Bagian 19

1.1K 134 3
                                        

"Kakashi-niisama!" teriak Sakura sambil menggedor-gedor pintu kamar Kakashi dengan kuat. Tidak ada sahutan. Kejadian ini persis seperti yang terjadi kemarin.

"Kakashi-niisama, cepat bangun. Kau ini laki-laki, bagaimana bisa kau tidur sepulas itu?" teriak Sakura, lalu ia pun memutuskan untuk membuka pintu kamar Kakashi sendiri.

"Kakashi-niisama, bukankah kau sangat ingin minum amazake? Kemarin kita tidak sempat meminumnya. Cepat bangun atau aku akan memberikannya pada Obito-kun. Kau tahu bukan dia juga menyukai amazake buatanku."

Seketika itu, Kakashi yang berpura-pura tidur dengan terus terpejam langsung membuka matanya dan bangun.

"Baiklah," jawab Kakashi lalu merapikan asal tempat tidurnya.

"Kau ini tidak sopan sekali masuk ke kamar orang tanpa mengetuk pintu," ucap Kakashi setelah ia menghampiri Sakura.

Sakura berteriak, "Hah? Tidak mengetuk katamu? Tanganku bahkan hampir tidak merasakan apapun karena kau tidak menyahutku dari tadi," tuturnya sambil berkacak pinggang.

"Cerewet. Sudah sana pergi."

Sakura berdecih lalu pergi keluar dari kamar Kakashi. Ia mulai menyiapkan amazake merebusnya sebentar. Amazake yang hangat cocok untuk musim dingin.

Kakashi pun menyusul Sakura yang sudah berada di ruang tengah bersama Osaka di sampingnya.

"Silakan diminum, Kakashi-niisama," ucap Sakura sambil menyodorkan cangkir berisi amazake pada Kakashi setelah anak itu duduk di depannya dengan berlagak seolah ia adalah pelayan kerajaan.

"Apa-apaan sih kau ini."

Kakashi langsung merebut amazake tersebut dan meminumnya dalam sekali tegukan. Ia berteriak puas setelahnya, membuat Sakura jadi tersenyum melihatnya.

"Bagaimana? Apakah rasanya enak?"

Kakashi diam. Kemudian matanya melirik Osaka sekilas, lalu menatap Sakura, "Tidak enak."

"TIDAK MUNGKIN!" teriak Sakura. Tubuhnya refleks berdiri dan matanya terbuka lebar.

"Aku bercanda. Enak, seperti kemarin."

Sakura mendengus. Lantas ia pun kembali duduk. Kini tangannya terlipat di depan dada.

"Candaanmu tidak lucu tahu."

"Lalu, yang menurutmu lucu itu seperti apa?" tanya Kakashi sambil menyesap amazake.

"Yang lucu itu..." tutur Sakura, ia diam sebentar. Kemudian, ia tersenyum dengan kedua jari telunjuk yang menempel di kedua pipinya, "Aku!"

Kakashi langsung menyemburkan minumannya yang masih terasa panas. Membuatnya menepuk-nepuk bibirnya sendiri.

"I- itu menjijikkan, tahu!"

Sakura tertawa terpingkal-pingkal. Merasa senang melihat reaksi Kakashi yang baginya nampak lucu.

"Aku tahu, aku tahu, tapi ada loh orang yang mengatakan aku itu lucu dan cantik."

"Hah? Siapa?"

"Aku!"

Kakashi lagi-lagi dibuat sebal karena Sakura. Bagaimana bisa gadis kecil itu memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi.

"Diamlah. Aku tidak mengakuinya."

Sakura berdecih. Bibirnya langsung mengerucut dan kedua pipinya mengembung.

"Hanya Obito-kun dan Rin-chan yang mengakuinya," tutur Sakura.

Kakashi menghentikan kegiatan minum-minumnya. Ia menatap Sakura, membuat anak berambut merah muda itu jadi gugup.

"Aku tidak pernah mendengar Obito mengatakan itu padamu."

"Huh? Y- ya, ada. Pokoknya ada. Dia pasti akan mengatakannya, tapi tidak di waktu sekarang," ucap Sakura yang memalingkan wajahnya pada Osaka.

Kakashi langsung tertawa. Kini ia yang terpingkal-pingkal karena tingkah Sakura yang konyol baginya.

"Saat itu kau bilang padaku kalau kau masih kecil dan tidak boleh cinta-cintaan, tapi kurasa kau sekarang mengakuinya, Sakura."

Seketika itu, wajah Sakura tiba-tiba memanas. Hingga kedua pipinya bersemu merah.

"B- bukan begitu!"

"Ya, aku tidak peduli. Aku hanya tidak ingin kau memikirkan cinta. Kau ini masih kecil, ambillah langkah untuk menggapai cita-cita, bukan cinta."

Sakura diam.

"Kau tahu, walaupun aku masih kecil, tapi cinta itu adalah sesuatu yang menyakitkan. Ketika kau menaruh cinta pada sesuatu, justru sesuatu itulah yang akan membuatmu sakit."

Sakura menatap Kakashi dengan bibirnya yang masih belum terbuka. Matanya fokus menatap Kakashi.

"Sudahlah. Kau jangan seperti Genma, masih kecil sudah cinta-cintaan. Mau jadi apa nanti kalau sudah besar."

"Hey, kau tidak boleh menimpakan sesuatu pada seseorang. Lagi pula, Genma-san memang baik. Jadi, mungkin wajar jika ada perempuan yang tertarik padanya."

"Lalu, bagaimana dengan Guy?"

Sakura langsung membeku. Kemudian ia cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Yaah... kalau itu, mungkin tidak perlu ditanyakan kau sudah tahu jawabannya."

"Cih, kau memandang laki-laki dari penampilannya, ya?"

"Hey, memangnya kau mau dengan perempuan jelek?" Sakura mematung mendengar ucapannya sendiri. Lalu, ia berkata, "T- tapi, bukan berarti aku menghinanya, ya!"

Kakashi tak bergeming. Ia malah menghampiri Osaka yang menjauh dari mereka entah sejak kapan. Mengelus dengan lembut bulunya yang halus.

"Aku memang sudah mengalaminya."

"Hah?" tanya Sakura dengan kedua alisnya yang terangkat. Kemudian ia merangkak mendekati Kakashi dan bertanya, "Memangnya siapa?"

"Kau."

Jika di dalam anime, mungkin sudah muncul perempatan garis di pelipisnya yang berkedut.

"Maksudmu, aku ini jelek?"

"Bukankah aku pernah mengatakan itu padamu? Jika belum, akan kukatakan kalau kau itu memang jelek, tapi kurasa aku pernah mengatakannya."

"Kau menyebalkan. Kau sangat menyebalkan, Kakashi-niisama!" teriak Sakura sambil memukul-mukul lengan Kakashi. Namun, Kakashi justru tertawa karena itu.

Again [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang