Bagian 14

1.2K 144 1
                                        

Sakura yang seharian menunggu Kakashi pulang setelah misi, akhirnya merasa sangat bosan. Jika Kakashi tidak ada, maka Obito pun tidak akan ada. Dan itu menjengkelkan.

Kemudian, ia memutuskan untuk mencari udara segar dengan cara berjalan-jalan di desa. Ketika di tengah perjalanan, langkahnya terhenti saat ia melihat ada seekor kucing berwarna abu-abu berkepala bulat dan tubuh cukup besar.

"Neko-chan, kenapa kau bisa tersesat di sini? Ini berbahaya untukmu," ucap Sakura yang jelas tidak akan dijawab oleh kucing tersebut sambil mengelus bulunya.

"Ah, kau sangat menggemaskan sekali!"

Sakura langsung membawa kucing itu ke pelukannya dan memeluknya dengan sangat erat ketika kucing itu mengeong dengan lantang.

"Jika ada Kiba, mungkin kau akan diselamatkan olehnya, Neko-chan."

Seketika itu, Sakura langsung tertawa terbahak-bahak. Ia baru ingat kalau Kiba itu ibaratkan siluman anjing dan sudah jelas tidak menyukai kucing. Kecuali, mungkin pada Tamaki.

Dengan senang hati, Sakura membawa kucing tersebut dan kembali ke rumah.

Setibanya di rumah, ia menurunkan kucing tersebut dan memakaikan ikat leher dari pakainnya yang ia sobek di leher kucing tersebut.

"Nah, kau sudah bertambah lucu. Aku akan menamaimu..."

Sakura termenung. Matanya bergulir ke sana kemari dan tangannya memegang dagu seolah sedang berpikir keras.

"Ah, aku tahu!" seru Sakura yang menjetikkan jarinya. Matanya ikut membesar. Kucing tersebut seakan mengerti dan menatap Sakura dengan pupilnya yang juga ikut membulat.

"Karena kau kucing jantan, aku akan memberikanmu nama Osaka. Apa kau menyukainya?"

"Meow!"

Sakura kembali memeluk kucing tersebut dengan erat, "Baiklah, mulai sekarang namamu Osaka. Tunggu sampai Kakashi-niisama datang dan bertemu denganmu ya!"

Beberapa waktu berlalu hingga ia lupa betapa ia tadi ingin Kakashi segera pulang untuk mengajarinya memasak. Ia terlalu asyik bermain dengan kucing.

"Nee, Osaka. Kau tahu, aku juga diberikan ini oleh Sakumo-san. Dan ini Kakashi-niisama yang memakaikannya, lho," tutur Sakura sambil menunjuk ikat kepala berwarna merah yang terikat di kepalanya. Merubah seutas tali menjadi sebuah bando yang cantik.

"Kau harus bersikap baik ketika Kakashi-niisama pulang, ya. Berlagak imutlah supaya dia tidak mengusirmu."

Sakura mengelus-elus bulu Osaka dengan sangat lembut. Senyumnya terus terukir, menggambarkan betapa senangnya ia hari ini.

Lalu tak lama, suara decitan pintu terdengar. Seseorang melangkah masuk ke dalam rumah dan suara sepatu yang baru saja dilepas dari kaki pemiliknya.

"Tadaima..."

Sakura langsung berlari secepat kilat menghampiri orang tersebut sambil menggendong Osaka di pangkuannya.

"Okaeri, Kakashi-niisama!" ucap Sakura sambil tersenyum manis, seperti dulu.

Dan benar saja, hal dulu itu terjadi lagi. Kakashi nampak tidak senang dengan sambutannya.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa ada kucing di sini? Kau tahu aku tidak suka kucing."

Namun Sakura malah menarik Kakashi, membawanya duduk di ruang tengah. Ia duduk bersimpuh dengan Osaka di atas pahanya yang langsung tertidur.

"Kakashi-niisama, izinkan Osaka untuk tinggal di sini, ya? Tadi aku menemukannya di jalan," jelas Sakura sambil mengelus bulu Osaka.

"Kau pergi dari rumah? Kenapa?"

"A- aku bosan karena menunggumu pulang. Padahal misinya bukan tingkat tinggi, tapi sepertinya kau kerepotan ya sampai pulang sore."

Kakashi menghela napasnya berat, "Tidak. Terima kasih sudah menungguku, maaf karena aku membuatmu menunggu."

Sakura mengangguk, tangannya kembali mengelus bulu abu-abu Osaka yang halus dan lembut.

"Tadi kau menamainya apa?"

"Hah?" Sakura langsung mendongak, menatap Kakashi yang menatap Osaka. Lalu, ia kembali berkata, "Ah, Osaka. Dia menggemaskan, 'kan?"

"Kenapa Osaka? Apa kau memaknai nama itu?"

"Hmm... kurasa tidak. Entahlah, itu terlintas di pikiranku begitu saja."

Sakura terkejut bukan main ketika tangan Kakashi terulur dan mulai mengelus-elus tubuh berbulu Osaka yang fluffy.

"Kau boleh memeliharanya."

Kedua mata Sakura membulat seiring dengan senyumnya yang merekah. Secara spontan, ia memeluk Kakashi hingga Osaka yang masih tertidur di pangkuannya langsung meloncat.

Kakashi diam-diam menelan ludahnya dengan susah payah. Entah mengapa tubuhnya tidak merespon apapun. Ia tidak membalasnya, namun tidak menolaknya juga.

Setelah Sakura melepas pelukannya, Kakashi bernapas dengan lega.

"Osaka menarik, ya."

Kakashi mengangguk.

Sepasang mata kedua anak itu menatap Osaka yang sedang menjilati tubuhnya sendiri. Sesekali ia bersikap siaga dan menyeruduk Kakashi. Itu membuat Sakura tertawa kencang.

Lantas, Sakura mengambil Osaka dan membiarkannya tidur kembali di pangkuannya.

"Jadi, kapan kau akan mengajariku memasak, Kakashi-niisama?"

Kakashi yang tadinya menatap Osaka langsung mengalihkan tatapannya ke sembarang arah. Diam tak bergeming. Sakura jelas kesal melihatnya.

"Hey, kau tidak mendengarku?"

"Kurasa tidak hari ini. Aku sangat lelah."

Sakura menghela napasnya gusar, "Sayang sekali... padahal aku ingin sekali melakukannya."

Kakashi kembali menatap Sakura, "Benar juga. Kenapa kau tiba-tiba ingin kuajari masak? Bukankah sebelumnya kau selalu mendesakku untuk mengajarimu shuriken?"

"Ah, tidak, tidak. Kau benar, sudah cukup latihan shuriken kemarin," tutur Sakura sambil cengengesan dan tangannya yang dilambai-lambaikan.

"Lalu?"

Sakura diam sejenak. Jika ia katakan bahwa ia ingin belajar masak adalah untuk Obito, apakah Kakashi tidak akan marah padanya?

"Hey, Sakura. Kenapa kau malah melamun?"

"Hah? T- tidak. Aku... ya, kau tahu, 'kan, kalau kau tidak ada, ya, tidak ada yang masak. Makanya, aku ingin belajar masak supaya kalau kau tidak ada aku masih bisa makan enak."

Kakashi langsung berdiri dan menarik tangan Sakura, membuat gadis kecil itu ikut berdiri.

"Kurasa, aku bisa mengajarimu memasak sekarang. Kita juga bisa memberi Osaka makanan hasil buatanmu yang pertama."

Again [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang