SELAMAT MEMBACA KISAH ARES DAN ADARA!
-
Ares
Jgn lp hari ini bimbinganItulah pesan singkat tanpa tanda titik yang aku dapatkan ketika mengecek ponselku. Aku menaikkan sebelah alisku. Bukannya bimbingan hari sabtu? sedangkan hari ini baru hari jumat. Mungkin Ares ada keperluan mendesak kali ya sehingga dipercepat menjadi hari ini, pikirku.
Ngomong-ngomong soal kemaren, mengingatnya membuatku mendengus kesal, pasalnya setelah keluar dari gedung pameran kemaren, Ares kembali tidak banyak bicara. Dia bahkan hanya berdehem ketika aku mengajaknya berbicara.
Tapi lagi-lagi kalimat Ares semalam membuatku overthinking untuk kesekian kalinya.
"...Terkadang emang susah buat diterima, tapi benar kata lo tadi. Lo kurang bersyukur. Gue ngomong gini karena gue peduli sama lo..."
Karena gue peduli sama lo.
Peduli.
Aku menggelengkan kepalaku cepat untuk menghapus pemikiran yang mampu membuatku halu ketinggian. Aku bangkit dari tempat tidur dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah merapikan beberapa buku dan menoleh kearah cermin, aku segera menuju pintu untuk turun kebawah. Tapi niatku urung ketika mendengar suara klakson motor yang menggema di telingaku.
Aku sedikit berlari kearah balkon kamarku dan benar saja, didepan gerbang sudah ada Ares dan mama yang tersenyum jahil.
"Ayo Ra! Udah ditungguin Ares nih!" teriak mama membuatku membuang muka. Ya jelas lah aku membuang muka, semua itu karena aku enggan memperlihatkan kedua pipiku yang sudah memerah.
Saat aku sudah menggunakan sepatu, aku langsung berjalan menuju gerbang.
"Enggak sarapan dulu nak?" tanya mama dan aku menggeleng.
"Di sekolah aja ma."
"Sarapan dulu sana," ucap Ares.
"Gak."
"Entar sakit lagi," kata Ares yang aku anggap ejekkan.
"Biarin."
"Entar gue khawatir."
"Bagus dong," celetukku asal.
Suara tawa menggelegar dan membuatku sadar kalau masih ada mama disini. Aku langsung menaiki motor Ares tanpa peduli kearah Ares yang menatapku tajam. Mama masih tertawa membuatku semakin salah tingkah. Hingga suara Ares terdengar, mama akhirnya menghentikan tawanya.
"Ara sarapan sama Ares aja Bu di sekolah, kalau begitu kami pamit Bu."
"Iya, hati-hati ya."
Aku mengulum senyuman melihat interaksi mama dengan calon suamiku ini. Tapi lagi-lagi mama membuatku salting karena dia kembali tertawa meledekku. Kalau bukan mamaku, mungkin udah aku gigit tuh tangannya.
Ares berdehem dan mulai menyalakan motornya. Selama perjalanan, aku sibuk melihat kanan kiri memandangi kendaraan yang berlalu lalang pagi ini.
Hingga tanpa sadar motor Ares berhenti. Aku sedikit kaget melihat Ares yang berhenti di halte bis dekat sekolah. Ya, halte bis yang waktu itu dijadikan tempat berteduhku dan Ares saat pulang dari melihat pertandingan sparing.
"Turun," katanya dan aku menurut saja.
Aku merapikan poniku ketika sudah berhasil tegak di samping motor. Saat aku menaikkan pandanganku, yang aku lihat hanya Ares yang meninggalkanku begitu saja. Aku melotot dan buru-buru mengejar motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen FictionBima Antares Denov (Ares) sama seperti bintang yang sedang sekarat di rasi skorpius. Menjadi siswa berprestasi tidak lantas membuat Ares mendapatkan kebahagiaan yang utuh. Ares yang tinggal di panti asuhan dan berkerja paruh waktu sebagai guru les p...