Bagian 13

1K 122 4
                                    

Di hari berikutnya, Sakura kembali mengunjungi hutan yang ia datangi kemarin. Dan benar saja, ada Obito sedang berlatih di sana. Laki-laki Uchiha itu nampak fokus dalam latihannya.

"Obito-kun, apa kau belum pulang sejak kemarin?" tanya Sakura ketika sudah di samping Obito.

"Ya," jawab Obito tanpa melirik Sakura sama sekali. Matanya masih menatap lurus.

Selain shuriken, Sakura dibuat takjub lagi ketika Obito menyemburkan api dari mulutnya. Katon goukakyuu no jutsu. Tentu saja Obito bisa melakukannya. Karena itu adalah jutsu dasar klan Uchiha.

Padahal selama hidupnya, Sakura bukan sekali dua kali melihat jutsu itu. Tapi entah kenapa ia jadi bersemangat melihatnya sekarang.

"Obito-kun, kau pasti lapar. Aku membawa makanan untukmu. Ini Kakashi-niisama yang memasak, tapi aku juga ikut membantu kok!" tutur Sakura sambil menyodorkan sekotak bento berbalut kain yang diikat.

Jelas Obito sangat senang. Makanan yang dibuat Kakashi memang tidak bisa ditolak. Ia langsung merampas bento tersebut dan duduk di tanah. Sakura sedikit tersentak, namun ia langsung ikut duduk di depan Obito.

"Kau makan lahap sekali, seperti orang yang belum makan sejak lahir," celetuk Sakura sambil terkekeh.

"Hey, kau tidak bisa makan dengan tenang jika makanannya seenak ini."

"Ya, ya. Habiskan saja makanannya. Aku membuat bento ini tanpa sepengetahuan Kakashi-niisama, tahu."

Obito hanya manggut-manggut dengan mulutnya yang masih mengunyah. Lalu ia menelan makanannya, "Sakura, kurasa kau bisa mencuri resep Kakashi. Lalu, kau memasaknya untukku. Jadi, kau tidak perlu lagi membuatkanku bento diam-diam, 'kan? Ya, kau tahu, kalau makanan yang dibuat Kakashi tidak mungkin gagal."

Seketika itu, wajah Sakura terasa sangat panas. Ia tersipu malu karena ucapan Obito yang menurut pengertiannya berarti Obito mengingkannya lagi, namun ia lebih merasa malu karena ia tidak bisa memasak. Nasibnya memang malang.

"D- daripada mencuri, akan lebih baik jika aku meminta untuk diajarkan memasak saja padanya."

"Ya, kau benar. Aku salut jika Kakashi mau mengajarimu memasak," ucap Obito dengan mulutnya yang kembali penuh.

"Masakan pertamamu nanti, biarkan aku yang mencoba pertama kali, ya?"

Jantung Sakura rasanya mau meledak karena tempo detaknya yang begitu cepat. Kepalanya terasa penuh dan perutnya bergemuruh. Ia merasa sangat tersipu malu dan gugup.

"Ya, tentu saja."

Beberapa menit kemudian, Sakura merapikan kotak bento yang isinya sudah dimakan Obito. Anak laki-laki itu kembali melanjutkan latihannya.

Sakura yang melihatnya termenung. Apakah mungkin seorang Uchiha memang sekeras itu untuk mencapai tujuannya?

Contohnya, Sasuke. Ia bahkan rela mengkhianati desanya hanya karena tidak ingin jika Naruto lebih kuat darinya dan ingin membunuh kakaknya sendiri dengan dalih membalaskan dendam klannya.

"Sakura, ini sudah sore. Sebaiknya kau pulang atau kau akan dimarahi oleh Kakashi."

Sakura langsung menatap langit berawankan cirrus. Sudah hampir gelap.

"Kalau begitu, aku pulang ya," Sakura langsung berdiri dan menepuk-nepuk pakaiannya yang terkena debu. Kedua tangannya menjinjing kotak bento.

"Obito-kun, kau jangan berlatih terlalu keras sampai lupa segalanya. Kau juga harus tetap dalam stamina yang bagus. Kau ingin menjadi Hokage, 'kan?"

Obito justru terlihat berapi-api. Sorot matanya menunjukkan sebuah tekad kuat seperti yang Guy dan Lee selalu lakukan jika mereka bersemangat.

"Kau malah membuatku semakin bersemangat, Sakura. Lihat saja nanti. Mungkin kau akan menjadi orang pertama yang kudatangi setelah aku menjadi Hokage."

Sakura tersenyum hingga matanya menyipit dengan jantungnya yang kembali berdegup kencang, "Ya. Aku akan menantikannya."

"Tadaima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tadaima..."

Baru saja Sakura menjejaki lantai ruang tengah. Ia langsung mendapat tatapan maut dari Kakashi yang berdiri di sana sambil melipat tangan di dadanya.

"K- kenapa?" tanya Sakura dengan gugup.

"Kenapa ikanku hilang satu? Bukankah tadi kau hanya memakannya satu?"

Sakura menghampiri Kakashi dan menepuk-nepuk pundaknya sambil cengengesan, "Kau tahu bukan, akhir-akhir ini banyak kucing liar. Aku tidak tega melihatnya."

Sakura tidak menyadari kalau sorot mata Kakashi tertuju pada kain yang membalut kotak bento itu, "Apa kau memberi makan kucing dengan seniat itu? Apa kau pikir kucingnya sedang bersekolah atau bekerja sampai dibuatkan bento?"

Seketika itu, Sakura benar-benar merasa gugup. Ia menundukkan kepalanya. Tangannya meremas ikatan kain bento tersebut dengan kuat.

"Maaf, aku berbohong. Aku membuat bento ini untuk Obito-kun. Kau tahu, dia berlatih sangat keras, dia bahkan tidak pulang sejak kemarin."

Kakashi menghela napasnya kuat. Lalu, mencengkram kedua bahu Sakura dengan lembut, "Dengar, aku tidak akan marah kau melakukan itu, tapi kau tidak boleh berbohong padaku atau pada siapapun. Tousan tidak mengajarkanmu berbohong, 'kan?"

Sakura mengangguk, "Ya, aku tahu aku salah. Aku minta maaf."

"Sudah, ini bukan masalah besar yang harus dipertengkarkan," ucap Kakashi sambil melepas pegangannya, kemudian berjalan menuju kamar.

Di saat itu juga, Sakura langsung menaruh kotak bento di atas meja dan mengejar Kakashi yang sudah berada di depan pintu kamarnya.

"Kakashi-niisama, tunggu sebentar!"

Kakashi berbalik dan menatap Sakura dengan alisnya yang naik sebelah.

"Tolong ajari aku memasak!"

"Hah?"

Sakura menatap wajah cengo Kakashi dengan serius. Sekarang tekadnya adalah bisa memasak, bukan lagi tentang shuriken.

"Kau sedang tidak dirasuki roh jahat, 'kan?" tanya Kakashi sambil menempelkan telapak tangannya di kening lebar Sakura.

"Ish, aku serius!" kesal Sakura, ia menepis kasar tangan Kakashi.

"Baiklah. Kita bisa lakukan itu setelah aku menyelesaikan misi besok."

Jelas Sakura merasa senang. Karena baru kali ini Kakashi langsung menyetujui keinginannya.

"Terima kasih!" seru Sakura yang spontan langsung memeluk Kakashi dengan erat.

Again [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang