Bab 6

5.1K 519 29
                                    

Naruto berjalan tergesa. Segera melompat ke atas gedung-gedung supaya tempat tujuannya segera ia pijak. Kantor Hokage. Sebuah informasi gila, sungguh sangat tidak dapat dipercayanya.

Shikamaru mendatanginya pagi-pagi sekali. Mengatakan sederet kalimat gila padanya. Mulutnya hampir saja terjatuh jika Shikamaru tidak segera menggeplak kepalanya.

Uchiha Sasuke akan kembali ke Konoha!

Tidakkah itu terdengar gila?!

Rival sekaligus sahabatnya selama bertahun-tahun, walau tidak dianggap. Akan kembali ke Konoha!

Seharusnya ia senang bukan? Tapi tidak. Ia sudah dewasa, ia tahu ini sangat tiba-tiba dan seharusnya ada alasannya.

Baiklah, kesampingkan itu dulu. Mari kita lihat, apa Teme bodoh itu memang benar-benar ada di kantor Hokage.

Walaupun ia tidak menampik rasa senang dan bahagia ti hatinya, namun… apa yang sebenarnya diinginkan Sasuke? Tiba-tiba pergi, lalu tiba-tiba kembali lagi.

Baik, cukup untuk sekarang. Kantor Hokage sudah berada di hadapannya, tentu saja ia akan segera menerobos masuk. Persetan dengan teguran bodoh dari staf disana.
.
.
.
Satu kerjapan, dua kerjapan, tiga kerjapan.

Pupil bening Hinata berusaha menyesuaikan pancaran cahaya matahari pagi. Matanya segera melirik ke jam dinding di kamar itu. Pukul delapan pagi. Hinata menghela napas. Dirinya masih saja lelah.

Sasuke membuatnya tidak tidur semalaman. Kakinya terasa mati rasa, punggungnya terasa remuk. Lelah masih bercokol di tubuhnya.

Matanya terasa perih karena terbangun dengan tiba-tiba, juga karena cahaya lampu yang menyorot langsung ke matanya.

Ia kemudian mengangkat kedua tangannya. Mengamati jemarinya. Tatapannya sedikit menyipit ketika mendapati sebuah cincin di jemari manisnya. Oh, iya. Selain membuatnya lelah, Uchiha Sasuke juga telah menikahinya.

Ia menurunkan kedua tangannya. Kemudian menatap sekeliling. Kamar itu di dominasi warna biru gelap. Khas Sasuke kecil. Tidak ada apa-apa. Tidak terdapat barang berharga yang dapat Hinata curi juga.

Jadi, Hinata tidak bisa mendapatkan kompensasi akibat lelah digempur semalaman! Astaga. Hinata bisa-bisanya berpikir seperti itu. Tapi tidak apa-apa, ia hanya ingin mengalihkan pikiran kalutnya karena mungkin, setelah ini ia akan segera mati.

Pergi dari rumah tanpa ijin, menikah tanpa restu, bermalam di rumah laki-laki walau itu suaminya, terbangun sangat terlambat.

Hinata sudah dipastikan akan mati jika hal ini sampai ke telinga Otou-sama.

Ajaran etika dan menjunjung harga diri adalah makanannya setiap hari, jadi jika sampai makanannya ternodai, bukankah akan segera dibuang?

Hinata tersenyum getir. Walau ia mungkin menolak Uchiha Sasuke, tanpa ancaman pria itu, Hinata seharusnya melaporkan ini ke ayahnya, atau minimal ke Kantor Hokage. Bukankah Uchiha Sasuke adalah misi?

Tapi, entah kenapa. Kedekatan antara dirinya dan pria Uchiha itu terasa sedikit berbeda. Karena itulah. Hinata ingin, untuk kali pertama. Menentukan pilihannya sendiri. Menikah dengan Uchiha Sasuke. Pilihannya memang sangat nekat dan gegabah. Ia mungkin terlena akan perhatian lebih milik pria itu, tapi siapa tahu? Isi otak dari Uchiha Sasuke? Bisa saja setelah tubuhnya dihabisi di ranjang, nyawanya juga akan dihabisi di suatu tempat.

Ia menarik napas panjang, menghembuskannya pelan-pelan. Berusaha mengosongkan sedikit pikirannya dari kekalutan yang akan terjadi nanti.

Hinata dengan perlahan duduk. Menarik selimut yang dipakainya untuk menutupi bagian depan tubuhnya yang telanjang. Ugh, pinggangnya sakit. Rasanya seperti sehabis ditimpa beban beratus kilogram.

If I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang