Bagian XIX

1.3K 195 6
                                    

Brant tersenyum memandangi putranya yang tampak begitu ceria merapikan sendiri pakaian-pakaiannya ke dalam lemari dengan tangan kecilnya itu. Memang terlihat tidak rapi, tetapi hal itu nyatanya berhasil menghibur Brant dan membuatnya tidak dapat berhenti tersenyum. 

Ia sangat yakin jika hal ini akan terus saja terjadi padanya.

Ah! Sialan bagaimana bisa ia tidak ada di saat momen kelahiran putra menkjubkannya itu?

Ingatannya kembali berkelana pada foto yang dilihatnya sebelumnya, foto yang menunjukkan momen berharga karena untuk pertama kalinya putra kecilnya itu lahir ke dunia ini, terlihat begitu mungil dan rapuh..... Tanpa dirinya yang seharusnya berada di sana. 

Memikirkannya terus saja membuat Brant merasa bersalah... saat itu... Apakah saat itu... Mereka berdua baik-baik saja tanpa dirinya?

"Apa Paman tahu? Semalam, Aaron pikir Aaron hanya bermimpi tertidur di sini, karena pagi harinya Aaron kembali terbangun di rumah Nenek. Tetapi ketika Aaron kembali tertidur di rumah Bibi Emma, Aaron kembali terbangun di sini. Apa ini juga akan menjadi mimpi, Paman?"

Mimpi?

Jadi sebelumnya Teressa memutuskan untuk membawa Aaron pulang ke rumah Bibinya?Apa Brant merasa kecewa? Ya, Brant mungkin merasakan hal itu, tetapi sekali lagi, ia pikir itu adalah sesuatu yang wajar yang akan dilakukan seorang Ibu untuk melindungi putranya.

"Apa Aaron ingin semua ini menjadi mimpi?" Putranya itu menggeleng cepat, lalu, tanpa diduga melemparkan tubuh kecilnya pada Brant dan segera memeluk tubuh kekar Brant dengan erat.

"Aaron tidak ingin semua ini menjadi mimpi, termasuk bertemu dengan Paman." 

Ya Tuhan... Putranya ini... Jika ia mengatakan pada pria kecil itu bahwa ia adalah Ayah kandungnya, Ayah yang selama ini mungkin dicari-cari olehnya.... Apakah putranya itu akan menerimanya dengan lapang dada? Brant tidak tahu, tetapi ia sangat berharap dengan hal itu.

Dengan perlahan, ia melingkarkan tangannya pada pundak kecil Aaron, membalas pelukan pertama dari putranya itu, kemudian mengusap punggungnya lembut. Demi Tuhan putranya itu sangatlah kecil, seseorang mungkin dapat dengan mudahnya menghancurkan tubuh kecil ini.

"Coba Paman datang sejak dulu menemui Mama dan Aaron, Aaron yakin kita semua akan hidup menyenangkan.... Paman-"

Usapan Brant pada pundak Aaron itu terhenti.... Ini... hal ini lah yang sejak  tadi terus saja membayangi Brant. Dia tidak datang sejak dulu... ia tidak berada di samping putranya sejak kelahirannya di dunia ini... dan ia bukan pria yang baik karena meninggalkan Teressa untuk berjuang sendirian. Sekarang ini, apakah ia sudah sama brengseknya dengan Ayah yang tidak pernah diketahuinya itu?

"Bagaimana Paman?"

Pertanyaan Aaron menyadarkan Brant dari lamunan singkatnya.

"Bagaimana Paman?" Brant sama sekali tidak memahami apa maksud pertanyaan dari putranya itu.

"Sepertinya Paman lupa dengan pertanyaan Aaron ya?" Lengan kecil itu perlahan mulai mengendur di pundaknya. Ia pikrir putranya itu akan merasa marah, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Hanya ada tatapan kesedihan dan kekhawatiran di mata yang serupa dengan miliknya itu.

"Apa Paman sedang memikirkan sesuatu? Mama selalu seperti itu... Mama akan lupa dengan pertanyaan Aaron jika memikirkan sesuatu yang begitu menganggu." Jelas Aaron bersemangat.

Huh, berapa kali lagi Brant harus dibuat takjup dengan kepandaian putranya itu? 

Namun, satu hal lain menarik perhatiannya. Teressa... Ah, ya, tentu saja wanita itu akan selalu memikirkan hal-hal yang menganngunya, termasuk dirinya. Dan karena itu kehidupan wanita itu menjadi berantakan. Sebelumnya dia adalah gadis yang begitu pandai, tetapi terpaksa harus berhenti meraih mimpi-mimpinya karena dirinya.

Silent Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang