BAB 3

1.9K 260 32
                                    

Hinata melongo melihat tempat dimana ia makan malam dengan Sasuke.

"Aku sengaja menyewa lantai restoran ini agar kita lebih nyaman makan malam tanpa diganggu orang ramai." Jelas Sasuke.

Hinata terdiam dengan perasaan tidak enak.

Lagi-lagi Sasuke melihat reaksi Hinata yang diluar dugaannya. Biasanya wanita akan senang dengan makan malam romantis seperti ini, tapi Hinata malah terlihat bingung. Ia bahkan sempat adu mulut dengan Sai karena ia meminta Sai secara mendadak mencarikan restoran romantis yang bisa disewa untuk makan malam private.

"Kau tidak suka? Aku bisa mencari tempat lain jika kau tidak suka disini."

Hinata menatap Sasuke sambil tersenyum. "Aku suka, Sasuke-san. Aku hanya tidak enak karena merepotkanmu."

"Sama sekali tidak merepotkan. Aku senang jika kau senang."

Senyum Hinata semakin lebar. "Terima kasih, Sasuke-san. Aku sangat menghargainya."

Jantung Sasuke semakin berdebar tak karuan. Hatinya sangat senang sehingga rasanya ingin meledak. Ia setengah mati menahan dirinya untuk tidak memeluk Hinata karena ia benar-benar senang. Ini adalah pertama kalinya ia makan malam berdua dengan Hinata. Lima tahun sebelumnya ia bahkan tidak pernah duduk berdua seperti ini karena mereka memang hanya sebatas kenalan saja.

"Silahkan." Kata pelayan sambil memberikan buku menu.

Setelah memesan, mereka terdiam canggung ditemani dengan musik saxophone romantis yang ditampilkan secara live. Sasuke berpikir keras untuk mencari topik pembicaraan. Ia tidak biasa memulai interaksi.

"Bagaimana kondisimu, Sasuke-san? Sepertinya kau sudah baik." Tanya Hinata memecah keheningan.

"Ya, aku sudah sangat baik." Kata Sasuke sambil menegakkan badannya.

Hinata terdiam sejenak, lalu terkekeh pelan. Dibalik wajah datar dan dingin Sasuke, ia bisa melihat kegugupan di dalam diri pria itu. Ternyata pria yang terlihat kuat seperti Sasuke bisa merasakan gugup.

Sasuke terpaku pada tawa ringan Hinata. Dalam sekejap, dunianya hanya terfokus pada Hinata sehingga ia tidak menyadari pelayan datang mengantarkan pesanan mereka.

"Sasuke-san?"

Sasuke masih melamun menatap Hinata.

"Sasuke-san?"

Hinata mengerutkan keningnya, lalu melambaikan tangannya dihadapan Sasuke.

Sasuke mengerjapkan matanya dan tersadar. "Maaf."

"Kau baik-baik saja?"

"Aku hanya terpesona pada tawamu. Kau semakin cantik jika tertawa."

Hinata terdiam sejenak, lalu tersenyum canggung. "Ternyata Sasuke-san orang yang blak-blakan."

"Aku tidak suka basa-basi. Apakah itu mengganggumu?"

"Jangan pedulikan aku. Bersikaplah seperti dirimu sendiri, Sasuke-san."

"Aku takut jika sikapku membuatmu tidak suka padaku. Aku ingin membuatmu nyaman bersamaku."

Hinata berdehem untuk menghalau perasaan canggungnya. Sikap Sasuke lagi-lagi membuatnya bingung.

"Aku makan dulu Sasuke-san. Ittadakimasu!"

.
.
.
.
.

"Terima kasih atas makan malamnya, Sasuke-san."

"Aku juga berterima kasih karena bersedia makan malam denganku."

"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu."

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang