Bagian 1

3.4K 228 3
                                    

"Ouch..."

Sakura meringis dengan tubuhnya yang tergeletak di tanah. Anehnya, ia merasa pakaiannya mendadak terasa sangat longgar dan kebesaran. Bahkan ketika ia melirik ke arah kanan dan ke arah kiri, ia merasakan ada yang aneh dengan sekitarnya. Semuanya tampak sama, tapi entah kenapa cukup asing.

Tsring!

Jantung Sakura nyaris keluar saat sebuah kunai berwarna hitam dengan bentuk belah ketupat melesat tepat di hadapannya. Matanya membulat sempurna karena terkejut. Tahu-tahu saja ada dua ninja di hadapannya yang akan menyerangnya. Dari hitai-ate yang dipakai mereka, Sakura tidak tahu mereka dari desa mana.

"Apa kau dari Konoha? Tunduklah kepada kami, atau kami akan membuat kedua orangtuamu menangis karena anaknya sudah tidak bernyawa," ancam salah satu dari mereka.

"Apa maksud kalian!" teriak Sakura yang semakin panik hingga tubuhnya sedikit gemetar. Namun, sekejap kemudian ia mengernyit. Ia bingung dengan ucapan yang keluar dari mulut dirinya sendiri.

Kenapa Sakura jadi penakut? Bukankah ia sekarang sudah kuat? Bahkan ia bisa bersanding dengan Naruto dan Sasuke saat di medan perang dan ikut andil di dalam perang sampai selesai, meskipun nyawa pernah hampir terancam hilang.

"Tenanglah, nak. Kau aman jika bersama kami. Anakku akan melindungimu."

Sakura secara refleks mendongak ketika tiba-tiba seorang pria paruh baya berada di hadapannya. Pria paruh baya dan dua orang ninja yang tak dikenal itu mulai saling menyerang.

Di samping itu, Sakura memalingkan wajahnya pada seorang anak laki-laki yang kini berganti posisi menjadi di hadapannya. Anak itu tampak sedang memasang kuda-kuda. Mungkin untuk berjaga-jaga semisal ada serangan yang mendadak.

Di saat itu pula, Sakura kembali merasa keheranan. Tubuhnya jadi terasa lebih ringan. Memang ia sempat diet, tapi itu terjadi sebelum kejadian perang ninja keempat, bahkan itu jauh lebih lama dari iti. Ia mulai memindai bocah di depannya dengan cermat layaknya mesin pemindai.

Rambut perak, wajah ditutupi masker, dan kedua mata yang sayu. Bocah itu seolah sangat familiar di ingatan Sakura. Cukup lama berpikir, hingga akhirnya ia menyadari bahwa anak laki-laki itu mirip seseorang yang pernah menjadi gurunya dulu.

"K- Kakashi-sensei?"

Entah benar atau tidak, anak laki-laki itu langsung melirikkan kepalanya ke arah Sakura. Tanpa berkata sedikitpun. Saat hampir saja anak laki-laki itu membalas ucapannya, pria paruh baya tadi kembali dengan tenang sambil tersenyum. Pria itu menatap mata hijau Sakura lembut.

"Apa kau dari Konoha?" tanya pria tersebut, Sakura pun mengangguk.

"Aku Hatake Sakumo. Ini anakku, Hatake Kakashi. Apa kau punya rumah?"

"Hatake Kakashi... Nama yang sangat mirip." [batin Sakura]

"A- ah, iya. Tentu saja... Meskipun hanya menumpang," jawab Sakura dengan lirih di akhir kalimatnya.

"Untuk saat ini kau ikut bersama kami dahulu. Besok kau boleh kembali lagi pada orangtuamu bersama Kakashi."

"Tidak perlu, itu merepotkan. Aku sudah besar, aku bisa pulang sendiri."

"Hei, sadarlah. Kau ini masih kecil. Kau hampir diculik tadi jika saja kami tidak sengaja menemuimu di sini," timpal anak laki-laki bernama Kakashi.

"Hei, kaulah yang masih kecil. Jaga sopan santunmu pada orang yang lebih dewasa darimu," ucap Sakura sambil berdiri dan menatap Kakashi dengan angkuh.

Kakashi tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Sakura, membuat gadis itu kebingungan.

"Di rumahmu tidak punya cermin?"

Again [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang