BAB 14

1.3K 191 21
                                    

"Baiklah, bisa kita mulai rapatnya?"

"Bisa bos."

"Iya bos."

"Siap bos."

"Jadi, karena kita sudah melakukan perekrutan karyawan baru. Ada beberapa orang disini yang mendapatkan kenaikan jabatan."

"Kumohon itu aku, Kami-sama." Kata Sakura pelan.

Hinata menggenggam tangan Sakura. "Aku yakin kau termasuk."

"Selamat kepada Sakura-san. Kau menjadi kepala divisi pemasaran."

Semua orang bertepuk tangan.

"Terima kasih bos!"

"Ini berkas yang berisi data staff divisi pemasaran."

"Baik bos!"

"Selanjutnya, selamat kepada Hinata-san. Kau menjadi kepala editor. Ini berkasnya."

Semua orang kembali bertepuk tangan.

"Terima kasih bos." Hinata membungkuk terima kasih, lalu mengambil berkas yang diberikan oleh bosnya.

Hinata langsung membuka berkasnya untuk melihat staff yang akan bekerja dengannya. Tangannya berhenti membalik halaman berkas itu ketika matanya menangkap sebuah cv yang dilengkapi dengan foto. Jantungnya langsung berdegup kencang melihat sebuah nama yang termasuk ke dalam 3 staffnya.

'Uzumaki Naruto'

Hinata langsung memegang dadanya. Tiba-tiba dadanya terasa sakit dan nafasnya sesak. Ia tidak punya riwayat penyakit jantung ataupun asma, tapi kenapa tubuhnya begini hanya melihat nama itu.

"Hinata, kau baik-baik saja?" Tanya Sakura. Ia mulai panik melihat Hinata yang sudah pucat.

"Hinata!" Bosnya ikut panik.

Hinata mencoba untuk duduk tegak, tapi badannya sudah sangat lemah. Akhirnya ia pasrah dan membiarkan tubuhnya ambruk.

.
.
.
.
.

Hinata membuka matanya. Pandangannya langsung mengarah ke Sasuke, Sakura, dan bosnya yang sedang berbicara dengan dokter.

"...shock. Mungkin dia punya riwayat trauma pada sesuatu sehingga membuatnya shock. Istirahat yang cukup sudah bisa memulihkan kondisinya. Saya permisi dulu."

"Terima kasih dokter." Kata Sakura. "Syukurlah tidak perlu di rawat inap."

Setelah dokter pergi, Sasuke langsung mencengkram kerah baju si bos. "Kau apakan dia hah?!"

"Sasuke-kun!" Hinata berteriak sekuat tenaga untuk menghentikan Sasuke.

Sasuke langsung melepaskan si bos, lalu menghampiri Hinata. "Hinata, kau sudah sadar?"

"Jangan menyerang bos seperti itu. Bos tidak salah apa-apa. Minta maaf padanya." Kata Hinata.

Sasuke terdiam sejenak.

"Tidak perlu Hinata. Aku mengerti kenapa Uchiha-sama bersikap seperti itu." Kata bosnya.

"Maafkan aku bos." Kata Sasuke, lalu membungkuk.

"Ah! Tidak masalah. Tidak perlu membungkuk seperti itu."

Sasuke kembali fokus pada Hinata, lalu menggenggam erat tangan Hinata.

"Ayo bos kita pergi." Bisik Sakura sambil menarik tangan bosnya. Mereka langsung pergi meninggalkan Hinata bersama Sasuke.

"Kenapa kau bisa seperti ini?" Tanya Sasuke khawatir.

"Aku..." Hinata terdiam. Ia kembali teringat dengan berkas yang ia buka di kantor tadi.

"Hinata?"

Hinata mengerjapkan matanya. "Aku tidak apa-apa."

"Kau yakin? Kudengar kau naik jabatan. Apakah itu memberatkanmu?"

"Sama sekali tidak. Aku senang."

"Kalau ada apa-apa bilang saja padaku."

Hinata mengangguk. "Iya."

Sasuke mengelus pipi Hinata dengan lembut. "Aku mohon jangan sakit. Aku tidak bisa melihatmu lemah begini."

Hinata langsung mendudukkan dirinya. "Aku baik-baik saja. Lihat! Aku sudah boleh pergi dari sini, kan?"

Sasuke panik melihat Hinata berdiri begitu saja tanpa bantuannya. "Hinata tenanglah! Kau jangan membuatku jantungan lagi."

"Aku sungguh sudah baikan. Ayo kita pergi. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di kantor."

"Kau ingin kembali ke kantor?"

Hinata mengangguk. "Aku ingin menyelesaikan pekerjaanku."

"Lebih baik kau kerjakan besok saja. Kita pulang."

"Tidak bisa. Lagipula aku sudah baikan."

"Hinata-"

"Sudahlah Sasuke-kun. Biarkan aku kembali bekerja, ya?"

"Kita pulang sekarang."

"Aku ingin kembali bekerja."

Sasuke mengepalkan tangannya. "Cukup Hinata!"

Hinata terkejut melihat Sasuke yang tiba-tiba membentaknya. Ia langsung mundur perlahan menjauhi Sasuke.

"Maaf." Kata Sasuke menyadari tindakannya yang membuat Hinata terkejut. Sasuke meraih tangan Hinata. "Aku terbawa emosi. Aku hanya tidak ingin kau-"

"Baiklah. Aku akan pulang." Hinata langsung melepaskan tangannya dari Sasuke.

Sasuke kembali meraih tangan Hinata. "Maafkan aku. Aku akan mengantarmu."

"Lepas!" Hinata dengan kasar menepis tangan Sasuke. "Tenangkan dirimu dulu. Aku tak ingin kau membentakku lagi."

Hinata langsung berlari pergi dan tidak memerdulikan Sasuke yang mencoba mengejarnya.

"Eh? Ada apa dengan mereka?" Tanya bos heran melihat Sasuke yang mengejar Hinata.

"Astaga! Mereka bertengkar?" Tanya Sakura yang ikut terheran. "Jangan-jangan karenamu bos."

"Kenapa jadi bos?"

"Seharusnya bos terima saja dipukul oleh Sasuke-san."

Bos menggeram kesal. "Kurang ajar kau! Kau mau aku turunkan jabatanmu?!"

"Ampun bos!"

.
.
.
.
.

"Tadaima."

"Kakak? Awal sekali kau pulang?" Tanya Hanabi.

Hinata hanya mengangguk tanpa menjawab sepatah kata pun.

Hanabi semakin terheran. "Kak! Kau baik-baik saja?"

Hinata tak menjawab dan langsung masuk ke kamarnya. Air matanya jatuh begitu ia sampai di kamarnya. Ia merasa sangat sedih sekali. Entah ini sedih karena Sasuke membentaknya atau karena ada alasan lain.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang