Bagian 23

979 102 2
                                    

Di pagi hari, Sakura termenung di atas kasurnya. Ia sampai kesulitan tidur beberapa hari ini karena ucapan Guy. Ia masih merasa bimbang dengan keputusan apa yang harus diambilnya.

Sudah sewajarnya jika Sakura menjadi shinobi, bahkan itu adalah hal yang lumrah. Apalagi di tahun-tahun ini sedang marak perang antardesa. Pasti akan ada banyak ninja yang gugur. Dan harus ada ninja baru untuk mengganti posisi mereka.

Barangkali khawatir akan hal itu, yang Sakura lebih cemaskan adalah bagaimana di masa depannya nanti.

Di satu sisi, Sakura tidak ingin merubah masa lalu yang sudah terjadi, tapi ia juga tidak ingin sesuatu di masa lalu itu mengakibatkan sesuatu yang buruk terjadi di masa depan. Namun, ia juga sudah tidak lagi merasa percaya bahwa ia bisa merubah masa lalu. Buktinya ada pada Sakumo yang tetap mati, meskipun itu bukanlah kesalahan yang dilakukannya maupun Kakashi sendiri.

Sakura memutuskan untuk keluar dari kamar dan menyegarkan tubuhnya. Lalu, duduk bersimpuh di dekat Osaka di ruang tengah.

"Apa yang harus kulakukan, Osaka?" tanya Sakura, ketika Osaka mendusel-duselkan kepala ke kakinya.

"Aku pernah tidak berguna saat di usiaku yang seperti ini, tapi aku juga tidak ingin jika itu menyebabkan perubahan di masa depan. Aku tidak ingin kehilangan Sasuke-kun maupun Naruto. Harus kuakui, aku juga tidak ingin kehilangan Ino. Begitupun dengan yang lainnya."

"Tapi, jika keputusan yang kuambil ini ternyata bisa merubah masa depan dan aku tetap berada dalam porsiku jika sudah kembali ke masaku, aku akan menyetujuinya."

Sakura diam sejenak.

"Ah, benar!" seru Sakura, senyumnya merekah. Kemudian, ia berkata lagi pada dirinya sendiri, "Mungkin aku harus berpura-pura menjadi shinobi di sini."

Tiba-tiba, Kakashi muncul dari dalam kamar. Ia menghampiri Sakura dan menatap gadis kecil itu datar.

"Aku akan pergi misi. Aku juga sudah memasak makanan untukmu. Kau bisa memberikannya pada Osaka kalau kau tidak suka dan membuatnya sendiri."

"Ya, aku tahu."

Sakura pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantor Hokage. Ingin memberi konfirmasi tentang apa yang dikatakan Guy tempo hari.

"Hey, nak. Apakah kau shinobi desa ini? Mengapa kau tidak memakai hitai-ate?" tanya seorang penjaga di gerbang depan kantor Hokage ketika Sakura sudah berada di sana.

Kedua mata penjaga itu langsung memicing. Ia menjulurkan kunai-nya, "Katakan, apakah kau penyusup dari desa lain?" tanyanya.

"A- aku bukan penyusup. Aku warga asli Konohagakure. Aku datang ke sini atas permintaan Hokage-sama sendiri. Beliau yang memintaku untuk menjadi shinobi."

Ninja penjaga itu nampak ragu dengan menaikkan sebelah alisnya. Membuat Sakura berkeringat dingin dengan peluh sebesar biji jagung keluar dari pelipisnya.

"Kau harus masuk akademi dulu sebelum menjadi shinobi sepertiku."

Sakura berdecih, "Hey, aku ini Sakura. Tidak perlu masuk akademi pun aku bisa melakukan jutsu-jutsu hebat, karena aku memang hebat, shannaro!" teriaknya kesal.

Kedua mata ninja penjaga tersebut langsung terbelalak. Ia membungkuk sekilas pada Sakura, membuat Sakura kebingungan.

"Maafkan aku, Sakura-san. Aku tidak tahu kalau orang yang ditunggu-tunggu oleh Hokage-sama adalah anak kecil sepertimu. Aku bersedia untuk mengantarmu ke dalam jika kau berkenan."

Again [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang