Bagian 6

1.3K 163 5
                                    

Keesokan paginya, Sakura yang baru membuka mata terkejut dengan adanya Kakashi di depan matanya sedang berdiri dengan tampang dingin nan menyebalkan.

"K- Kakashi-sen- niisama..."

Kakashi langsung menarik Sakura. Memaksa gadis itu supaya duduk dan menghadap padanya. Ia menatap Sakura dengan tajam. Menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dalam satu hentakan.

"Aku... aku ingin minta maaf atas segala yang kulakukan padamu."

Sakura termangu, ia membisu cukup lama. Beberapa kali ia menepuki pipinya. Ia hanya merasa bahwa mungkin ia sedang bermimpi bahwa seorang Hatake Kakashi meminta maaf padanya atau mungkin telinganya sedang bermasalah.

"Hey, kau dengar aku tidak?" tanya Kakashi sedikit kesal, "aku minta maaf padamu tahu!"

Sakura menutup matanya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Menepuk kedua pipinya lagi. Ini bukan mimpi. Tapi kenapa rasanya aneh ya.

"Oi, kau tuli, ya?" Kakashi berkacak pinggang, "jangan sampai permintaan maafku ini sia-sia karena mengataimu terus."

Sakura langsung tersadar. Ternyata itu bukan sekadar ilusi. Ia menatap Kakashi yang sepertinya marah padanya. Tapi ia tak percaya kalau Kakashi meminta maaf padanya.

"Kakashi-niisama..."

"Kau terus-terusan memanggilku niiisama, niisama. Aku ini bukan kakakmu tahu!"

Sakura langsung menghambur ke pelukan Kakashi. Membuat anak laki-laki berambut perak itu tersentak. Ia refleks mendorong Sakura hingga gadis kecil itu terjatuh ke kasur.

"Ap- apa yang kau lakukan, bodoh?"

Sakura dengan cepat merubah posisinya menjadi duduk kembali. Kedua matanya nampak berbinar, "Kakashi-niisama, kau meminta maaf padaku?"

Kakashi terbelalak. Namun, ia langsung mengalihkan pandangannya, "huh? Tidak. Kau pikir aku bodoh meminta maaf padamu."

Sakura memegang kedua tangan Kakashi dengan lembut, tatapannya menyiratkan kebahagiaan dan haru, "Kakashi-niisama, aku sudah memaafkanmu. Aku tahu kalau kau anak yang baik, iya, 'kan? Kalau tidak, untuk apa kau datang ke sini," ucapnya sambil memeluk Kakashi lagi.

Kakashi hanya diam tanpa membalas perbuatan Sakura. Tanpa mereka sadari, Sakumo yang terbangun karena suara Kakashi menyaksikan apa yang terjadi di depan matanya sambil tersenyum.

"Kau ini bodoh, ya. Ini kamarku!"

***

"Sakura, Kakashi!" teriak Sakumo dari dalam rumah ketika mendengar kedua anak itu yang lagi-lagi bertengkar—di belakang rumah—.

Mereka bertengkar hanya karena Sakura ingin melempar shuriken milik Kakashi.

"Sudah kukatakan untuk jangan ikut campur," teriak Kakashi, "jangan mentang-mentang aku meminta maaf padamu kau jadi seenaknya, ya!"

Sakura menatap Kakashi dengan kesal. Ia mendengus sambil berkacak pinggang, "Kakashi-niisama, asal kau tahu kalau aku ini kunoichi yang hebat, shannaro!"

Kakashi tertawa mengejek, "ha, ha, ha... kunoichi hebat katanya. Aku tidak menjamin kalau kau bisa lulus ujian akademi dalam sekali coba."

"Kau sangat meremehkanku, ya!" teriak Sakura. Ia langsung masuk ke dalam rumah. Menghampiri Sakumo yang sedang merebahkan diri di ruang tengah.

"Sakumo-san... bolehkah aku ikut ujian akademi?"

Sakumo yang mendengar itu langsung terduduk. Kedua matanya berbinar, "benarkah? Kau ingin menjadi shinobi?"

Kakashi yang awalnya fokus pada latihan pun langsung menghampiri ayahnya dan Sakura.

"Iya, aku ingin menjadi seorang kunoichi yang hebat. Seperti yang anda katakan, Sakumo-san!"

Tak lama, Sakura pun berpikir jika ikut ujian akademi mungkin akan semakin menyulitkannya. Ia tidak perlu sampai sejauh itu. Ini bukan dunianya. Harusnya ia sadar itu.

"Baiklah–"

"Ah sepertinya aku tidak jadi ikut ujian itu," Sakura tertunduk lesu.

"Kenapa tidak jadi?" tanya Kakashi yang sudah duduk bersila di sebelah ayahnya.

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin menghabiskan hidupku di rumah ini bersama Sakumo-san dan Kakashi-niisama! Lagi pula, aku ini terlahir kuat loh, tanpa menjadi shinobi pun aku bisa menjadi perempuan tangguh!" tutur Sakura sambil tersenyum ceria, membuat Sakumo langsung memeluknya dan Kakashi.

"Tousan, lepaskan!"

***

Sakumo mengambil makanan yang ia masak ketika kedua anak itu bertengkar. Sakura dan Kakashi bertengkar cukup lama sampai ia bisa melakukan hal yang membutuhkan waktu tidak sedikit. Ikan itu ikan yang sama seperti Kakashi buat.

Sakura menatap ikan itu dengan matanya yang berbinar, "Sakumo-san, ikan ini pasti enak sekali!"

Sakumo terkekeh, "kalau begitu kau makan yang banyak ya, supaya kuat!"

Sakura menangguk. Ia langsung mengambil nasi dan menaruhnya di mangkuk kecil. Hal serupa dilakukan oleh Sakumo dan Kakashi.

"Itadakimasu!" teriak Sakura, ia melahap makanan itu dengan bersemangat.

"Tousan, bukankah seharusnya anak perempuan menjaga image di depan anak laki-laki?" sindir Kakashi yang membuat Sakura merubah tempo makannya menjadi pelan.

"Untuk apa? Lagi pula tousan merasa kalau Sakura seperti adikmu," tutur Sakumo yang melahap suapan pertamanya.

"Huh?" Kakashi menyolot, "aku tidak mau punya adik sepertinya!"

Sakumo menepuk-nepuk lengan Kakashi pelan. Memberikan isyarat untuk menghabiskan makannya dengan tenang. Kakashi hanya mendengus, bibirnya mengerucut. Ia sedikit merasa kesal.

Selesai makan, Sakura menampar perutnya yang terasa sangat penuh, "aku sangat kenyang. Terima kasih banyak, Sakumo-san!"

Sakumo meringis melihat Sakura yang melakukan itu pada dirinya sendiri, begitu pula Kakashi. Tak lama, pria paruh baya itu berdiri dan merapikan wadah-wadah kotor bekas mereka makan.

"Sakumo-san, biar aku saja yang mencuci!" teriak Sakura sambil menghampiri Sakumo.

"Oh, boleh, boleh," jawab Sakumo lalu menggeser posisinya, "Kakashi, sebaiknya kau membantu Sakura."

Karena Kakashi tidak ingin membantah orang tuanya, ia pun ikut mendapat bagian yaitu mengelap wadah yang sudah dicuci Sakura sampai kering lalu merapikannya ke tempat semula.

Setelah selesai, ketiga orang itu langsung tepar di ruang tengah. Entah mengapa, tapi rasanya melelahkan. Kedua lengan Sakumo dijadikan bantalan oleh Sakura dan Kakashi yang perlahan memejamkan matanya dan tertidur.

"Kalian anak yang baik."

Again [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang