31

501 89 25
                                    

Jeonghan. Yoora pikir, saat pertama kali bertemu dengannya, ia ketua kelas yang baik. Ternyata ada banyak rahasia yang tersembunyi dan secara gak sengaja ada sangkut paut dengan dirinya.




Tepat saat kembang api meledak di langit, Yoora tersenyum. Ia mengangguk tanpa ragu, berhasil membuat Jeonghan girang gak karuan.




"serius, Ra? lo mau jadi pacar gue lagi?"

"serius, Ra? lo mau jadi pacar gue lagi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ah, ngapain ditanya lagi sih? malu tau"




Jeonghan tertawa melihat wajah merah Yoora. Lengan kiri cewe itu ditarik hingga kini mereka saling menyandarkan kepala.




Padahal tadinya, 2 tiket konser yang ia tunjukan pada Yoora siang ini ialah milik Woozi yang mau dijual. Si ketua kelas sengaja mengatakan kalau ia terlanjur beli dan mengajak Yoora.




Jadi, jika si anak baru itu gak mau pergi nonton konser, Jeonghan bisa mempromosikan ke yang lain. Nah karna Yoora mau nonton, jadi tiket tersebut dibeli oleh Jeonghan sorenya.




Pukul 00.10, konser baru selesai. Mereka tidak langsung pulang, tapi mampir ke cafe terdekat. Suasana ramai masih terngiang-ngiang di kepala, makanya datang ke tempat sepi untuk merelaksasi pikiran.




Sedari kecil, Yoora gak biasa tidur malam. Jadi, tanpa sadar, saat pesanan teh hangat datang ia sudah tertidur. Jeonghan hanya tersenyum melihat si anak baru tidur pulas.




Bingung juga kalau mau dibawa pulang ke rumah Dino, dua saudara itu kan lagi kerja sama. Mau tidak mau, Jeonghan menggendong Yoora di punggung dan pulang ke rumahnya.




Setelah membersihkan diri, ia menelpon teman perempuannya untuk mengganti pakaian Yoora. Selagi Yuri di dalam, Jeonghan membelikan beberapa roti dan 2 botol cola sebagai tanda terima kasihnya.




Karna Yoora tidur di ranjang, si ketua kelas memutuskan untuk tidur di atas sofa. Hingga pagi tiba, Yoora bangun terlebih dahulu. Ia terkejut sekaligus merasa gak enak.




"oiya, Ra. Aku gak bawa kamu ke rumah karna dilarang keluar sama bokapnya Dino kan? jadi dibawa kesini"




"t–terus siapa yang gantiin baju aku?!"




Jeonghan menaikkan senyum sebelah.




"aku"

Saking terkejutnya, Yoora meraih seluruh bantal yang ada di bekakang dan dilempar ke arah Jeonghan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saking terkejutnya, Yoora meraih seluruh bantal yang ada di bekakang dan dilempar ke arah Jeonghan. Namun, cowo itu hanya tertawa, ia menghampiri Yoora.




Lalu memeluknya erat. Senyum lebar barusan seketika hilang begitu tahu kalau Yoora hampir saja menangis.




"eh, kamu kenapa?"




Mengerti alasan kenapa Yoora menangis, Jeonghan lagi lagi tertawa sambil mengelus kepala cewe itu.




"aku bercanda, Ra. Yang gantiin baju kamu temen aku. Kemarin aku minta tolong buat gantiin baju kamu semalam"




"beneran?"




"mungkin aku kelihatan senonoh karna pernah cium kamu"




"tapi, aku gak berani nyentuh tubuh perempuan, selain istri aku nanti"




Pernyataan Jeonghan barusan menyentuh hati Yoora. Ternyata, masih ada laki laki yang berpikiran jernih seperti ini.




Saat si anak baru tengah mandi, Jeonghan menyiapkan sarapan. Karna ia tidak memiliki baju perempuan, jadi terpaksa Yoora memakai celana jeans dan hoodie miliknya.

 Karna ia tidak memiliki baju perempuan, jadi terpaksa Yoora memakai celana jeans dan hoodie miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tubuh Yoora yang kecil menjadikan hoodie itu terlihat oversize. Padahal kalau Jeonghan yang pake pas pas aja.




"Han, orang tua kamu kemana? tumben gak kelihatan" tanya Yoora sambil mengunyah kimbab.




Jeonghan meneguk lebih dulu air mineral, lalu menjawab pertanyaan si pacar.




"aku pisah rumah sama mereka"




Yoora langsung tersedak.




"setelah aku tahu ayah ialah seorang pembunuh, rasanya malah benci aja kalau tinggal serumah. Jadi, yaa aku pindah"




Mendengar kata pembunuh, Yoora baru ingat kalau hukuman Lee Sang Yeob tersisa 1 tahun lagi. Kira kira, sebelum dibebaskan nanti, apakah akan ada seseorang yang mengungkap si pembunuh aslinya yakni ayahnya Jeonghan.




Setelah selesai makan, keduanya berangkat kuliah bersama. Di dalam bus, tiba tiba ponsel Jeonghan berbunyi. Panggilan masuk dari Dino.




"halo, Din . . ."




"ya! Yoora dimana? Yoora dimana?!"




"apasih, Din" jawab Yoora.




"Ra, untung aja lo gak pulang soalnya bokap gue kemaren begadang di luar anjir sambil ngerjain kerjaannya"




"serius belum ketahuan sama sekali sama paman Lee?"




"belom, tapi ya jangan sampelah! lo enak cuman dinasehatin, kalo gue bisa bisa diancem gak boleh futsal, main sama temen, main hp, keluar rumah. Ah! pokoknya . . ."




*call ended.




Jeonghan sengaja mematikan panggilan saat Dino tengah bicara panjang lebar. Emang harus gitu, kalau dibiarin bisa bisa cowo itu telponan sampe 5 jam.




Sesampainya di kampus, Jeonghan menunggu Yoora di depan gedung hingga bayangan pacarnya itu hilang dari pandangan.




Namun, baru berjalan sebanyak 7 langkah, tiba tiba mahasiswa yang papasan dengan Yoora membuat ia berhenti akibat mendengar percakapannya.




"eh, lo udah denger beritanya?"




"berita apa?"
























































































































































































"Lee Sang Yeob meninggal secara tiba tiba. Jasadnya ditemukan di kamar mandi tahanan dengan luka tusuk di bagian perutnya"

𝗺𝗶𝘀𝘂𝗻𝗱𝗲𝗿𝘀𝘁𝗮𝗻𝗱𝗶𝗻𝗴 - 𝗷𝗲𝗼𝗻𝗴𝗵𝗮𝗻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang