BAB 4

1.6K 228 18
                                    

Sasuke mengedarkannya pandangannya diantara bunga-bunga yang segar. Ia bepikir sejenak mengingat-ingat bunga apa yang disukai Hinata. Bunga mawar merah kemarin sepertinya tidak berhasil. Tiba-tiba sekelibat bayangan dimana ia sedang memperhatikan Hinata dari jauh sedang memegang bunga matahari sambil duduk menunggu di halte bus. Disana Hinata terlihat senang dengan pipinya yang merona.

Sasuke tersenyum lebar, lalu meraih buket bunga matahari yang dipajang dan sudah dirangkai. Setelah membayarnya, ia bergegas menuju kantor tempat Hinata bekerja.

.
.
.
.
.

"Eh? Sasuke-san?" Sakura melangkah menghampiri Sasuke yang sedang berdiri di pintu masuk kantor. "Mencari Hinata?"

Sasuke mengangguk pelan. "Dimana dia?"

"Seharusnya ini jam pulangnya, tapi sepertinya dia belum pulang. Mungkin dia sedang beristirahat di rooftop gedung."

"Aku akan menyusulnya. Terima kasih."

Sakura menghela napasnya. "Semoga saja kehadirannya bisa membuat Hinata melupakan Naruto."

Langkah Sasuke terhenti. Telinganya menangkap nama seseorang yang sangat tidak asing baginya. Ia berbalik menghadap Sakura.

"Barusan kau bilang apa?" Tanya Sasuke.

Sakura mengernyitkan dahinya. "Emm... Semoga saja kehadirannya bisa membuat Hinata melupakan Naruto?"

"Naruto. Kau kenal dia? Apakah Hinata sudah mengenalnya?" Tanya Sasuke cemas.

"Kau kenal dia juga? Naruto itu cinta pertama Hinata. Bodohnya Hinata sulit untuk melupakannya."

"Sekarang dimana Naruto itu?"

Sakura mengangkat bahunya. "Entahlah. Semenjak lulus SMA, dia menghilang bagai ditelan bumi."

Sasuke terdiam sambil berpikir keras.

"Untuk apa kau menanyai Naruto? Kau temannya juga?"

"Tidak apa-apa. Aku harus pergi menyusul Hinata. Sekali lagi terima kasih."

Sasuke menaiki tangga dengan cepat menuju lantai atap gedung. Saat membuka pintu rooftop itu, matanya langsung mendapati Hinata sedang duduk di kursi sambil memejamkan mata menikmati sinar matahari sore. Sasuke tersenyum lebar sambil terpaku melihat Hinata. Bahkan dalam keadaan diam seperti itu Hinata berhasil membuat hatinya bergetar.

Perlahan kaki Sasuke melangkah mendekati Hinata. Buket bunga yang ia bawa itu ia jadikan penghalang untuk meneduhkan wajah Hinata. Hinata langsung membuka matanya saat menyadari ada sesuatu yang menghalangi sinar matahari menyentuh wajahnya.

"Astaga!" Ucap Hinata terkejut melihat Sasuke yang tiba-tiba berdiri di hadapannya.

Sasuke tersenyum. "Harapanku untuk bertemu denganmu lagi hari ini terwujud."

"Sasuke-san..."

"Untukmu."

"Lagi?" Dengan ragu Hinata mengambil buket bunga itu.

"Kau tidak suka aku memberimu bunga?"

"Sasuke-san, ini terlalu ber-" Hinata terdiam saat menyadari buket bunga itu dipenuhi rangkaian bunga matahari.

"Kau tidak suka?"

Hinata terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan. "Sasuke-san tahu bunga matahari ini kesukaanku?"

Sasuke mengangguk, tapi sedetik kemudian ia menggeleng cepat. "Aku hanya menebaknya. Baguslah jika kau suka."

Hinata tertunduk sambil menatap bunga itu.

Sasuke mengerutkan keningnya.  "Kalau kau suka, kenapa wajahmu kelihatan sedih begitu?"

"Bukan sedih, aku hanya teringat seseorang."

"Siapa?"

Hinata menghela napasnya, lalu bangkit dari duduknya. "Sasuke-san tidak perlu tahu. Terima kasih atas bunganya. Aku permisi dulu."

"Hinata," Sasuke menahan tangan Hinata. "Apakah seseorang itu adalah orang yang kau cintai?"

Hinata melepaskan tangannya dari Sasuke sambil mundur beberapa langkah. "Aku harus pulang sekarang."

"Baiklah. Kalau begitu, aku akan memberikanmu bunga yang bisa membuatmu teringat padaku."

Hinata tak menanggapinya dan langsung pergi dari hadapan Sasuke. Sedangkan Sasuke terduduk lemah di kursi yang sebelumnya di duduki Hinata.

"Naruto..." gumam Sasuke sambil mengepalkan tangannya. Ia lupa jika pria itu ambil peran besar di hidup Hinata. "Tidak akan aku biarkan mereka bersama lagi."

***

"Tadaima."

"Oh sudah pulang? Eh apa itu ditanganmu?" Hanabi menghampiri Hinata dan mengambil buket bunga itu. "Bunga matahari? Apakah ini dari-"

"Aku lelah. Aku ke kamar dulu." Hinata dengan langkah lemah berjalan ke kamarnya.

"Kakak! Dia sudah kembali?"

Hinata menggeleng sambil mengambil kembali buket bunga itu.

"Yang kutahu hanya dia yang selalu memberimu bunga ini. Kalau bukan dia, lalu siapa?"

"Sudahlah aku tidak ingin membahasnya."

Hinata menghela napas panjang sambil masuk ke dalam kamarnya. Kakinya melangkah menuju meja kerjanya dan tangannya tergerak untuk mengambil sebuah foto yang tertempel di dinding. Di foto polaroid itu menampilkan dirinya yang sedang tersenyum sambil memegang setangkai bunga matahari dan disampingnya ada pria blonde yang juga tersenyum.

Foto itu membuatnya sedih dan senang secara bersamaan. Anehnya lagi ia masih memajang foto itu meskipun ia sangat ingin melupakannya.

"Apakah kau takdirku sehingga aku sulit untuk melupakanmu?" Tanya Hinata sambil menatap foto itu. "Kenapa aku yakin kita akan bertemu lagi suatu saat nanti, Naruto-kun?"

Pandangan Hinata beralih ke buket bunga yang ia letakkan di meja. Tanpa ragu ia membuang bunga itu di tempat sampah. "Aku suka bunganya, tapi aku tidak suka kalau kau yang memberikan nya, Sasuke-san."

***

Sasuke mengacak rambutnya dengan gusar. "Hah! Aku bahkan tidak bisa berpikir karena dia!"

"Karena Hinata?" Celetuk Sai.

"Aku harus memastikan Naruto tidak bertemu dengannya."

Sai mendecak heran. "Siapa lagi itu Naruto? Kenapa kau jadi aneh akhir-akhir ini?"

"Kau tidak akan mengerti kalau kujelaskan." Sasuke menghela napas panjang. "Lebih baik beri aku saran bagaimana cara agar seseorang cepat jatuh cinta padaku."

Sai memutar bola matanya. "Tanpa melakukan apapun kau sudah bisa membuat wanita tergila-gila padamu."

"Aku tahu."

"Lalu, kenapa kau masih bertanya? Apakah Hinata tidak tertarik padamu?"

Sasuke menunduk lemah.

Sai terbelalak melihat respon Sasuke. "Wah! Si Hinata itu luar biasa. Bahkan kau membawakan bunga untuknya dan dia masih tidak tertarik padamu? Aku jadi semakin penasaran padanya."

Sasuke menatap tajam Sai. Rahangnya mengeras. "Kau-"

"Aku tahu. Kau tidak perlu marah."

Sasuke mendecak kesal sambil melihat jam tangannya. "Gara-gara kau aku jadi terlambat menemui Hinata."

Sai mendengus kesal sambil melihat kepergian Sasuke. "Kenapa jadi menyalahkanku?"

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang