BAB 19

1.6K 206 12
                                    

Hinata berlari menghampiri Sasuke yang sudah menunggunya di depan gedung. Ia sudah tidak tahan dengan rasa sakit yang ada di hatinya. Ia harus mengakhiri rasa sakit yang menyiksanya ini.

Sasuke tersenyum lebar menyambut kedatangan Hinata. "Kau tidak harus berlari untuk menghampiriku."

Hinata terdiam sejenak untuk menenangkan dirinya, lalu menatap Sasuke.

"Sasuke-kun,"

Senyum Sasuke luntur. Ini pertama kalinya ia mendengar Hinata memanggilnya yang terdengar sedih dan putus asa. Jantungnya mulai berdebar tak karuan. Perasaannya menjadi gelisah dan khawatir.

"Ada apa, Hinata?"

"Ayo kita menikah."

Pernyataan itu merupakan hal yang paling ditunggu. Tapi, melihat kesedihan dan keputusasan di mata Hinata membuat Sasuke tidak bersemangat.

"Kau yakin?" Tanya Sasuke.

"Bukankah ini yang Sasuke-kun inginkan?"

"Tapi, apakah kau juga menginginkannya sama seperti aku?"

Hinata terdiam. Kepalanya mengangguk tapi entah kenapa ada keraguan yang terselip di hatinya. Rasa sakit di hatinya kembali menyerangnya. Ia tak mampu lagi membendung air matanya.

"Hinata!" Sasuke menjadi panik melihat Hinata menangis. Hatinya ikut merasakan sakit melihat Hinata yang menangis.

"Aku tidak tahu kenapa aku menangis." Kata Hinata disela tangisnya. "Maafkan aku."

Sasuke terdiam. Tangannya yang memegang bahu Hinata menjadi lemas. Kakinya melangkah mundur menjauhi Hinata.

....Terkadang takdir tidak bisa diubah. Berhati-hatilah dalam bertindak atau semuanya akan sia-sia...

"Terkadang takdir tidak bisa diubah." Gumam Sasuke sambil mengepalkan tangannya. "Apakah bersamaku itu salah? Apakah begitu menyakitkan jika kau bersamaku? Tidak bisakah kau memilih aku sebagai masa depanmu?"

Hinata menghapus air matanya dengan cepat. "Jangan seperti itu, Sasuke-kun. Aku menangis bukan karena tidak bahagia bersamamu."

"Kau menangis karena dia kan? Naruto?"

Napas Hinata tercekat. "S-sasu-"

"Cukup."

Hinata tak bisa berkata-kata. Tiba-tiba sikap Sasuke berubah dingin. Akhirnya dalam suasana diam yang mencekam, Sasuke mengantar pulang Hinata.

***

"Kau baik-baik saja?" Tanya Sai melihat Sasuke termenung dengan wajah putus asa.

"Aku sama sekali tidak baik." Jawab Sasuke lemah.

"Kenapa? Bukankah kau malam tadi menghabiskan waktu bersama Hinata."

"Tidak jadi."

Sai menahan tawanya. "Pantas saja."

"Sai."

Sai merinding mendengar Sasuke memanggil namanya dengan nada putus asa. "Hei Sasuke! Kenapa kau jadi menyeramkan begini?"

"Kau percaya takdir bisa diubah?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Jawab saja!"

Sai tersentak karena Sasuke tiba-tiba membentaknya. "Aku percaya. Mungkin bisa diubah."

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang