Hinata menata bunga lavender di vas bunga kaca. Karena bunga yang diberikan Sasuke itu banyak, jadi ia membawa sebagian untuk menghiasi meja kerjanya. Setelah selesai, ia duduk sambil menatap bunga itu. Tidak buruk juga menambahkan bunga di meja ini, pikirnya.
***
Seminggu kemudian...
"Selesai!" Kata Hinata sambil meregangkan badannya.
"Hinata-chan!" Panggil Sakura sambil menghampiri Hinata.
"Ada apa Sakura-chan?"
"Maaf, hari ini kita tunda saja ya makan malam bersama. Aku ada urusan mendadak." Jelas Sakura.
Hinata mengangguk. "Baiklah. Tidak apa-apa."
Sakura mendecak heran melihat bunga lavender yang sudah sangat layu di meja Hinata. "Kau tidak berniat membuangnya? Kurasa sudah seminggu lebih kau tidak menggantinya."
"Sudah selama itu?" Gumam Hinata yang juga ikut menatap bunga itu.
"Beli saja yang baru!"
"Akan aku buang nanti."
"Ya sudah, aku duluan ya."
"Iya, hati-hati."
Setelah kepergian Sakura, Hinata bersiap-siap pulang.
"Permisi. Saya ingin membersihkan ruangan ini." Kata penjaga kebersihan yang datang ke ruangan kantor.
"Iya! Silahkan."
"Hinata-san, dari kemarin saya ingin bertanya." Kata penjaga itu sebelum Hinata keluar.
Hinata berbalik. "Apa itu?"
"Bunga ini. Apakah mau saya buangkan?"
Hinata menatap bunga itu yang sudah layu, lalu mengangguk. "Buang saja. Terima kasih."
Saat ia berjalan keluar kantornya, tiba-tiba ia teringat sesuatu.
Aku selalu ingin berada di dekatmu, tapi aku akan pergi untuk perjalanan bisnis selama seminggu. Jadi biarkan bunga ini sebagai pengganti kehadiranku.
"Sasuke-san..." Ia berlari kembali ke kantornya.
Sesampainya ia di ruang kantor tempat meja kerjanya berada, ia mendapati penjaga kebersihan itu sudah selesai membersihkan ruangan itu dan ingin berpindah ke ruangan yang disebelahnya.
"Tunggu! Bunganya sudah dibuang ya?"
"Sudah, Hinata-san."
"Dimana bunga itu dibuang?"
Penjaga itu menatap tempat sampah yang dibawanya.
"Maaf, saya tidak jadi membuangnya. Biarkan saya mencarinya." Kata Hinata, lalu membongkar tempat sampah itu. Tak lama kemudian, ia mendapatkan bunga itu walaupun dalam kondisi yang tidak utuh.
Setelah itu, ia kembali ke mejanya dan meletakkan kembali bunga itu di vas.
***
Keesokan harinya...
"Masih belum kau buang? Bahkan bunga itu sudah tidak berbentuk." Komentar Sakura. "Oh! Jangan-jangan bunga itu dari orang yang spesial ya? Siapa dia?"
"Bukan dari siapa-siapa. Aku hanya tidak bisa membuangnya." Jawab Hinata sambil fokus merapikan mejanya.
"Kenapa?"
Hinata terdiam. Ia juga bingung kenapa dirinya enggan untuk membuang bunga itu.
Sakura membelalakkan matanya. "Ya ampun! Aku baru ingat. Pasti dari Sasuke itu kan? Siapa lagi kalau bukan dia. Hanya dia yang belakangan ini rajin memberimu bunga."
Hinata hanya diam sambil menghela napasnya.
"Ngomong-ngomong kemana dia? Kenapa aku sudah jarang melihatnya akhir-akhir ini?"
"Dia sedang ada perjalanan bisnis."
Sakura tersenyum jahil. "Pantas saja kau tidak membuangnya karena untuk mengobati rasa rindumu ya?"
Hinata membelalakkan matanya. "Aku rindu padanya? Tidak mungkin."
"Jangan malu untuk mengakuinya."
"Aku serius. Aku tidak punya perasaan apa-apa padanya."
Sakura mengernyit. "Mustahil kau tidak punya perasaan padanya. Bagaimana bisa? Kulihat perlakuannya padamu sangat manis. Dia mempermainkanmu ya?"
"Dia orang yang baik. Aku juga merasa dia tidak mungkin mempermainkan aku."
"Lalu, bagaimana bisa kau tidak memiliki perasaan padanya?"
"Aku... tidak tahu."
Sakura mendengus kesal. "Jangan bilang karena si kuning itu. Kau masih menyukainya?"
Hinata terdiam, lalu mengambil tasnya. "Ayo kita pergi."
Sakura menahan Hinata. "Tunggu! Kau benar-benar.... ah! Hinata, dia hanya pria bodoh. Dia meninggalkanmu Hinata! Bagaimana bisa kau masih menyukainya?"
"Sudahlah, Sakura-chan. Aku tidak ingin membahasnya." Hinata menatap sendu Sakura. "Lagipula, aku sudah tidak memikirkannya seperti dulu. Mungkin hanya hatiku yang belum bisa menerima orang lain. Kalau hatiku terbuka, aku pasti sudah menerima cinta Sasuke dari dulu."
Tangan Sakura bergerak merangkul Hinata. "Kalau begitu, terima saja perlakuan baik si Sasuke itu. Siapa tahu itu akan membuka hatimu."
Ucapan Sakura membuatnya terdiam. Pikiran Hinata terfokus pada kalimat terakhir yang diucapkan Sakura. Menurutnya, ada benarnya juga ucapan Sakura itu. Selama ini ia selalu menolak perlakuan baik Sasuke. Mungkin hal itulah yang membuatnya semakin sulit membuka hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
RomantikSasuke Uchiha, pria berumur 33 tahun itu jatuh cinta pada Hyuuga Hinata. Tapi sayangnya, si Uchiha yang terkenal angkuh dan sombong itu justru tidak berani mengungkapkannya sehingga Hinata menjadi milik orang lain. Hal itu membuat Sasuke hancur dan...