Delapan Belas

282 21 10
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH ARES DAN ADARA!

-

"Ra!" seru Deral yang berjalan menghampiriku.

Mataku secara otomatis kedip-kedip berulang ketika melihat penampilan Deral pagi ini. Sungguh berbeda dari yang sering aku lihat sebelumnya. Ngomong-ngomong, Deral juga sering izin hanya mengikuti jam pertama pembelajaran saja selama beberapa hari ini, makanya aku jarang berinteraksi dengannya.

Seragam putihnya yang biasa berada diluar celana, kini tertata rapi selayaknya seragam anak SMA pada umumnya. Jangan lupakan rambutnya yang sepertinya diberi gel rambut membuat rambut urakkannya berubah menjadi sangat waw. Oh ya satu lagi, Deral tampil lebih ceria, buktinya dia menghampiriku disertai senyuman seperti habis mendapatkan uang tiga digit.

Berat untuk mengakui, tapi Deral benar-benar terlihat luar biasa pagi ini.

"Oh... Ya? Kenapa Ral?" kataku yang masih speechless ditempat.

"Gapapa, gue cuman kangen gangguin lo," katanya sambil tersenyum.

"Ah... Apaan sih lo! Lebay!" ucapku seraya terkekeh.

Deral ikut terkekeh, "Gue serius."

"Yaudah kalau serius," kataku lalu mengangkat kedua bahuku.

"Pulang sekolah nanti lo ada kegiatan gak, Ra?"

"Emm...Gak deh kayaknya. Kenapa?" timpalku sambil menaikkan sebelah alis.

Deral tersenyum, "Mau nemenin gue gak?"

"Gak!" bukan, itu bukan aku yang jawab, melainkan Sani.

Sani yang baru saja tiba langsung mendudukkan dirinya di samping kursiku. Lalu dia meletakkan totetag yang dia jinjing dengan tidak santai. Bahkan bunyinya membuat sebagian anak kelas menoleh. Bener-bener deh anak ini bikin geleng kepala.

"Gue lagi gak mau ribut!" ancam Deral lalu kembali menatapku.

"Jadi gimana, Ra?" tanya Deral kembali.

"Oi kutu kumpret, sok sok an pula mau ngajakin Adara! Nih! Lewatin dulu pawangnya!" ucap Sani dengan tangan menunjuk dirinya sendiri.

"Hooh!" sahut Diva tanpa menoleh. Dari tadi aku tebak si Diva mengamati interaksi kami, tapi mungkin dia malas bergabung saja mengingat sebelah tangannya masih memegang novel yang baru dia beli dengan Sani beberapa hari yang lalu.

"Ra, mereka stress?" tanya Deral mengundang tawaku.

"Hahaha iya stress ni, kurang obat!" kataku seraya menoyor dahi Sani perlahan.

"Gini lo Ra?! Oke fine!" kata Sani pura-pura mengambek.

"Diem dulu deh, kan jadi lari kemana-mana pembicaraannya!..."

"...Ra, gimana?" desak Deral yang sepertinya sudah tidak dalam posisi ingin bercanda.

"Kemana emang?" tanyaku.

"Temenin gue cari kado buat adek gue. Gue ga ngerti, sebangsa gue kan cowo," katanya menjelaskan.

"Oke kalau gitu," ucapku akhirnya membuat Sani mendecih singkat.

"Yaudah, semangat belajarnya Ra!" kata Deral bersiap untuk kembali duduk di kursinya.

"Iya, lo juga," ucapku. Tidak ada yang salah bukan? aku kan teman yang baik, sudah sepantasnya teman saling menyemangatin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANTARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang