"Jadi... apa keputusanmu, Sasuke?" suara Kakashi memecah keheningan.
Benar saja, setelah pertemuan resmi itu hancur berantakan tanpa adanya keputusan final, Sasuke benar-benar dipanggil untuk menghadap Kembali kepada Hokage. Kalau dari Sasuke sendiri, tentu saja ia harus memberikan keputusan bahwa ia tidak menginginkan pernikahan politik itu. Dia sudah memiliki keluarga, anak juga istri. Walaupun memang dari awal kesalahannya adalah tidak bisa memilih antara keluarga kecilnya atau tanah kelahiran, tapi tetap saja seharusnya ia bisa berpikir cepat bahwa hal ini bisa menyakiti istri dan anaknya.
"Kau menikah dengan Hyuuga Hinata, tanpa sepengetahuan siapapun. Hah, aku ragu Hyuuga akan bertindak adil padamu." Kakashi menghela nafas sekali lagi.
Ruangan itu hanya berisikan sang Hokage, Sasuke, lalu Shikamaru si pendamping setia. Oh, jangan lupakan si penguntit setia, Sai. Pria pucat dengan senyum palsu itu sudah memperlihatkan jati dirinya, yah walaupun itu adalah perintah Kakashi sendiri.
"Aku ingin menghentikan ini. Aku memilih istri dan anakku."
"Wow! Bisa kau dengar itu? Seorang Uchiha Sasuke lebih memilih keluarga kecilnya daripada tanah kekuasaannya." Mulut Sai mungkin memang terbuat dari minyak bahan bakar api, karena itu Sasuke sering kali ingin mengumpatinya di depan wajah.
Yah, benar juga. Kalau ini masih dirinya yang dulu, ia pasti akan lebih memilih kepemilikan tanah itu tanpa menghiraukan orang lain.
"Jadi begitu? Aku kira kau akan terus diam dan mengeluh padaku."
Kalimat dari Shikamaru membuat Kakashi mendelik. "Kau sudah tau?"
Shikamaru hanya mengedikkan bahu sembari mendecak. "Pria Uchiha di hadapan kita ini sebenarnya hanya pria kesepian."
Sasuke hanya memutar bola mata, kemudian Kembali menatap serius ke arah Kakashi.
"Baiklah, kalau memang itu maumu. Aku akan melaporkan hal ini ke para damyou."
.
.
.
"Tidak disangka ya... kau benar-benar mengakuinya sekarang." Sai entah kenapa masih saja mengikuti Langkah Sasuke. Sejak si pria Uchiha keluar dari rungan Hokage, si pucat itu masih saja terus mengoceh.
"Hinata benar-benar hebat, ya?"
Suara dengan maksud tertentu itu membuat Sasuke menghentikan langkahnya. Menatap tajam ke arah Sai. "Kau memanggil istriku dengan sebutan seperti itu, seperti kau mengenalnya."
Sai melebarkan sedikit mata sipitnya, lalu tertawa lebar. "Hahaha... tentu saja aku mengenalnya. Bahkan kehadiran si jabang bayi. Kau yang suami adalah pria yang entah keberapa."
Pzzzzttttt....
"Chidori nagashi..."
Sudah cukup. Sasuke tidak tahan lagi mendengar semua itu, apalagi menyangkut istri dan anaknya. Memangnya siapa saja yang mengetahui kehamilan Hinata?!
"Wow... wow... tenanglah kawan. Kau hanya memperburuk suasana, aku hanya mengatakan yang sebenarnya, kau tahu."
Baiklah, sekarang Sasuke akan mencekik leher pria itu dengan chakra Chidori miliknya.
.
.
.
"Jadi, sebenarnya siapa saja?"
Sasuke buru-buru masuk ke dalam ruangan dapur di kediaman Uchiha siang itu. Hinata sampai bosan mendengar hal tersebut ditanyakan. Kalau ia memberitahu Sasuke, pria itu pasti akan bertindak sembrono hanya karena soal pemberitahuan kehamilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Die
FanfictionJika besok aku mati, apakah kau akan sedih? [Hyuuga Hinata] . . . Mengapa hanya diam? Apa aku memang tak berarti apa-apa? [Uchiha Sasuke] . . . Disclaimer : @Masashi Kishimoto Credits photo: atas nama pinterest dan yg gambar Warning : Banyak kesalah...