau serius?"

Sasuke kembali mengangguk. "Aku sangat baik. Masuklah."

Sai melangkah melewati Sasuke dengan tatapan heran. Apakah Sasuke sedang dalam mood yang bagus? Sebelumnya ia tidak pernah melihat Sasuke dengan sisi hangatnya itu.

"Karena kau tidak masuk hari ini, aku mengantarkan dokumen yang harus kau tanda tangani. Besok sudah harus dikirim." Kata Sai sambil mengeluarkan dua map besar.

"Besok jadwalku apa?" Tanya Sasuke sambil membuka map itu.

Sai membuka tabnya dan membaca jadwal Sasuke. "Rapat pemegang saham di Itech, rapat dengan investor yang kau tunda hari ini, pertemuan internal perusahaan. Oh! Jangan lupa ada laporan yang kau harus kau selesaikan cepat di kantor."

Sasuke mengusap wajahnya. Semua jadwalnya penting, bagaimana ia bisa meluangkan waktunya untuk bertemu dengan Hinata?

"Ada masalah?" Tanya Sai.

Sasuke terdiam sejenak, lalu menghela napas lemah. "Aku ingin bertemu dengannya besok. Tidak, tidak hanya besok tapi setiap hari."

"Ha? Maksudmu siapa?"

"Hyuuga Hinata."

"Siapa dia?"

Sasuke menyentuh dadanya. "Dia orang yang sangat aku cintai. Aku hampir mati saat kehilangannya."

Sai mengernyit kebingungan. ia tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya dan kenapa bisa Sasuke mencintainya sampai seperti itu. "Aku tidak pernah mendengar namanya."

"Tentu saja kau tidak pernah mendengar namanya karena dia orang asing bagiku sebelumnya."

Sai semakin tidak mengerti.

Sasuke menghela napas. "Dia orang yang baru kutemui saat ini, tapi..."

Sai menggelengkan kepalanya heran melihat Sasuke. "Kau begitu mencintai orang asing yang baru kau temui? Kau terlihat aneh."

Sasuke mendengus pelan. Percuma saja menjelaskannya kepada Sai. "Intinya, aku mencintainya. Tugasmu sekarang, susun ulang jadwalku. Mulai hari ini aku tidak ingin terlalu sibuk."

Sai menghela napas kasar. "Bagaimana bisa orang berubah dengan cepat?"

"Kau tak perlu mengerti kondisiku sekarang. Aku hanya tidak ingin kehilangan Hinata untuk kedua kalinya. UC Corp akan baik-baik saja dan stabil dalam waktu lima tahun ke depan. Percaya padaku."

Sai terdiam menatap Sasuke.

Sasuke tersenyum sambil menepuk pundak Sai. "Tahun ini kita akan dapat laba yang lebih besar. Aku akan membuat pesta kantor untuk kerja keras kalian."

"Semoga saja."

***

"Hinata-chan! Ada yang mencarimu." Panggil Sakura.

Hinata mengerutkan keningnya. "Siapa?"

"Aku yang harus bertanya padamu. Kau punya pacar ya?"

Hinata menggeleng. "Tidak."

"Ayo cepat kita ke lobi."

Sakura menarik Hinata menuju lobi kantornya. Setelah sampai, mereka mendapati seorang pria bersetelan jas rapi dengan buket bunga mawar merah yang cukup besar.

"Kau..." gumam Hinata sambil mencoba mengingat pria itu.

"Sasuke. Aku harap kau masih mengingatku."

Hinata mengangguk. "Ah! Iya, Sasuke-san."

Sasuke tersenyum. "Aku senang kau masih mengingatku."

"Kenapa Sasuke-san ada disini?"

Sasuke berpikir sejenak, lalu menjawab sekenanya, "Aku mencarimu untuk membalas kebaikanmu. Ini untukmu."

Para rekan kerjanya dan Sakura yang melihat Sasuke memberikan bunga ditambah dengan senyuman manis Sasuke itu seakan ingin meleleh. Sedangkan Hinata merasa.... entahlah, ia justru tidak merasakan apapun.

Hinata menerima buket bunga itu dengan ragu.

"Kau tidak suka?" Tanya Sasuke. Hatinya mulai khawatir melihat reaksi Hinata yang tidak sesuai dengan ekspetasinya. "Bunga ini sebagai tanda terima kasihku karena kemarin kau sudah menyelamatkanku."

Hinata terdiam sejenak, lalu tersenyum sambil mengangguk. "Sasuke-san tidak perlu berlebihan seperti ini. Untuk yang kemarin tidak masalah bagiku."

Perasaan Sasuke berubah panik. "Terlalu berlebihan? Jadi, kau tidak suka? Kalau kau tidak suka, aku akan membelikan yang baru."

Hinata menggeleng cepat. "Tidak! Bukan seperti itu. Aku suka. Terima kasih."

Sasuke tersenyum lega. "Syukurlah. Terima kasih juga karena telah menyukainya."

Hinata mengangguk dengan hati yang bingung karena sikap Sasuke. Ia belum pernah bertemu dengan orang asing yang sikapnya seperti Sasuke.

"Kalau begitu, aku permisi dulu." Kata Hinata sambil membungkuk sedikit pada Sasuke.

"Jangan pergi lagi!" Kata Sasuke sambil menahan lengan Hinata. "Maksudku, tunggu sebentar."

Hinata menatap heran Sasuke.

"Kau mau makan malam denganku?"

Hinata terdiam sambil berpikir.

"Aku sangat berharap bisa makan malam denganmu." Tambah Sasuke untuk meyakinkan Hinata.

Hinata mundur sedikit, lalu menggeleng pelan. "Sepertinya... aku tidak bisa."

"Hinata!" Panggil Sakura. "Tunggu sebentar ya Sasuke-san. Aku ingin mengobrol sebentar dengan Hinata."

"Ada apa Sakura-chan?" Tanya Hinata bingung sambil mengikuti Sakura yang menariknya ke lorong di dekat lobi.

"Hinata sadarlah!" Kata Sakura. "Dia menyukaimu. Kau tidak menyadari itu? Pergilah! Sudah saatnya kau punya pacar."

Hinata menggeleng. "Dia... dia itu orang asing, Sakura-chan. Kami baru bertemu kemarin, bagaimana bisa aku percaya begitu saja."

"Baru bertemu sekali?"

"Iya. Kami hanya pernah bertemu sekali. Sikapnya terlalu berlebihan. Aku justru curiga dan takut."

Sakura terdiam.

"Sudahlah! Aku akan menolaknya."

"Tunggu dulu. Sayang sekali kalau kau menolaknya. Dia itu sepertinya sangat menyukaimu dan kulihat pun tidak ada niat buruk di dirinya.  Lagipula bos sedang pergi dan kau tidak perlu lembur, jadi kau bisa pergi."

"Tapi-"

"Coba saja! Dia benar-benar berharap padamu. Gadis mana yang mampu menolaknya? Kau beruntung Hinata."

Hinata terdiam, lalu mengintip dari balik tembok melihat Sasuke yang masih menunggunya. "Baiklah."

Hinata kembali berjalan menghampiri Sasuke.

"Bagaimana?" Tanya Sasuke untuk memastikan.

Hinata mengangguk. "Aku mau. Tunggu sebentar ya Sasuke-san. Aku mengemasi barangku dulu."

Sasuke kembali tersenyum dengan perasaan senang.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang