Keesokan harinya, Sakura menunggu Kakashi—yang belum juga pulang—di pintu depan rumah. Bahkan Sakumo menyuruhnya untuk tidak sampai seperti itu. Namun, Sakura terus mengelak.
Hingga terdengar suara gagang pintu yang diputar, Sakura langsung bangkit dan berdiri di depan pintu. Kedua tangannya ia letakkan di belakang punggung. Senyum lebarnya merekah.
"Tadaima-"
"Okaeri, Kakashi-niisama."
Dalam hati Sakura cekikikan karena rencana yang ia buat sebelum tidur akhirnya terjadi juga. Ia berencana untuk melakukan apa yang dikatakan Sakumo dan menyebut Kakashi kakak dengan sufiks '-sama'. Karena katanya Kakashi itu terlalu meraja di rumah, buktinya ia diperlakukan seperti anak tiri yang tidak diharapkan.
Namun, ternyata respon Kakashi tidak seperti yang Sakura bayangkan. Mata yang seharusnya berbinar, malah menunjukkan ketidaksukaan yang lebih mendalam. Bibir yang seharusnya mengucap, 'ya, aku pulang' malah diam seribu bahasa.
Anak itu malah melengos pergi. Ia tidak menghiraukan Sakura. Begitu sakitnya hati gadis kecil yang sudah terduduk dengan kepalanya yang ia selundupkan ke dalam kedua tangannya yang dilipat.
Sakura menangis. Dan tiba-tiba ingatan dari zamannya melintas di pikirannya. Sikap Kakashi dewasa yang ada di zamannya sangat berbeda dengan Kakashi kecil saat ini.
"Kakashi, selamat datang."
Pendengaran Sakura menangkap percakapan antara ayah dan anak yang sama-sama berambut perak tersebut.
"Tousan, apa maksudnya Sakura seperti tadi padaku? Itu membuatku semakin tidak nyaman."
***
Sakura diam-diam keluar dari rumah. Ia tidak ingin lagi mendengarkan apa yang dilontarkan dari mulut pedas Kakashi. Itu terlalu menyakiti hatinya.
Sakura memutuskan untuk diam di taman seperti saat itu. Dan ternyata Genma ada di sana juga. Anak itu melambai pada Sakura dengan wajah datarnya. Namun tidak sedatar Kakashi.
"Genma, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sakura setelah duduk di sebelah Genma.
Pemandangan yang indah. Ada sungai dan rumput hijau serta pohon besar menjulang di taman ini. Seandainya ia bisa merasakan ini bersama Sasuke.
'Ah, tidak, tidak. Aku tidak boleh memikirkan Sasuke-kun!'
Genma yang melihat Sakura memejamkan matanya sambil menggeleng-gelengkan kepala pun keheranan, "ada apa, Sakura?"
"Eh? T- tidak."
Seketika keheningan melanda. Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu bingung ingin membicarakan tentang apa. Dalam hati Sakura berbicara bahwa saat ini mereka masih kecil, tapi kenapa rasanya sulit memulai percakapan walau sekadar tentang permainan yang membosankan.
"Kenapa kau baru ke sini?" tanya Genma yang akhirnya mengakhiri kecanggungan di antara mereka.
"Aku..."
"Apa karena Kakashi?"
Sakura melirik Genma. Menatap matanya dengan raut bingung. Bagaimana anak itu bisa tahu apa yang terjadi padanya?
Genma tertawa canggung sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu memegang kalung yang dipakaikan oleh Sakura.
"Kau tahu, sepertinya kalung ini menghubungkan kita. Aku merasa kau dan aku terikat batin."
Sumpah. Sebenarnya Sakura ingin memukul Genma yang ternyata sejak kecil sudah bermodalkan dusta, tapi ia tidak bisa karena kekuatannya tidak muncul.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Again [Re-publish]
Fanfiction━━━━━━ 𝐀𝐍𝐈𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂 © 13/05/2021 haarunorin !¡ disclaimers ¡! Naruto © Masashi Kishimoto Inspired by anime: Naruto Shippuden and other writers * Terlempar ke dunia lain. Hidup di masa ketika Kakashi masih kecil. Haruno Sakura. Setelah perang...