17 tahun kemudian setelah kelahiran triplets Uchiha.
.
.
.
"Ibu, aku bilang aku tidak mau!"
"Kau tidak diperbolehkan seperti itu, bocah!"
"Tenanglah, kalian berdua. Atau aku akan mengadukan hal ini kepada paman Neji!"
Hinata yang memperhatikan ketiga anaknya benar-benar merasa sangat pusing. Bagaimana tidak? Ini hanya masalah sepele tapi malah dibesar-besarkan oleh mereka bertiga.
Jadi, begini. Tadi pagi Neji datang ke kediaman Uchiha untuk memberitahu Hinata tentang undangan minum teh resmi yang biasa dilakukan oleh klan Hyuuga sebagai tradisi secara turun-temurun yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Tradisi ini dilakukan tidak lebih sebagai alat silahturahmi antarklan. Hanya undangan minum teh dan anak terakhirnya menentang keras. Bertahun-tahun Hinata sudah biasa melakukannya, namun ketiga anaknya tidak pernah mau ikut. Namun, kali ini apa-apaan? Hinata, kan sudah terbiasa sendiri lalu kenapa ketiga anaknya ini malah mempersulit keadaan? Mereka sudah tujuh belas tahun!
Mereka bilang kalau Neji memaksa mereka agar ikut tahun ini. Namun Akai, anak itu benar-benar membuat pasokan kesabaran Hinata mengikis semakin tipis.
Akai, anak yang menolak paling pertama. Pemilik Sharingan bak lautan darah, memiliki rambut seperti Hinata hanya saja pemuda itu lebih gelap. Anak ini selalu cemburu pada siapapun yang mendekati ibunya, bahkan jika itu saudara-saudaranya. Tahun lalu, Hinata sempat hampir pingsan saat mengetahui Akai hampir saja membunuh orang tidak bersalah. Pria malang itu tidak tahu kalau Hinata sudah menikah bahkan sudah memiliki anak, pria itu melamar Hinata tepat saat Hinata akan memasuki kediaman Uchiha. Akai langsung menerjang pria itu, jika bukan karena kedua kakaknya pria malang itu pasti sudah mati.
Lalu, si tukang mengatai adiknya bocah. Aoi, sesuai Namanya rambut anak itu berwarna biru gelap. Anak yang sopan dengan siapapun yang ia temui, hanya saja sedikit atau mungkin bisa Hinata bilang sangat angkuh. Anak itu adalah pemilik mata Byakugan. Neji dan Hanabi sering kali berlatih dengan anak itu.
Dan terakhir, anak pertamanya. Kuroi, rambut hitam gelapnya sangat kentara begitu berbeda dengan kedua adiknya. Walaupun mereka adalah kembar dan lahir di hari yang sama, namun Kuroi seperti memiliki sifat yang lebih dewasa daripada kedua adiknya. Sifat kalemnya sungguh membuat Hinata terkadang merasa bahwa Kuroi akan seperti dirinya yang lemah ini. Namun, Ketika mata Sharingan anak itu telah muncul, Kuroi ternyata memiliki sifat yang sangat serius terhadap sesuatu. Dan Hinata tidak lupa, mulut anak pertamanya ini sangat suka mengadu.
"Akai, ini hanya sebentar saja. Setelah acara selesai, kita akan segera pulang. Bagaimana?"
Ini sudah entah keberapa kalinya Hinata membujuk anak itu. Ketiga anaknya menjulang begitu tinggi. Padahal mereka baru menginjak usia tujuh belas. Lalu bagaimana Ketika mereka telah berusia dua puluh tahun?
"Aku benar-benar akan mengadukanmu pada paman Neji, atau langsung saja ku katakan pada Kakek." Kuroi sudah sangat muak, dan ingin segera bertemu dengan paman dan kakeknya agar ia dapat memberitahu mereka bagaimana keras kepalanya seorang Akai.
"Kau ini memang benar-benar suka mengadu! Kau tidak sadar ya, kau ini sudah dewasa Kuroi!" Aoi memutar mata bosan. Kakaknya yang satu ini memang bermulut kurang ajar.
"Sebaiknya, kau ikut saja! Apa susahnya hanya datang, minum teh, lalu pergi? Kakek pasti mengijinkan kita pulang lebih awal, ya kan Ibu?"
Oh, Hinata terpanggil. Hampir saja Hinata lupa kalau ia sedang dalam keadaan dikelilingi anak-anaknya yang merepotkan. Yah, walaupun mereka adalah anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Die
FanfictionJika besok aku mati, apakah kau akan sedih? [Hyuuga Hinata] . . . Mengapa hanya diam? Apa aku memang tak berarti apa-apa? [Uchiha Sasuke] . . . Disclaimer : @Masashi Kishimoto Credits photo: atas nama pinterest dan yg gambar Warning : Banyak kesalah...