Bagian XLVIII

641 86 5
                                    

“Papa! Mama! Lihat!”

Seru Aaron dengan bersemangat, sebelum kemudian mulai bersenandung riang, menyanyikan sebuah lagu anak-anak, diikuti dengan tarian-tarian kecil yang begitu menggemaskan di hadapan kedua orang tuanya.

“La la la la la la la ...” senandungnya kecil sembari memutar tubuhnya bersemangat, ke kanan dan ke kiri, membuat Brant dan Teressa tidak berhenti tersenyum dan mengakhiri penampilan menyenangkan dari putra mereka itu dengan sebuah tepuk tangan meriah.

“Terima kasih, terima kasih.” Ucap Aaron bersemu, sembari membungkukkan tubuh mungilnya, bersandiwara seolah dirinya baru saja menyelesaikan penampilan layaknya seniman sungguhan, yang kemudian ditanggapi dengan tawa gemas dari kedua penontonnya.

“Mama tidak tahu jika Aaron begitu pandai bernyanyi dan menari seperti itu!” Puji Teressa, mengagumi penampilan singkat tetapi begitu berkesan dari putranya. Sedetik kemudian, ia dapat melihat rona kemerahan yang muncul di kedua sisi wajah putranya itu.

“Tentu saja! Mama dan Papa tidak tahu karena Aaron baru menujukkannya sekarang! Aaron sengaja menunggu hingga kita semua berkumpul sehingga bisa menunjukkan penampilan ini!” Jelas Aaron panjang lebar, dengan tidak menatap padanya. Sepertinya putranya itu masih merasa malu dengan pujian yang dilontarkannya sebelumnya.

Di sisi lain, Brant yang mendengar perbincangan kecil yang terjadi antara ibu dan anak itu merasa terenyuh. Rasanya sudah lama dirinya tidak menemukan pemandang semenyenangkan ini.
Dengan perasaan bangga, ia menghampiri putranya, kemudian membawanya ke dalam pelukannya.

“Anak Papa begitu pandai ya!”

Aaron terkikik geli ketika mendapati Brant yang sesekali menggelitiki perutnya.

“Apa Aaron merasa senang karena sekarang kita bersama lagi setelah sekian lama? Hmm?”

Jujur saja, menanyakan hal ini pada putranya membuat perasaan Brant bercampur aduk. Di satu sisi, ia merasa begitu senang bisa kembali berkumpul dengan orang-orang yang dikasihinya. Namun, di sisi lain, ia merasa bersalah karena setelah ini ia mungkin akan kembali merenggut kebahagiaan putranya untuk sementara waktu, karena dirinya tidak lagi bisa bertemu dengannya untuk beberapa saat hingga permasalahan hukumnya selesai. Ia harap, ini semua adalah jalan terbaik yang dapat diambilnya untuk saat ini ... untuk melindungi keluarga kecilnya.
 
“Ya! Apa Papa tidak tahu berapa lama Aaron berlatih untuk menunjukkan penampilan ini di hadapan Papa dan Mama?” Ucapan bersungut-sungut dari putranya itu menimbulkan tawa di bibir mereka.

“Tentu saja Aaron berlatih sangat lama, karena Papa bisa melihat bagaimana sempurnanya penampilan Aaron ini.”
Ya Tuhan, ia begitu merindukan hari-harinya yang diisi dengan suara-suara menggelitik nan mengemaskan, juga senyuman kecil yang terpantri di bibir mungil putranya itu.

“Papa sangat merindukan Aaron.” Ungkapnya, kemudian mengecup lembut puncak kepala Aaron.

“Aaron juga begitu!” Balas Aaron mengeratkan pelukannya di leher Brant.

“Benarkah begitu?” Brant menggoda putranya dengan pertanyaannya.

“Tentu saja! Benarkan Mama?”

Teressa yang sejak tadi hanya diam mengamati interaksi dari dua orang yang paling berharga di hidupnya itu bereaksi terkejut. Sejak tadi pikirannya berkelana ke hal lain yang membuatnya tidak benar-benar bisa berfokus pada kedua orang di hadapannya.

“Ya?”

Aaron mengerucutkan bibirnya kesal, memprotes balasan ibunya yang terlihat kebingungan.

“Sepertinya Mama sedang memikirkan sesuatu ...”

Silent Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang