Bagian XXIX

1.4K 184 10
                                    

Hening tidak ada suara yang keluar dari bibir Teressa maupun Brant. Di antara mereka saat ini, yang ada hanyalah pandangan mata yang saling menatap, berkeliaran seakan menyelami isi pikiran satu sama lain.

Brant tidak mengerti, pandangannya seperti terkunci dan tidak bisa terlepas dari Teressa. Rasa rasanya, ia ingin terus menyusuri mata cantik wanita itu dan mengetahui apa yang wanita itu pikirkan tentangnya saat ini...

Pandangannya kemudian berlari ke berbagai sisi dari wajah Teressa, dan ia tidak bisa berhenti mengagguminya, hingga pandangannya jatuh pada bibir wanita itu. Entah mengapa, tetapi ia tidak bisa menghentikan dorongan yang muncul pada dirinya untuk mendekatkan wajahnya pada Teressa.

Perlahan namun pasti, ia mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Teressa. Merasa tidak mendapatkan penolakan apapun dari wanita itu, Brant terus mendekatkan wajahnya, hingga pada akhirnya kening mereka bertemu menjadi satu.

Tatapan mata mereka tidak pernah terlepas.

Dan Demi Tuhan, Brant akan melakukan apapun untuk kembali mendapatkan momen menyenangkan seperti ini.

Brant memejamkan matanya dengan perlahan, bersiap untuk menyentuhkan bibirnya pada bibir wanita itu, tetapi sebuah suara menghentikannya.

"Hei, ternyata kalian berada di sini!"

Harper.

Wanita itu berusaha mengatur nada suaranya ketika menemukan keberadaan Teressa dan Brant dengan pemandangan yang terasa tidak menyenangkan baginya.

Setelah melakukan pembicaraan bersama Dalton mengenai kebingungannya pada hubungan Brant dan Teressa, sungguh, ia tidak bisa mengendalikan dirinya ketika pikirannya berkelana pada kemungkinan-kemungkinan menyedihkan yang terus terniang di kepalanya. Pada akhirnya, ia buru-buru mencari keberadaan Brant dan menemukan pemandangan yang tidak pernah ingin dilihatnya sebelumnya.

"Harper... Apa yang kau lakukan di sini?"

Brant berujar dengan nada setenang mungkin, tidak ingin terdengar panik akan hal apa yang baru saja ditemui Harper darinya. Yang terpikir olehnya saat ini bukanlah bagaimana pemikiran Harper mengenai apa yang terjadi padanya dan Teressa, melainkan bagaimana Teressa menyikapi semua ini. Brant tahu betul, wanita itu tidak pernah menginginkan jika semua orang mengetahui hubungan yang terjalin di antara mereka, tentang ikatannya dengan Aaron, ataupun ikatannya dengan wanita itu sendiri.

"Kupikir sebelumnya kau mengajak kami semua untuk makan malam, tetapi mengapa kau malah membiarkan kami makan lebih dulu?"

Lagi, Harper bersikap seolah tidak terjadi apa-apa sementara dirinya begitu ingin berteriak dan menanyakan semua hal, termasuk kemungkinan-kemungkinan mengerikan yang sejak tadi berada di kepalanya.

"Ah, ya... Aku dan Teressa pergi sebentar untuk mencari udara segar... Uh, apa ini terlalu lama?"

Brant mengalihkan pandangannya ke arah jamnya, dan menyadari jika mereka pergi hampir selama tiga puluh menit lamanya.

"Manajerku menelepon cukup lama, hingga aku melupakan janji makan kita," ujarnya mencari alasan.

"Ah maafkan aku. Kalau begitu ayo kita masuk ke dalam," lanjutnya, merasa bersalah.

Harper mengangguk. Ia kemudian lebih dulu membalikkan tubuhnya untuk berjalan kembali ke arah cafe. Namun, beberapa detik selanjutnya ia menghentikan langkahnya ketika menyadari jika Brant tidak berjalan di sampingnya. Menolehkan kepalanya, ia menemukan Brant yang berjalan membersamai Teressa.

Dan hal itu membuatnya merasa tidak nyaman.

"Mereka menunggu kita di dalam," ujar Harper sekali lagi, kali ini dengan nada yang sedikit meninggi. Hal itu sepertinya malah memperburuk segalanya karena setelahnya, Harper melihat Brant yang tampak berusaha meraih lengan wanita itu.

Silent Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang