Bagian 7

1.3K 158 6
                                    

"Sakura, Kakashi, kemarilah!"

Sakura yang sedang berada di kamar dan Kakashi yang sedang berlatih pun menghampiri Sakumo. Kedua anak itu duduk bersimpuh di hadapan Sakumo di ruang tengah. Pria paruh baya itu tersenyum hangat.

Sakumo lantas mengeluarkan beberapa lembar ryo dari dalam saku pakaiannya. Sakura dan Kakashi yang melihat Sakumo menjulurkannya pada mereka, membuat kedua anak itu kebingungan.

"Tousan ingin kalian pergi untuk membeli barang yang sama. Kalian tahu 'kan apa itu?"

Sakura menatap uang yang ada di genggamannya, "sesuatu yang sama? Mungkin yang dimiliki pasangan?"

Sakumo tersenyum ceria sambil menepuk-nepuk pipi Sakura dengan lembut, "kau pintar sekali, ya, anak tousan yang paling cantik."

Kakashi semakin cemberut, "tousan, aku ini anak aslimu. Kenapa tousan malah memujinya!"

"Kau cemburu, ya, Kakashi?" Sakumo terkekeh, lalu mengusap pucuk kepala Kakashi, "kau memang anak tousan satu-satunya yang paling tampan."

Kakashi hanya berdecih. Ia mendengus sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Sakura ikut terkekeh melihatnya.

"Ayo, sana. Cepat belikan uang itu atau tousan akan memberikannya pada Guy yang katanya rivalmu itu."

Kakashi langsung terbelalak, "apa? Tidak, tidak. Aku tidak ikhlas jika uang itu ada di tangan Guy. Lagi pula, kenapa tousan tiba-tiba menyuruhku untuk itu, sih?"

Sakumo merengkuh kedua anak itu dalam pelukannya. Mengecup pucuk kepala mereka bergantian, "untuk membuat kalian saling terikat karena tousan sangat menyayangi kalian."

Sakumo pun melepaskan pelukannya, "sudah, cepat. Pergilah."

***

Sesuai dengan keinginan Sakumo, Kakashi dan Sakura pergi keluar untuk mengunjungi tiap-tiap toko yang ada di desa. Mulai dari toko makanan hingga toko persenjataan. Dan itu tentu saja membuat Sakura sedikit kesal, bagaimana bisa senjata dijadikan barang yang berpasangan.

[kalau masih bingung, intinya mereka disuruh beli barang couple :)]

"Kurasa kunai bermata tiga tadi tidak buruk," kata Kakashi, ketika mereka keluar dari toko persenjataan.

"Kau tidak bisa menjadikan senjata untuk sesuatu yang seperti itu, Kakashi-niisama!"

Kakashi mendengus, "niisama, niisama. Saat itu kau memanggilku dengan kun, lalu kau memanggilku dengan san. Maumu apa, sih?"

Sakura terkekeh, membuat Kakashi menatapnya dengan sebal. Tiba-tiba, sorot mata mereka menangkap sosok anak laki-laki berambut hitam dengan pakaian biru-jingganya yang tak lain adalah Obito.

"Oi, Kakashi!" teriaknya sambil melambaikan tangannya dan berlari. Napasnya tergesa-gesa ketika berhenti di depan mereka.

"Konnichiwa, Obito-kun," Sakura membungkukkan badannya sekilas lalu tersenyum.

"Uh, ya," balas Obito, "kau ini kaku sekali Sakura. Memangnya aku ini petinggi harus diberi salam formal seperti itu."

Sakura hanya cengengesan.

"Tapi aku memang akan menjadi petinggi sih. Ah, bukan, bukan," suara Obito yang semula pelan langsung naik oktaf, "aku akan menjadi pemimpin desa ini. Aku akan menjadi Hokage. Lalu wajahku akan terukir di Monumen Batu Hokage!"

Sakura diam-diam mengulum senyum melihat Obito yang mengepalkan tangannya ke atas langit.

"Maka dari itu, dukung aku dan berikan aku kekuatanmu ya, Sakura!"

Again [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang