Sembilan

416 31 66
                                    

Untuk kaum siders: vote kalian sangat aku harapkan:(

SELAMAT MEMBACA CERITA ARES DAN ADARA<3!

Pagi esoknya adalah jam olahraga 11 IPA 3. Aku sudah bersiap dengan seragamku, begitu pun dengan teman-teman lainnya. Deral bersiap untuk memimpin pemanasan. Guru olahragaku tidak masuk hari ini. Katanya ada urusan pribadi yang sangat penting.

"Buruan baris woi!" teriak Deral.

Kami semua kemudian berbaris rapi seperti biasa. Sani terkekeh geli melihat Deral yang mengamuk. Sani sengaja berlarian kecil disekitar barisan membuat Deral menundukkan badannya. Cowok itu membuka sepatunya dan siap melayangkan kearah Sani yang langsung kicep.

Deral memulai pemanasan, "Dua kali delapan, hitung mulai!" teriak Deral membuat kami segera menghitung.

Baru beberapa menit, keringatku sudah bercucuran di dahi. Suasana hari ini sangat panas. Sani bahkan mengipasi wajahnya dengan tangan. Lain dengan Adiva yang terlihat sangat bersemangat. Tidak heran, Adiva dulunya adalah atlet bulu tangkis saat sekolah dasar. Perempuan itu bahkan tahan mengelilingi lapangan lebar SMA ini tanpa harus minum terlebih dahulu.

Selesai pemanasan, aku dan semua anak cewek lebih memilih berteduh dibawah pohon rindang. Kami bercengkerama sesama. Sesekali kami menertawakan hal-hal aneh disekeliling lapangan. Lain dengan anak laki-laki yang memilih untuk bermain sepak bola dibawah teriknya matahari.

Deral membentuk tanganya seperti hati dan diarahkan kepadaku, "Love you Adara, calon suamimu bermain dulu!" teriak Deral membuat gelak tawa anak perempuan terdengar.

"Dasar oleng! Gak waras!" umpatku dan kembali mengipasi wajah.

"Eh tau enggak sih kalian?!" heboh Sani tiba-tiba membuat semua yang duduk disana mengalihkan atensinya menuju Sani.

Mata Sani berbinar ceria dan tanganya mengatup seperti sedang bermohon, "Kucing gue baru udah lahiran kemaren! Baby nya triplets!" lanjut Sani yang membuat aku dan teman-teman menyorakinya.

"Apa?! Iri kan lo pada!" seru Sani.

"Enggak kok San, ikhlas lahir batin gue!" timpal Thalita.

Adiva yang menyimak dari tadi akhirnya angkat suara, "Gue kirain apa tadi!" ucap Adiva seraya menyembur sembarangan bekas permen karet dari mulutnya.

Aku melotot saat semburan itu mengarah ke sebelahku, "Eh sia! jorok banget hoi!" umpatku.

"Ya maap beb," kata Adiva kalem.

"GOLLL!!!" seruan itu membuat kami mengalihkan pandangan.

Deral heboh sampai mengelilingi lapangan. Saat melewati tempatku duduk, dia kembali membentuk tangan seperti hati. Aku geleng-geleng melihat itu. Lain dengan Sani, cewek itu melotot.

"Hoi mamang monyong! Tau gak sih, lo kayak gitu mirip monyet bekatan!" ujar Sani membuatku tertawa.

Deral tersenyum miring, "Jangan gitu dong, entar lo suka sama gue!" seru Deral sebelum kembali bergabung untuk bermain.

Sani mengibaskan sebelah tangannya kearah Deral, "Stroberi, mangga, apel! Sori sori gak level!" ujar Sani membuat Deral membuang muka.

Thalita tertawa, "Bayangin kalau Sani nikah sama Deral guys!"

Sani berdiri kearah Thalita. Tangan Sani begitu ringan saat menokok dahi Thalita. "Tha! Lo nyebelin banget parah!" ucap Sani.

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang