Saat Hinata ingin kembali ke teman-temannya, sebuah pedang hampir saja mengenai batang lehernya. Matanya seketika melebar. Byakugan aktif dan ia segera menghindar.
Sangat mengejutkan, dirinya hampir saja lupa caranya menarik oksigen jika saja orang itu tidak dengan tiba-tibanya berdiri di belakangnya. Kejadian itu sungguh cepat.
Jantungnya berdetak tidak karuan. Bukan karena ia sedang merasa senang atau bahagia. Ia takut! Sungguh sangat takut. Orang di belakangnya adalah orang yang menjadi misi mereka.
Sahabat Naruto yang menghilang bertahun-tahun. Pemilik mata Sharingan yang sangat kejam. Pemilik pedang tajam yang tadi hampir saja membunuhnya.
Uchiha Sasuke!
.
.
.
Tubuh Hinata membeku, ia sangat ketakutan hingga tak bisa bergerak sesenti pun. Byakugannya perlahan menghilang, seolah tahu walaupun ia menggunakan byakugan ia tidak akan baik-baik saja.Jantungnya masih berdegup kencang. Apa yang harus ia lakukan? Meminta tolong? Memanggil teman-temannya? Tidak-tidak. Tidak mungkin ia membahayakan teman-temannya dengan memanggilnya kesini.
Seringai sinis menghiasi wajah tampan milik pria itu. Iris hitamnya menatap lurus. Ia dapat melihat kalau tubuh dihadapannya sekarang membeku ketakutan.
“Hyuuga…” panggilnya dengan suara pelan.
Suara serak dari Sasuke membuat Hinata makin ketakutan. Ia sama sekali tidak bisa memikirkan apapun. Sungguh, ia begitu ketakutan. Kami-sama! Onegai!
“Hyuuga…” panggilnya kembali.
“U-uchiha-san-…” kata-kata Hinata tercekat.
Tubuh Hinata membeku ketika sebuah tangan menyentuh bahunya.“Hyuuga… Apa yang kau lakukan? Mencariku?”
Beberapa saat jeda, Sasuke kembali melanjutkan.
“Aku tanya, apa kau mencariku… sayang?”
Mata Hinata semakin melebar mendengar panggilan itu. Sa-sayang? A-apa yang dia maksud? Pa-panggilan apa itu?!
“Teman-temanmu sepertinya sibuk mencarimu. Haruskah aku membawamu pergi dari sini untuk berbicara? Oh, sepertinya tidak bisa sayang, karena dalam hitungan tiga salah satu temanmu akan datang.”
1
2
3
“Hinata!”
“Hinata! Oh, kau disini. Ayo kembali. Sepertinya kita tidak menemukan apapun. Gua tadi hanya bekas preman yang menginap sementara disini.” Tenten perlahan mendekati Hinata.
Hinata perlahan melemaskan tubuhnya yang sedari tadi menegang.
Ia mendekati Tenten kemudian.
“O-oh begitu? Ba-baiklah… Emh.. Tenten-chan… se-sebaiknya kita segera kembali ke teman-teman. Se-sepertinya disini juga tidak ada apa-apa. Y-yang kulihat hanya beberapa bekas pertarungan di pohon-pohon ini.
Tenten mengangguk setuju. Mereka segera kembali dan bergabung dengan yang lainnya.
.
.
.
Di perjalanan, Hinata kembali memikirkan apa maksud dari laki-laki itu. Pun situasi sebelumnya yang entah kenapa membuatnya gugup sekaligus takut tadi. S-sayang? Apa maksud kata-kata itu?K-kenapa laki-laki itu memanggilnya seperti itu? Mereka bahkan tidak saling mengenal. Bahkan ketika di akademi pun. Yah, dia tahu laki-laki itu satu akademi bahkan seangkatan dengannya. Namun, bukankah waktu itu hingga sekarang, ia hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Sibuk dengan klan, keluarga, teman-teman satu timnya, juga… N-naruto-kun….
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Die
FanfictionJika besok aku mati, apakah kau akan sedih? [Hyuuga Hinata] . . . Mengapa hanya diam? Apa aku memang tak berarti apa-apa? [Uchiha Sasuke] . . . Disclaimer : @Masashi Kishimoto Credits photo: atas nama pinterest dan yg gambar Warning : Banyak kesalah...