Bab 14

2.9K 349 12
                                    

Uchiha Sasuke POV.

Uchiha Sasuke.

Itu nama yang diberikan Ayahku. Mereka bilang kalau Sasuke adalah nama seorang ninja legendaris. Keren sekali bukan? Ditambah lagi nama marga kebanggaanku. Uchiha. Klan kuat dengan doujutsu Sharingan.

Sejak kecil aku sudah memaksa diriku untuk menjadi kuat. Ingin segera menyamai dirinya. Uchiha Itachi.

Kakak laki-laki satu-satunya. Sosok yang membuatku sampai seperti ini.

Takdir itu lucu. Benar-benar lucu sampai membuat semua orang, keluargaku. Mati. Dan penyebabnya adalah orang yang sangat aku kagumi itu.

Akhirnya, aku memilih untuk membuat diriku menjadi lebih kuat, tentu saja untuk membunuhnya.

Hah, itu adalah cerita lama.

Setelah Itachi terbunuh. Aku semakin tidak memiliki tujuan hidup. Tidak tahu harus melakukan apa dan bagaimana. Dunia ini seakan tanpa cahaya. Sementara aku malah semakin menyelaminya. Balas dendam. Lalu apalagi? Itulah yang kupikirkan.

Hingga sebuah ingatan terlintas.

Masa lalu.

Sangat lama kejadiannya hingga hanya teringat samar di otakku.

Aku dari dulu selalu di kelilingi wanita. Tapi tak pernah ada rasa tertarik sedikitpun pada mereka. Hanya saja. Kenapa di dalam ingatanku itu malah seorang gadis kecil?

Lugu sekali sampai ingin rasanya kuhancurkan.

Lama, lama aku terus dihantui oleh sosok kecil itu. Dan semua ingatan samar itu, mengapa semakin jelas?

Hingga sebuah kesempatan untuk melihat sosok gadis itu ada.

Konoha membuat misi untuk menangkapku. Aku mendapatkan berita itu dari si gadis merah. Informasinya yang selalu akurat membuatku percaya padanya.

Lalu, pertemuan itu.

Sosok gadis yang menghantuiku itu. Berjalan begitu saja ke arahku. Segera ku gunakan kesempatan itu untuk mendapatkannya.

Senang rasanya mempermainkan suasana itu. Wajahnya yang ketakutan karena melihatku. Dan keraguannya memberitahu teman-temannya bahwa dialah yang menemukan diriku. Atau lebih tepatnya aku yang membuatnya menemukan diriku.

Hingga akhirnya, aku berpikir harus segera memilikinya.

Ku dekati dirinya, membuatnya hanya melihatku.

Aku tahu, kalau gadis itu malah menyukai si bodoh Naruto, memang apa bagusnya? Aku jauh lebih tampan dari pria itu. Tapi, yah. Bukankah dari dulu kau selalu menatap pria kuning itu? Kapan kau pernah melihat ke arahku walau hanya sedikit?

Hyuuga Hinata.

Itu namanya.

Hinata berarti bunga matahari.

Mungkin maksudnya adalah senyumnya yang indah itu.

Aku tidak tahu. Perasaan seperti apa ini. Yang aku tahu adalah aku harus segara memilikinya, lalu terikat dengannya.

Lalu, dua hari setelah aku menculiknya, aku segera mengikat gadis itu. Menjadikannya milikku. Hanya aku. Dengan iming-iming kalau aku akan kembali ke Konoha, gadis itu akhirnya mau (dengan paksa) menikah denganku.

Hanya sebuah upacara suci di kuil Nakano, lalu Hinata menjadi istriku.

Menyenangkan bisa memilikinya. Raganya, juga… mungkin hatinya. Tapi, entahlah. Apakah hatinya sudah jadi milikku atau tidak.

Setelah berada di Konoha atas syarat yang telah ditentukan, aku jadi semakin leluasa berada disamping Hinata.

Hingga, sebuah keputusan dari para tetua brengsek itu membuatku ingin menghancurkan desa lalu membawa kabur Hinata. Bukan, bukan ini yang aku inginkan. Bukan menjadi Chuunin, atau Jonin. Bukan juga menjadi ninja intel. Tapi, hanya untuk menjadi orang biasa. Hidup menjadi ninja yang biasa, mendapatkan misi lalu kembali pulang ke rumah.

Perjodohan? Ingin sekali aku berteriak ke arah semua orang di ruangan rapat itu. Aku sudah memiliki istri! Aku bahkan sudah yakin sesuatu akan membuahkan hasil dengan pernikahan ini.

Hidupku yang sudah berantakan ini semakin dimain-mainkan!

Akan merebut kepemilikan tanah kelahiran Uchiha? Apa-apaan itu?

Lalu… menikah dengan seorang wanita.

Hah, jika saja bukan karena rencanaku, aku tidak akan berada di situasi ini. mungkin sekarang aku sedang mengembara bersama tim Taka milikku. Tapi, tidak-tidak. Aku kesini adalah untuk memiliki Hinata. Mungkin inilah resikonya. Sedari awal aku mengejar istriku itu, tidak ada satupun hal yang mengahalau jalanku.

Sekarang, aku harus memikirkannya baik-baik.

Uchiha pantang melepaskan hal yang berharga. Perasaan egois tentu saja sebagai pemicunya. Karena itulah, tanpa melepaskan Hinata, aku akan melakukan sesuatu.

Tapi… mengenai perjodohan ini, aku yakin Hinata pasti sudah tahu. Apalagi setelah aku mengikuti ujian Chuunin ini.

Apa yang dirasakan Hinata?  Kenapa istriku itu tidak berusaha mencariku? Tidak berusaha menuntut penjelasan? Apakah ia tersakiti? Ataukah tidak merasakan apa-apa karena Hinata masih menyukai Naruto?

Aku berharap Hinata mencariku, lalu segera marah-marah padaku agar menghentikan semua ini.

Kenapa malah tidak ada?

Mungkinkah karena kesibukan ini?

Atau memang aku yang tak menyadari kehadirannya?

Astaga.

Keadaan yang rumit, ditambah ketidakhadiranku pasti membuat Hinata semakin bingung. Ini semua salahku. Seharusnya aku mengatakan pada mereka kalau aku sudah terikat dengan seorang gadis.

Setelah ujian ini, segera aku akan menemui istriku itu. Aku akan menjelaskan semuanya. Segera, aku harus mengatakannya. Sebelum semua terlambat…
.
.
.
TBC

If I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang