Bagian XXXIV

959 160 5
                                    

Jangan lupa tinggalin vote dan komen ya... Btw happy reading 🤗

***


“Nyonya Teressa? Apa Anda baik-baik saja?”

Sebuah suara samar yang mulai terdengar jelas di telinganya itu mulai menyadarkan Teressa dari lamunannya. Setelah kepergian Brant dari ruangan ini, banyak hal yang memenuhi dirinya, salah satunya perasaan bersalah yang dirasakannya karena dirinya yang tidak sengaja mengatakan sesuatu dan menyinggung perasaan Brant. Sejujurnya, maksud dari perkataannya sebelumnya tidaklah sejauh pemikiran Brant... Namun, jika ia berada di posisi pria itu sekarang, ia mungkin akan melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Brant. Ah... seharusnya Teressa bisa lebih menjaga perkataannya lagi.

Saya baik-baik saja.

Balasnya cepat ketika menyadari jika ia tidak memperhatikan kehadiran Tuan William sejak tadi.

William mengangguk, kemudian berujar, “sebelumnya saya mengatakan sesuatu dan Anda tidak meresponnya, saya pikir terjadi sesuatu pada Anda.”

Teressa menggeleng.

Saya baik-baik saja, saya hanya memikirkan sesuatu. Jika begitu apa Anda bisa mengulang kembali perkataan Anda sebelumnya?

“Ah... saya hanya mengatakan jika putra Anda adalah anak yang periang, walaupun sebelumnya sedikit sulit untuk didekati, tetapi ia sangat pandai bersosialisasi.”

Teressa tersenyum menerima pujian atas putranya itu. Memang benar jika putranya sangat pandai, tidak hanya dalam hal bersosialisasi, tetapi juga pada banyak hal lainnya. Dan mengenai sikapnya yang sedikit tertutup, ini mungkin kesalahannya karena jarang mengenalkan Aaron pada orang baru hingga membuat putranya itu sedikit sulit untuk didekati.

Terima kasih.

William membalas dengan tersenyum.

Setelah beberapa menit tidak ada pembicaraan di antara mereka, William kembali membuka suaranya.

“Sebelumnya saya bertemu Tuan Brant di luar, dan sekarang beliau sedang bersama dengan putra Anda. Saya pikir ia keluar karena sudah selesai berdiskusi dengan Anda, sehingga saya segera datang kemari dan menemui Anda.”

Syukurlah jika Brant masih berada di sana, batinnya.

“Berbicara mengenai hal itu, bagaimana keputusan Anda?”

Pertanyaan ini, entah bagaimana Teressa harus menjawabnya. Kalaupun dilihat kembali, argumen yang diajukkannya sejak tadi cukup kuat untuk menyekolah putranya di sini. Namun, jika melihat penolakan besar yang ditunjukkan Brant sebelumnya, ia pikir ia tidak bisa memutuskannya sekarang.

“Ah, sepertinya saya terlalu terburu-buru menanyakan hal ini pada Anda ya? Tolong maafkan saya,” ujar William segera setelah menyadari raut keraguan di wajah Teressa.

William terlalu bersemangat hingga ia tidak menyadari bagaimana reaksinya itu mungkin saja membuat Teressa merasa kurang nyaman. Pria itu hanya merasa jika wanita di hadapannya ini mengingatkan dirinya pada seseorang yang berarti dalam hidupnya... dan hal itu membuatnya ingin melakukan sesuatu untuk wanita ini. Walaupun ini terdengar tidak masuk akal, tetapi ia tetap ingin melakukannya.

Tidak. Saya hanya masih memikirkan sesuatu. Seharusnya saya yang meminta maaf karena merepotkan Anda dan mengganggu jam mengajar Anda, tetapi di sisi lain tidak kunjung memberi keputusan.

“Anda tidak merepotkan sama sekali, lagi pula saya baru saja menyelesaikan kelas alam dan akan mengajar beberapa jam lagi.”

William menunggu hingga wanita itu mengatakan sesuatu padanya, tetapi ternyata ia tidak melakukannya.

Silent Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang