39

505 91 34
                                    

Pak Yoon dijatuhi hukuman penjara selama 25 tahun atas perbuatannya. Tidak hanya membunuh, ia juga menyalahkan Lee Sang Yeob, menyembunyikan fakta dan malah hidup bebas dengan status seorang polisi.



Yoora pikir hidupnya ialah kehidupan yang paling hancur, ternyata tidak. Jeonghan harus mendengar jelas ketukan palu hakim yang menyatakan ayahnya dipenjara.



Untung ia tidak memiliki ponsel sekarang. Jika punya, pasti grup chat kelas akan ramai dan nantinya Jeonghan akan ditindas.



Ia mengambil cuti kuliah selama sebulan. Bukan main deh ucapan para mahasiswa. Mereka bukannya menyemengati, justru membicarakan.



Kali ini Sowon tidak bertingkah. Perempuan itu duduk diam di kursinya, sama seperti Yoora.



"Ra, gue turut sedih deh atas hukuman bokapnya Jeonghan" tiba tiba salah seorang mahasiswi datang bersama 2 temannya.



Yoora hanya menoleh sebentar, lalu menarik napas dan menatap kembali layar laptop. Bukannya sombong, berita Jeonghan lagi naik di kampus. Mereka pasti akan membahasnya.



Karna direspon tidak sopan, mahasiswi itu malah melanjutkan inti pembicaraan.



"gila, Ra. Kalo gue jadi lo sih gue bakalan minta putus sama Jeonghan"



"pacaran sama anak seorang psikopat nggak banget"



Yoora melepas airpodsnya. Sudah sedari tadi, mulai dari grup chat kelas, perpustakaan hingga di toilet pun semua membicarakan Jeonghan.



Rasa geram yang memenuhi diri Yoora langsung membuatnya beranjak dari kursi.



"kalo gue jadi lo sih gue bakalan les mulut sama attitude" balas Yoora pada mahasiswa itu.



"Ra, ngapain sih mandang attitude sama anak psikopat? Mereka aja membunuh orang yang gak salah . . ."



"yaa lo harusnya juga mikir dong. Lo sendiri membicarakan orang yang gak bersalah. Emangnya Jeonghan yang membunuh? Kan, bokapnya" potong Yoora.



Perseturuan antarkedua mahasiswi tersebut menarik perhatian kelas. Mereka ikut beranjak dari kursi, beberapa ada yang berusaha memisahkan.



"lo pernah denger pepatah buah jatuh gak jauh dari pohonnya gak? Gue yakin lo pasti tau artinya, Ra"



Yoora mengangguk. Ia memang tahu maksud dari pepatah itu.



"gak heran deh kenapa lo gak punya attitude begini. Orang tua lo pasti minim attitude juga, kan?"



Balasan Yoora pada lawannya itu membuat ia hampir mendapatkan pukulan keras. Kalau saja seseorang terlambat datang, pasti pipi Yoora sudah merah sekarang.



Kedua mata yang terpejam dibuka perlahan. Seorang perempuan berdiri di depan, menahan lengan mahasiswi yang tengah berseteru dengannya.



"lho kok marah? bukannya Yoora benar ya?"

"lho kok marah? bukannya Yoora benar ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"kalau lo gak punya attitude berarti orang tua lo jugalah"



Mahasiswi itu terkejut, "S–Sowon?"



Entah alasan Sowon membela Yoora karna ia melindungi Jeonghan atau memang geram dengan sikap mahasiswi, intinya semua terkejut melihatnya.



Setelah kelas selesai, Yoora menghentikan Sowon sebelum ia keluar. Namun, Sowon menepis tangannya.



"makasih udah nolong tadi" ucap Yoora.



Sowon tidak membalikan badan, "gak usah berpikiran lebih. Gue ngebantu lo karna Jeonghan"



Begiru Sowon melanjutkan langkahnya lagi, ponsel Yoora berdering. Panggilan masuk dari Jeonghan. Sontak ia mengangkatnya.



Jeonghan ingin bertemu di cafe Yeji. Sudah cukup lama mereka tidak mengunjungi cafe itu.



Sesampainya di tempat, Yoora menoleh kesana kemari. Jeonghan melambaikan tangan di ujung ruangan. Ia sudah memesan es kopi dengan ice cream di atasnya.



Melihat keadaan Jeonghan membaik, Yoora jadi lega. Wajahnya tidak murung lagi. Mungkin mulai terbiasa seiring berjalannya waktu.



"di kampus rame ya?" tanya Jeonghan.

"di kampus rame ya?" tanya Jeonghan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yoora diam. Ia tidak mau mengangguk, nanti menyakiti hati Jeonghan.



"Yoora, aku mau berhenti kuliah"



"hah?!"



"papa dipenjara, sedangkan mama nganggur di rumah"



Yoora menaruh gelas berisi es kopinya.



"tapi, sayang banget kalau harus berhenti, Han"



Jeonghan menghela napas. Ia tidak mau kerja sambil kuliah, pasti jadwalnya akan padat. Lagipula ada banyak perusahaan yang membuka lowongan kerja. Jika harus mengambil part time, Jeonghan bersedia juga.



Mau bagaimana pun Yoora harus mengerti dengan keadaan si pacar. Ia mengangguk, ikut menyemangati Jeonghan.

𝗺𝗶𝘀𝘂𝗻𝗱𝗲𝗿𝘀𝘁𝗮𝗻𝗱𝗶𝗻𝗴 - 𝗷𝗲𝗼𝗻𝗴𝗵𝗮𝗻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang