Bagian 22

970 96 1
                                    

Keesokan harinya

Sakura yang sedang duduk di ruang tengah sembari bermain dengan Osaka pun langsung berlari menuju pintu utama ketika pintu tersebut terbuka.

"Tadaima- ugh..."

Kakashi melenguh ketika tiba-tiba Sakura menghambur ke pelukannya.

"Okaeri, Kakashi-niisama!" balas Sakura, lalu melepas pelukannya.

Seketika itu, ekspresi Sakura yang awalnya senang berubah begitu ia
melihat wajah murung Kakashi. Kedua manik hijaunya menatap kedua mata Kakashi.

"Matamu terluka," ucap Sakura yang refleks menyentuh kelopak mata Kakashi. Seketika itu, ia dikejutkan dengan apa yang dilihatnya pada Kakashi lalu berkata, "Tunggu. Matamu... kenapa sebelah matamu berwarna merah?"

Kakashi langsung menepis kasar tangan Sakura, ia memegang mata kirinya yang semula berwarna hitam menjadi merah darah.

Sakura seribu miliar persen yakin kalau ia benar. Itu adalah sharingan. Ia baru ingat kalau ia melihat mata itu ada pada Kakashi sejak ia masih genin di bawah kepemimpinan si perak itu. Dan ada luka sayatan juga di sana.

"Kakashi-niisama, apa yang telah terjadi padamu? Kenapa matamu-"

"Tidak ada."

Sakura memandangi Kakashi yang melenggang pergi dengan raut kebingungan, "Mungkin aku akan mendapat informasi baru mengenai bagaimana dia bisa mendapatkan sharingan itu," gumamnya.

Lantas, Sakura pun mencari Kakashi ke sekeliling rumah. Tidak ada siapapun, kecuali Osaka. Ketika ia akan kembali ke kamarnya, tiba-tiba Kakashi muncul dari ruangan sebelah yang tak lain adalah kamarnya sendiri.

"Sakura, ada yang ingin kukatakan padamu."

Sakura langsung menghampiri Kakashi yang sudah duduk di atas kasurnya.

"Ada apa?" tanya Sakura. Merasa sedikit cemas saat melihat ekspresi Kakashi, ia kembali bertanya, "Apa yang ingin kau katakan? Kenapa kau terlihat murung sejak kepulanganmu tadi?"

"Kenapa? Ada apa?" tanya Sakura lagi dengan sedikit nada tinggi karena si perak itu tidak menggubrisnya.

Hening sejenak, sebelum akhirnya Kakashi membuka suaranya.

"Tidak ada. Aku hanya... ingin minta maaf padamu."

Alis Sakura mengerut. Ia tidak paham dengan jawaban Kakashi. Kenapa anak itu tidak menjawab dan malah meminta maaf padanya. Ia pun mendekatkan langkahnya. Lalu, sedikit membungkuk menatap Kakashi yang menundukkan kepalanya.

"Apa kau ada masalah? Apa ini berhubungan dengan misi?" tanya Sakura sambil memegang kedua bahu Kakashi dengan lembut.

"Hey, jika ini mengenai misi, kau tidak perlu sangat bersedih. Kau sudah melakukan yang terbaik. Kau tidak akan mengalami masa-masa suram yang menyedihkan karena aku akan selalu bersamamu bukan? Aku akan ada untukmu," sambungnya.

Sakura tersentak ketika kini Kakashi lah yang tiba-tiba memeluknya. Sangat erat. Seakan ia akan pergi setelahnya. Tangan mungilnya bergerak mengelus-elus punggung Kakashi dengan hangat.

"Anak kecil seperti kita, tidak seharusnya mengalami hal-hal yang berat, 'kan? Kita akan berbahagia bersama Osaka, Rin-chan, dan juga Obito-kun."

Seketika itu, Kakashi langsung melepas pelukannya dengan cukup keras hingga membuat Sakura terkejut. Tatapan anak itu menjadi terasa lebih dingin.

"Aku minta maaf. Tolong, pergilah. Dan untuk beberapa hari, tolong jangan hiraukan aku dulu."

Again [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang