Bagian XXI

1.4K 187 9
                                    

Brant melangkahkan kakinya perlahan, di tengah gelapnya malam. Senyuman lebar sejak tadi tidak luntur dari bibirnya. Mungkin jika orang-orang melihatnya bertingkah seperti ini, mereka akan berpikir jika Brant sudah gila, tetapi ia tidak peduli karena perasaannya saat ini entah mengapa terasa begitu menyenangkan, dan Brant lupa kapan terakhir kalinya ia merasakan hal seperti ini.

Mengacak-ngacak rambutnya dengan asal, Brant seakan mencoba untuk mengembalikan dirinya menjadi Brant Hoover yang ia kenali, dimana ia tidak memedulikan apa pun kecuali dirinya sendiri. Namun, suatu pertanyaan malah muncul di kepalanya. Apa dirinya yang sebenarnya adalah dirinya yang seperti itu? Atau dirinya yang sebenarnya adalah dirinya yang seperti ini?

Tidak. Brant tidak tahu. Ia tidak pernah mengenali dirinya sendiri. Namun, sesuatu yang terjadi padanya saat ini benar-benar sesuatu yang baru. Brant Hoover yang sekarang benar-benar berbeda. Aaron... dan Teressa... Mereka membawa sesuatu pada diri Brant. Mereka membuat Brant merasa memiliki sesuatu yang dapat dijadikannta sebuah alasan untuk tetap hidup, bahkan lebih lama lagi.

Hei, mengapa tiba-tiba Brant berpikiran seperti ini? Lagi-lagi ini sama sekali bukan dirinya.

Beep! Beep!

Tiba-tiba saja terdengar suara klakson mobil yang dibunyikan, diikuti suara seseorang yang memanggilnya.

"Bran! Hei Brant! Apa yang kau lakukan dengan berjalan sendirian di tengah malam seperti ini?"

Harper. Kota ini benar-benar sempit hingga ia dapat dengan mudahnya bertemu orang-orang yang dikenalinya di sini.

"Sepertinya akhir-akhir ini kau terlalu sibuk untuk menjawab teleponku? Sesuatu terjadi?"

Jujur saja, Brant sama sekali tidak melirik ponselnya sejak kemarin, dan mungkin ponselnya saat ini sudah mati karena kehabisan daya.

"Ya... Beberapa hari terakhir ini aku memang sedang sibuk, aku-"

Menghabiskan waktuku dengan Aaron.

"Mempersiapkan penampilanmu dipembukaan kafe, lusa nanti bukan?"

Hampir saja kalimat itu terucap dari bibirnya. Namun, syukurlah Harper sudah lebih dulu menimpalinya.

"Ya," balas Brant singkat membuat Harper menggeleng kecil, tersenyum menyadari tidak ada perubahan dari diri Brant sejak dulu. Si pekerja keras yang sedikit keras kepala itu.

"Kau mungkin bertanya-tanya mengapa aku bisa mengetahuinya." Ada jeda sebelum Harper melanjutkan, "Dalton meneleponku, dia bilang kau memintanya mengundangku ke acara itu."

Dalton... pria itu benar-benar melakukan apa yang ingin dilakukannya ketika membujuk Brant untuk tampil di acara itu, sementara sebelumnya Brant sendiri tidak mengindahkan perkataan pria itu.

Ini memang sedikit aneh. Jika kembali ke masa-masa remajanya, seharusnya Harper menempati posisi pertama sebagai orang yang paling diinginkannya hadir di pertunjukan musiknya, tetapi... untuk sekarang, yang paling diinginkan Brant hanyalah kehadiran putranya, juga Teressa.

"Aku ingin bertemu dan menjawabnya secara langsung, tetapi kau terus saja tidak dapat dihubungi, dan syukurlah aku bisa menemukanmu di sini, dasar kau tukang sibuk."

Ini semua karena Brant sedang sangat sibuk dengan kehidupannya saat ini. Sebelumnya, dirinya tidak pernah sebegitu abainya dengan benda elektronik bernama ponsel, tetapi tidak dapat dipungkiri jika kehadiran Aaron membuatnya memandang kehidupan dari sisi yang berbeda, sisi menyenangkan hingga ia sama sekali tidak peduli lagi dengan hal-hal di sekitarnya, termasuk ponselnya sendiri.

"Naiklah, kita bicarakan ini di tempat lain." Brant belum menjawabnya, tetapi Harper sudah kembali berbicara.

"Ayo, kita bisa makan sesuatu yang kau suka. Apa kau tidak merasa lapar?"

Silent Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang