Bagian XXXIX

825 152 6
                                    

Hi, I'm back! Jangan lupa vote dan komen di cerita ini! Oiya bagi yang mau support aku di trakteer, linknya ada di bio.

Btw happy reading all~

Luv, ridlvd.

***

Brant dengan tidak sabaran mengetuk pintu itu yang ada di hadapannya itu. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk menyelesaikan ini semua dengan baik-baik saja. Sialan, ia tidak menyangka jika wanita tua itu akan berbuat lebih dari ini. Bukankah akan lebih mudah jika wanita itu menghindar ketika tidak ia tidak memiliki kepercayaan padanya seperti apa yang dilakukannya dulu?

"Aku tahu kau bisa mendengar ku, buka pintunya!"

Tidak ada balasan apapun dari dalam rumah itu, tetapi Brant tidak berhenti mengetuk pintunya.

Tidak lama kemudian, suara mesin mobil yang berasal dari balik punggungnya itu mengalihkan perhatiannya. Sekali lihat saja, Brant tahu siapa yang mengemudikan mobil itu. Sialan.

"Brant," panggil Harper buru-buru turun dari mobilnya, diikuti dengan Ibunya.

Sejak dulu... mengapa dua wanita ini selalu ikut campur dalam mimpinya? Brant pikir setelah kepergiannya dari sini mereka akan berubah.

"Apa yang kau lakukan pada Teressa?" Tanya Brant cepat. Tatapan mata tajam nan dingin itu ia tujukan pada satu-satunya orang yang mengacaukan semua ini.

"Brant! Kau tidak bisa berteriak seperti itu pada Ibumu."

Brant tidak menggubris peringatan dari Harper itu.

"Apa salahku selama ini padamu? Aku tidak pernah memintamu melakukan apapun, aku bahkan mencoba memukul pria tua yang berada di televisi itu hanya untuk membelamu dari lelucon menjijikkannya itu, lalu kenapa sekarang kau menghalangiku untuk mendapatkan apa yang kuinginkan?"

Ibu Brant menatap diam pada Brant. Ia tahu, penjelasannya ini tidak akan membuat Brant mengerti, tetapi ia ingin putranya setidaknya tahu jika saat ini ia sedang berusaha menyelamatkannya dari kehancuran.

"Aku hanya melakukan sesuatu yang harus kulakukan, sudah seharusnya seorang ibu melindungi putranya... sudah seharusnya aku melindungimu."

"Melindungiku?"

"Rumor itu... bagaimana jika rumor itu makin menyebar dan menghancurkan kariermu? Kau sudah susah payah mendapatkannya dan aku tidak ingin membuatmu kehilangannya begitu saja."

Brant tertawa mengejek.

"Lelucon macam apa yang baru saja kau katakan? Jika itu yang kau anggap melindungi, kau gagal. Sungguh."

Brant benar-benar tidak bisa menahan dirinya sekarang.

"Bukannya melindungiku, kau malah membuatku begitu terluka. Bagaimana bisa kau menjauhkanku dari mimpiku untuk yang kedua kalinya seperti ini?"

"Mimpimu? Aku bahkan berusaha melindunginya, Brant."

Brant menggeleng cepat.

"Kau tidak melindunginya, kau menghancurkannya, apa kau tidak tahu jika Aaron dan Teressa adalah mimpi lainku?"

Mimpi lainnya?

"Wanita itu-"

"Ya, wanita bisu yang memiliki seorang putra itu, dia mimpiku dan kau baru saja menjauhkannya dariku. Ah... apa kau bisa disebut sebagai seorang Ibu jika kau terus menghalangi putramu mendapatkan apa yang diinginkannya?"

Ibunya terdiam menatap pada Brant.

"Ini bukan karena kau ingin melindungiku. Kau itu egois. Kau hanya merasa iri karena pria itu tidak memperlakukanmu seperti aku yang memperlakukan Teressa?"

Silent Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang