.
.
.
“Hei! Dasar bodoh! Kenapa kau terus mengganggu kami?!”Pekik penuh makian itu keluar dari mulut manis milik gadis bermata hijau emerald itu. Bagaimana tidak, sejak pagi tadi Naruto terus-terusan mengganggu para gadis, atau lebih tepatnya mengganggu Sakura.
Sejak perjalanan meninggalkan perbatasan desa Oto, Naruto terus saja mengganggu Sakura. Entah itu meledeknya, ataupun menggodanya.
Mereka tidak tahu saja, hati seorang gadis yang sejak awal memperhatikan mereka terasa berdenyut nyeri. Hinata hanya bisa sesekali menghela nafas. Sesak sekali rasanya.
Ingatkan dirinya yang bukan siapa-siapa Naruto malah merasa kecewa, juga marah. Harusnya biar saja Naruto menggoda siapa saja, tapi hatinya tidak sanggup melihat itu. Apalagi ketika ia menyadari kalau lama-lama Sakura dibuat tersipu karenanya.
Ah, Hinata sudah berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya. Ia berusaha tetap tenang walaupun rasa nyeri di hatinya sangat membuatnya terbebani.
Pagi ini, tujuan mereka ke Takigakure. Shikamaru berasumsi bahwa kemungkinan Uchiha Sasuke berada disana. Hinata ingin sekali berteriak keras pada semua temannya kalau Uchiha Sasuke sebenarnya ada disekitar mereka.
Oh, dan pagi tadi, dia malah teringat dengan kesepakatan yang diinginkan Uchiha Sasuke. Bagaimana cara menemuinya lagi? Sekarang mereka malah akan ke desa lain.
Hah! Lupakan kesepakatan itu! T-tapi, Uchiha Sasuke ada di desa Oto! Hinata benar-benar bingung. Bagaimana sekarang? Haruskah ia memberitahu Shikamaru?
Tidak-tidak. Tapi ia harusnya memberitahu teman-temannya! Ah, Hinata bimbang.
Berusaha tetap tenang, ia pun menghela napas.
Belum selesai melewati perbatasan, mata Hinata hampir saja keluar.
“Hinata!!!”
Teriakan lantang milik seseorang yang sangat disukainya itu terdengar.
Jika saja situasi sedang baik-baik saja dan aman, rasanya Hinata ingin tersenyum malu kemudian terpekik bahagia. Tidak, tidak sekarang maksudnya.
Sebuah serangan hampir saja mengenai kepalanya. Lagi.
Tembakan itu terbuat dari air yang dialiri chakra. Untung saja kaki Hinata segera menghentak, dan berhasil menghindar. Akibat teriakan Naruto juga, semua orang menjadi waspada.
Serangan dadakan!
Hinata segera mengeluarkan byakugannya. Melihat ke sekitar, tidak ada.
Apa-apaan?!
Sebenarnya apa yang terjadi? Bukankah seharusnya matanya dapat melihat sesuatu yang janggal?
“Hinata-sama, anda baik-baik saja?” suara Neji yang sedikit serak itu menegurnya.
Sepertinya keadaan sudah kembali. Ia tidak terluka, setidaknya ia bersyukur untuk itu. Ia mengembalikan matanya seperti semula. Kemudian masih dengan menatap Neji, ia tersenyum kecil.“T-tidak. A-aku baik-baik saja, Neji-niisan.”
“Berhati-hatilah mulai sekarang! Tetap waspada. Kejadian seperti tadi pasti akan terulang. Kita harus tetap bersama.” Shikamaru mengintrupsi.
Benar, kejadian itu pasti akan terulang.
Shut! Shut! Shut!
Belum sempat mereka pergi dari tempat itu, tiga serangan itu kembali lagi.
“Dibawah tanah!”
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Die
Fiksi PenggemarJika besok aku mati, apakah kau akan sedih? [Hyuuga Hinata] . . . Mengapa hanya diam? Apa aku memang tak berarti apa-apa? [Uchiha Sasuke] . . . Disclaimer : @Masashi Kishimoto Credits photo: atas nama pinterest dan yg gambar Warning : Banyak kesalah...