Satu

2K 63 17
                                    

Hallo semua, terima kasih buat kalian yang baca.

SUDAH SIAP BACA ARES DAN ADARA KAH TEMAN-TEMAN?

Aku memakai sepatu dan segera menyusul Mama yang sudah berada di dalam mobil. Mama mengatakan akan mengajakku ke panti asuhan cahaya dan memperkenalkan aku dengan guru privat pengganti. Tadinya aku enggan mengganti guru privat, tapi Kak Maya mengundurkan dirinya. Kalau tidak salah alasannya, dia ingin melanjutkan pendidikannya.

Mama tersenyum cerah melihatku yang baru memasuki mobil. "Ayo pasang sabuk pengamannya," ujar Mama sebelum akhirnya menjalankan mobil.

"Iya Ma, kok semangat banget sih?" tanyaku seraya melirik mimik wajah Mama yang antusias.

"Kamu pasti suka ketemu Ares!" seru Mama lalu aku hanya diam.

Jujur, aku sangat penasaran dengan cowok bernama Ares itu. Bahkan, Sani di sekolah sangat heboh membicarakan kakak kelas yang baru pindah ke SMA ku sepuluh hari yang lalu. Sani juga mengatakan kalau Ares yang baru pindah, sudah menjadi anak kesayangan Pak Aga. Aku memang belum pernah bertemu dengan dia. Terlebih baru dua hari yang lalu aku dapat kembali ke sekolah, setelah pulang dari Bandung, jumpa kangen dengan nenekku.

Tidak terasa akhirnya kami pun sampai. Aku berjalan keluar mengikuti Mama yang sekarang sedang bersalaman dengan seorang wanita paruh baya. Aku tersenyum cerah saat wanita tadi memelukku.

"Kenalin Bu Irah, ini anak saya satu-satunya, Adara," ucap Mama memperkenalkanku dan aku segera menyalami tangan wanita tersebut.

"Adara, Bu Irah," ujarku sopan yang dijawab senyuman dari Bu Irah.

"Sebentar ya, Ibu panggil Ares dulu," pamit Bu Irah yang sebelumnya telah mempersilahkan aku dan Mama duduk.

"Ra, Ares itu anaknya pinter banget loh! Ganteng juga!" ucap Mama kepadaku.

Mama dan Papa memang sering membicarakan soal Ares selama ini. Dari ceritanya saja aku sudah sangat kagum dengan sosok Ares-Ares itu. Papa juga tidak kalah heboh ketika membahas Ares yang tumbuh menjadi sosok yang sangat tampan.

"Eh Ares! Kenalin ini loh yang Ibu ceritain itu! Anak Ibu satu-satunya, Adara," kata Mama mengenalkan aku dengan Ares.

Aku mengamati wajah Ares dengan seksama. Hingga detik ketiga aku menerbitkan senyum cerah. Ares ganteng banget! Jangan lupakan bahwa Ares sesuai banget sama tipe ideal ku!

Ares melangkah kearahku yang masih senyum-senyum enggak jelas, "Bima Antares Denov, panggil gue Ares," ucapnya yang menjulurkan tangannya dihadapanku. Aku segera menyambut tangannya dengan antusias.

"Adara Arkana, panggil gue Adara," jawabku dengan senyuman terbaik yang aku punya.

"Oke," ucapnya masih dengan raut muka datar.

"Ayo kalian tukeran nomor telepon, nanti kalau mau bicarain jadwal bimbingan kan mudah," saran Mama dan kini Ares menyodorkan ponselnya kearahku.

Aku mengetik beberapa angka dan menyerahkan ponselnya kembali. Ares tampak mengetik namaku dan setelahnya, Mama dan Ibu Irah pamit untuk ke perkarangan belakang panti. Anak-anak yang lain katanya sedang tidur siang sekarang. Jadi, tinggallah aku dan Ares yang duduk berhadapan.

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang