5

863 137 8
                                    

Yoora melangkahkan kakinya dengan cepat. Walau dirinya dicap jelek oleh dua orang tadi, seenggaknya informasi penting didapat.



Sowon, Sowon. Selama kembali menuju lapangan ia terus mengucap ulang nama siswi tadi. Ternyata Jeonghan masa lalunya.



Lapangan kali ini ramai karna kelas atas mulai memasuki jam pelajaran yang sama. Hal itu sedikit membuat Yoora takut untuk bicara pada Jeonghan.



"Jeong. . ."



"ya! Jeonghan-a, minggu depan ada tanding lho, ikut gak?"



Baru mau memanggil, salah seorang kakak kelas mendahului. Kepala Yoora langsung menoleh ke arah lain. Ia sangat terlihat.



Jeonghan sendiri gak sempat mendengar panggilannya. Ia sibuk membuat kesepakatan pada cowo tadi. Padahal di satu sisi ada perempuan yang mau memberitahu sesuatu.



Setelah jam pelajaran olahraga selesai, Yoora mengganti pakaian dengan tergesa gesa. Ia kebelet banget untuk bicara pada Jeonghan.



Begitu ia membuka pintu toilet, seseorang berdiri di atas wastafel. Tiba tiba jantungnya berdegup kencang, kakinya gemetar, bahkan perutnya merasakan gejolak aneh.



Kedua orang itu saling melihat. Namun Yoora langsung mengubah pandangannya.



Baru mau meraih pintu, siswi yang ada di depannya tadi langsung menarik paksa keluar dari kamar mandi. Sedari tadi, ia sudah tahu bahwa akan ada sesuatu buruk yang terjadi.



Halaman luas belakang sekolah yakni tempat penindasan terjadi, Yoora didorong ke dinding. Ia tersungkur ke tanah. Bagian dengkul kakinya secara tidak sengaja tergores, menimbulkan luka sayatan.



"buru buru banget?"



"Sowon-ssi, mianhe" ringis Yoora.

"Sowon-ssi, mianhe" ringis Yoora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis jangkung, Sowon. Ia tertawa mendengar suara bergetar Yoora. Ah, pasti sangat ketakutan. Tapi apa boleh buat? Si anak baru mendengar ucapannya di toilet tadi.



Permintaan maaf berulang Yoora seperti angin lewat. Sowon hanya menatap sinis si anak baru yang masih duduk di tanah.



"emangnya Jeonghan mau percaya?"



Ia menyeka tangisannya.



"percaya sama anak seorang psycho yang kemungkinan besar memiliki sikap sama dengan ayahnya?"



Lagi dan lagi. Meminta pada paman untuk pindah sekolah apa diperbolehkan? Dalam sebulan, ia sudah bersekolah di 6 tempat, termasuk sekarang.



Katakan padanya bahwa masih ada tempat yang tidak merundungnya. Menjaminkan keselamatan mental. Juga menghidupkan kembali semangat hidupnya.



𝗺𝗶𝘀𝘂𝗻𝗱𝗲𝗿𝘀𝘁𝗮𝗻𝗱𝗶𝗻𝗴 - 𝗷𝗲𝗼𝗻𝗴𝗵𝗮𝗻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang