"Mama lihat!" Teriak Aaron antusias, segera setelah Teressa membukakan pintu mobil untuk putranya itu.
Setelah dua jam perjalanan mereka sejak makan siang tadi, mereka akhirnya sampai juga di tempat yang dimaksudkan oleh Brant.
Sebuah tempat di pinggiran kota, dengan pemandangan danau yang begitu mengagumkan. Walaupun perjalanan yang harus mereka tempuh cukup jauh juga melelahkan, yaitu dengan melewati jalanan panjang di tengah hutan rimbun di sana, tetapi kelelahan mereka terbayar dengan pemandangan yang begitu indah itu.
Teressa tidak mengerti, tetapi ia tidak terkejut dengan tempat yang dipilih Brant kali ini. Ingatannya entah bagaimana bisa kembali pada pertemuannya dengan Brant di masa lalu. Pria itu... Saat itu ia menceritakan tentang bagaimana ia begitu menikmati suasana alam, ia akan pergi ke tempat-tempat berbau alam seperti ini ketika terjadi masalah dengan Ibunya.
Apa Brant sedang ada masalah dengan Ibunya?
"Aaron menyukainya?" Brant bertanya, sembari turun dari dalam mobil, kemudian bergegas menghampiri putranya itu.
Aaron mengangguk cepat, "pasti akan menyenangkan jika bermain lempar batu di sini!"
"Tentu saja, selain itu, berenang juga terdengar menyenangkan," ujar Brant menyarankan.
Raut kegembiraan di wajah Aaron tiba-tiba saja berubah menjadi kesedihan.
"Tetapi.... Aaron tidak bisa berenang..."
Brant tersenyum kecil mendengar pengakuan putranya itu.
"Kalau begitu paman akan mengajari Aaron."
Brant mengerti situasi apa yang dialami putranya itu. Saat dirinya seusia Aaron atau mungkin beberapa tahun lebih besar dari Aaron, teman-temannya begitu menggebu menceritakan bagaimana Ayah mereka mengajarkan mereka untuk bermain sepeda, baseball, bahkan juga berenang. Sejak dulu Brant tidak pernah memiliki figur seorang Ayah dalam kehidupannya, sehingga ia tidak pernah mengalami hal-hal semacam itu. Saat itu ia juga tidak bisa menyalahkan Ibunya yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, dan mungkin ini juga terjadi pada Teressa..... Namun, dengan kondisi yang berbeda. Wanita itu... ia tidak seperti Ibunya, wanita itu lebih baik karena begitu memperhatikan putranya.
Ah... memikirkan Ibunya membuatnya mengingat pertengkaran mereka.
Kali ini yang perlu Brant pikirkan adalah kehadiran Aaron di sisinya. Selain itu, dengan hal ia ingin memperbaiki semua kesalahannya karena telah meninggalkan putranya itu tanpa figur seorang Ayah dalam kehidupannya.
"Mama beberapa kali membawa Aaron ke tempat berenang, tetapi Aaron belum bisa melakukannya. Dan sekarang kaki Aaron belum sembuh."
Benar bukan? Wanita itu berbeda... Setidaknya Teressa melakukan sesuatu agar putranya tetap hidup seperti anak-anak lainnya.
"Tak apa... Kita masih bisa berendam atau bermain air di sini. Apa Aaron mau? Tetapi kita bisa melakukannya setelah paman memasang tenda dari mobil."
Aaron mengangguk bersemangat.
"Baiklah... Emm... Mama, bolehkah Aaron main ke sana?" Aaron menujuk ke pinggiran danau, meminta izin pada Teressa untuk pergi mendekat ke arah danau.
Boleh, tetapi Aaron harus berhati-hati.
Aaron mengangguk, kemudian segera berjalan ke tempat yang diinginkannya, meninggalkan Brant dan Teressa sendirian.
"Bagaimana tempat ini?" Brant melemparkan pertanyaan itu pada Teressa ketika Aaron pergi meninggalkan mereka.
Di sana, Brant terlihat sibuk memasang tenda yang akan dihubungkannya dengan mobil kemah, membuat Teressa buru-buru membantunya.
"Sangat sejuk dan menyenangkan. Bukankah kau menyukai tempat seperti ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Secret [END]
Romance~Cerita ini original milik saya, mohon untuk tidak memplagiat, menyalin, dan membagikannya ke platform atau tempat baca lainnya. Terima kasih~ Seorang bintang rock populer, Brant Hoover, terpaksa harus bersembunyi dari skandal yang dibuatnya dengan...