23. Kritis

73 7 1
                                    

"kalo gw ada disaat itu ... Semua ini gak bakal terjadi."

•••••••

Operasi sudah selesai, Ansel tadi sempat pulang untuk memberikan kabar nya kepada kedua orang tuanya.

Ya, dia menceritakan semuanya, semua tentang Val dan semua yang terjadi kepada gadis itu. Orang tuanya bangga kepada putra mereka, dia benar-benar sudah dewasa.

Tidak masalah bagi mereka jika anak mereka melakukan semua itu demi orang yang ia suka walau orang itu tidak menyukai nya kembali, karena jodoh itu sudah ada yang mengatur.

Saat ini Ansel tengah berlari di lorong rumah sakit, dia langsung berjalan menuju ruangan Val.

Saat hendak masuk, seorang dokter yang menangani Val keluar dari sana dan menatap pria itu.

"Beruntung anda sekarang ada disini, operasi berhasil tetapi pasien koma," ucap dokter itu dengan suara lirih.

Ansel terkejut. "Ko -- koma?" Ucap Ansel.

"Ya, hanya ada sedikit kemungkinan pasien akan sadar, jika tidak, kemungkinan nyawa pasien tidak terselamatkan," ucap dokter itu membuat Ansel terkejut.

"Tidak terselamatkan? Dokter! Lakukan yang terbaik untuk Val! Saya tidak mau kehilangan dia!" Ucap Ansel kepada dokter itu.

"Kami akan melakukan yang terbaik," ucap dokter itu kemudian pergi meninggalkan Ansel.

Ansel berjalan masuk, dia melihat Val yang saat ini tengah berjuang antara hidup dan mati, terlebih lagi banyak selang selang yang menempel di wajah gadis itu.

Ansel duduk di sebelah brankar tempat tidur Val, dia langsung menggenggam tangan gadis itu yang sedang tak berdaya.

"Lo harus bertahan, untuk gw, kakak lo, sama Elang," ucap nya dengan lirih sambil menggenggam tangan Val.

Dia mengelus kepala Val dan tersenyum miris menatap keadaan gadis itu sekarang, dia benar-benar sekarat.

"Gw belum kasih tau ini sama Kakak lo, gw harap lo bangun biar kakak lo gak akan tau soal ini, dan dia gak perlu khawatir kayak yang lo bilang," ucap Ansel sambil tersenyum kearah gadis itu.

Air mata mulai jatuh membasahi wajah pria itu, dia benar-benar merasa bersalah walaupun dia tidak melakukan kesalahan.

"Seharusnya gw ada waktu Alin ngejahatin lo, dan semua gak bakal terjadi. Val, bangun," ucap nya sambil menangisi gadis itu.

Tring!

Handphone Ansel berbunyi, terlihat panggilan masuk dari Erland. Dia langsung mengangkat telepon itu dan telepon itu langsung terhubung.

"Halo?" Ucap Ansel sambil menghapus jejak air mata nya.

"Lo kenapa dah? Suara lo serak gitu? Nangis lo? Ih, kek cewek nangis nangis bombay."

"Gw gak nangis, kenapa lo nelepon gw?"

"Lo gak ikut nongki nih, kita lagi di cafe tempat nongkrong kita biasa, tapi si Elang bawa si Alin, gw sebel njirr, kita kek nyamuk di buat ama si onoh."

"Gak, gw gak bisa datang."

"Kenapa? Biasanya soal nongki me nongki lo langsung nomor satu? Lo lagi di mana emang?"

"RS"

"LO SAKIT, NGAB?! SAKIT APA? TBC?!"

"ngaco! Gw lagi di rumah sakit nemenin seseorang."

"Siapa nich? Aww babang Ansel kalo udah ucap seseorang pasti orang penting, kamu selingkuh ya dari akoh"

"Geli! Gw lagi nemenin Val."

"Val?! Dia kenapa?!"

"Gara gara sahabat kembaran lo, tumor Val kumat, dan ya ... Dia lagi koma, dokter bilang sedikit kemungkinan dia bakal sadar. Kalo aja Val gak sadar, bilang ke Alin, gw ga bakal segan segan buat tu anak menderita."

"Tumor?! Lo dimana?! Gw mau kesana?!"

"RS Mitra Jaya, ruangan VIP nomor 23. Dan jangan pernah bawa si Alin!"

Tit!

Ansel mematikan handphone nya sebelum Erland semakin menjadi jadi dan membuat telinga nya harus di periksa di THT.

Ansel menaruh handphone nya di nakas, dia langsung menatap gadis yang masih terbaring lemah di depannya.

Dia mengelus kepala gadis itu kemudian mengecup keningnya sekilas.

"Gw bakal jaga lo disini sampe lo sadar," ucap nya kepada Val yang masih terbaring lemah.

Ansel langsung duduk di sofa yang ada di ruangan itu, dia langsung merebahkan tubuhnya di sofa sambil memainkan handphone nya.

Tak lama kemudian pintu terbuka dan memperlihatkan Erland dan Hyugo sambil menenteng sebuah plastik berisi makanan.

"Eyyo, kita datang cek," ucap Erland kepada Ansel.

"Cuma lo berdua?" Ucap Ansel sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Iya. Btw Val kasian banget, gw juga sebenarnya rada srek ama Video yang di tunjukin si Gina, gw lihat hidung Val merah sama ada bekas darah, tapi di video itu ga ada nunjukin," ucap Erland sambil menatap kearah Val yang terbaring lemah.

"Gausah bahas itu disini, gw muak denger nama sahabat kembaran lo," ucap Ansel sambil membongkar isi dari tas plastik Sidomart yang di beli mereka.

"Tau nih, si Buaya," ucap Hyugo sambil menoyor kepala Erland.

"Kemana kembaran lo? Kenapa dia gak ikut?" Tanya Ansel kepada Erland.

"Ga tau, dia cuma hm hm doang," ucap Erland sambil memperlihatkan komuk nya seolah meniru gaya Elang.

"Udah gw duga, dia gak bakal peduli," ucap Ansel sambil tertawa kecil.

"Gw greget pengen teriak di telinga Val, siapa tau dia bangun karena tekejod," ucap Hyugo kepada mereka.

"Ya ga gitu juga, Bambang," ucap Erland sambil menoyor kepala Ansel.

"Off baperan," ucap Hyugo kepada Ansel.

"Ini nih yang bikin gw kesel, bukan nya minta maaf malah bilang if bipirin," ucap Erland sambil menyindir pria di sebelahnya.

"Udah diem, ini rumah sakit," ucap Ansel melerai mereka berdua sebelum mencapai jenjang debat DPR.

"Ck ... Gimana ya caranya supaya gw tau kejadian yang sebenarnya?" Ucap Erland sambil menatap keatas.

"Gw juga bingung, yang benar siapa sih? Si Val apa si Alin?" Tambah Hyugo. "Ga mungkin Val, dia kan kalem, gak juga sih, tapi di banding si Alin, lebih bagus attitude nya ya si Val"

"Huh ... Alin itu udah pernah gw liat ngebully anak anak yang menurut nya culun, gw sering lihat, cuma gw gak perduli, tapi kali ini beda, dia betul-betul udah keterlaluan," ucap Ansel sambil mengepalkan tangannya.

"Hm ... Di WC ga ada CCTV, coba kalo ada, udah ketahuan," ucap Hyugo.

"Si goblok, ya ga mungkin lah, enak banget yang jaga CCTV, tiap hari ngeliat, kan gak boleh," ucap Erland sambil memukul kepala Hyugo.

"Gw tau! Pasti alasan si Alin milih toilet karena ga ada CCTV," ucap Ansel membuat dua orang itu langsung menatapnya.

"Iya! Nah itu! Pasti itu! Tapi gimana cara ngebuktiin kalo dia salah?" Ucap Erland.

"Lo tau Marley?" ucap Ansel dijawab gelengan oleh keduanya. "Lo berdua tau kalo dia mesum?"

"Apa hubungannya?" Ucap Erland heran.

"Gw yakin dia naruh kamera kecil di kamar mandi anak cewek, soalnya waktu sore pulang latihan Volley, gw liat dia keluar dari sana," ucap Ansel. Seketika mereka berdua langsung paham apa yang dimaksud oleh Ansel.

"Berarti ... Gw tau! Oke kita bakal bantuin lo," ucap Hyugo yang dibalas anggukan oleh Erland.

Arunika Untuk Kanigara {Sequel Of YOUNG Z MOM} (END) ✓ (GHS GEN 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang