Ada yang nungguin aku update enggak sih?:(
SUDAH SIAP BACA ARES DAN ADARA BELUM?
—
Bel sekolah baru saja berbunyi. Aku, Sani, dan anak-anak kelas sangat santai pagi ini. Jam pertama adalah pelajaran Pak Aga yang kebetulan tidak masuk. Deral kembali setelah dipanggil guru piket. Sepertinya dia kelelahan karena berlarian kecil ke kelas. Sani mengangkat alisnya melihat itu.
"Lo kenapa sih?" teriak Sani dari kursinya.
"Gawat ini! Gawat!" jawab Deral membuat fokus semua anak kelas menuju kearahnya.
"Pak Adri ngadain ulangan dadakan! Jadi kita disuruh belajar sekarang," lanjut Deral membuat semua anak mengedesah kecewa.
Beberapa anak di kelas buru-buru mengeluarkan buku paket untuk belajar, termasuk aku. Tapi tidak dengan Sani, dia hanya pasrah dan berkali-kali terlihat berdoa. Sekarang Sani tertidur, katanya ingin menyiapkan energi untuk cap-cip-cup memilih jawaban. Sedangkan aku menatap nanar materi fisika dihadapanku. Rasanya tulisan yang ada di buku semuanya memburam karena terlalu padat.
"Susah banget sih," gumamku setelah mencoba mengerjakan soal.
"Adara, belajar bareng dong!" ucap Deral yang tiba-tiba datang ke mejaku.
"Iya, tapi gue juga enggak ngerti nih!" ujarku yang dijawab senyuman manis oleh Deral.
Deral segera menari kursinya. Kami mulai mencoba mencari jawaban. Kadang-kadang hasil yang aku dapatkan berbeda dengan milik Deral. Kami lantas menghitung ulang bersamaan. Sesekali aku menangkap pandangan Deral yang tertuju kearahku. Aku memilih tidak memperdulikannya dan fokus dengan buku paketku.
Deral menoleh kearahku, "Semangat banget sih, Ra," katanya.
"Gue mau serius nih. Fisika gue remedial terus dari dulu," ujarku jujur. Memang nilai fisikaku tidak pernah mencapai target. Bagaimana ingin mencapai target? Jika mencapai KKM saja susah!
"Hahaha," gelak tawa Deral membuatku geleng kepala. Kenapa Deral aneh sekali? Padahal aku hanya jujur. Mungkin itulah yang ada dipikiran Ares kemaren.
"Pelajaran mulu yang diseriusin, guenya kapan?" ucapnya sok dramatis. Aku yang melotot mendengarnya, membuat gelak tawa Deral kembali pecah.
"Diem mang! Ribut aja lo! Sana balik!" kata Sani yang terbangun ketika mendengar tawa Deral.
Deral makin tertawa tapi setelahnya berdiri dan kembali ke mejanya. Aku hanya terkekeh pelan. Sani melanjutkan tidurnya. Kini giliran Adiva yang mendatangi mejaku. Dia senyum-senyum enggak jelas membuatku sedikit merinding saat menatapnya.
"Adara, mau nemenin gue enggak pas istirahat? Kan kita ulangannya udah istirahat kedua," rayu Adiva membuatku menaikkan sebelah alis.
"Temenin kemana Div?" tanyaku.
Adiva tersenyum cerah, "Ke kelas Kak Anggara sama Kak Ares yuk? Minta ajarin fisika! Kan Kak Ares sekarang guru privat lo, bisa dong artinya kalau minta ajarin? Gue juga minta ajarin pacar gue hehe."
Oh iya, aku baru ingat kalau Ares satu sekolah denganku. Untung saja, si bucin Adiva mengingatkanku. Kan mantap kalau belajar sama Ares. Materi rasanya enteng dan berlalu. Yah hitung-hitung untuk modus juga. Siapa tau Ares jadi suka denganku. Ah, sepertinya aku terlalu berharap, karena nanti aku yang semakin suka dengannya!
"Ide lo bagus juga, Div," ujarku.
Adiva menunjukkan jempolnya, "Kalau gitu, istirahat pertama nanti ya?" tanya Adiva yang aku angguki.
Adiva kembali ke mejanya. Aku juga kembali fokus dengan buku paket dihadapanku. Aku mengelah napas saat tidak menemukan jawaban. Aku mengalihkan pandangan kearah depan pintu. Tanpa sengaja, aku kembali menangkap basah Deral yang terang-terangan memperhatikanku. Dia segera mengalihkan tatapannya kearah lain saat mataku bertatapan dengan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES
Teen FictionBima Antares Denov (Ares) sama seperti bintang yang sedang sekarat di rasi skorpius. Menjadi siswa berprestasi tidak lantas membuat Ares mendapatkan kebahagiaan yang utuh. Ares yang tinggal di panti asuhan dan berkerja paruh waktu sebagai guru les p...