eps 11 (21+)

1.1K 22 0
                                    


Ada konten 21+

Belum pada puasa kan?

Babnya udah lama sih ngendon di draft

Baru sempet up aja sekarang

Vote ya dong😘

.
.
.
.
.

"Baaangh!"

"Ya, Sayang?"

Napas Metha tersengal merasakan permainan jari Rehan di dalam miliknya. Kedua tangannya ditahan tangan Rehan ke atas kepalanya. Sedangkan mulut Rehan tidak berhenti bermain di salah satu bukit kembarnya. Membuat Metha kelonjotan, menggerakkan kedua kakinya asal.

"Baaaaangghhh, u-daaahhh..."

"Udah?" bisik Rehan tepat di telinganya sementara jari tengahnya keluar masuk di dalam milik Metha dengan cepat. "Jariku terjepit, Sayang. Pasti sangat nikmat jika punyaku yang masuk."

Metha sudah tidak bisa menjawab. Dia sudah hampir sampai. Sialnya Rehan menarik jarinya dan menatapnya jahil.

"Lagi?"

Metha memukul gemas lengan Rehan setelah lelaki itu tidak lagi menahan kedua tangannya. Bisa-bisanya Rehan berhenti di tengah jalan. Sekarang Rehan itu terkekeh geli melihat wajah cemberut Metha. Tangan bergerak cepat melepas bokser miliknya yang dirasa sudah sesak.

"Saatnya main course, Sayang."

Walaupun sudah pernah merasakannya, Metha masih saja ngeri saat melihat milik Rehan yang terbilang fantastis. Membuatnya menahan napas. Perlahan bagian bawahnya terasa sesak saat Rehan memasukinya.

"Sempit banget." Rehan menggeram di ceruk leher Metha.

"Pu-nyah kahmuh y-yang kegedean, Banghhh."

"Biar kamu puas," bisik Rehan sebelum dia menghentakkan miliknya agar masuk sempurna ke dalam milik Metha. "Teriakkan namaku."

Tanpa disuruh pun Metha selalu meneriakkan nama Rehan saat mereka bercinta. Suara desahan Metha memenuhi seisi kamar akibat hentakan milik Rehan.

Setelah kesalah pahaman sebelumnya terselesaikan, Metha menunduk malu. Benar kata Natasha, seharusnya dia meminta penjelasan terlebih dahulu pada Rehan. Bukannya main kabur-kaburan. Dia terlalu baper saat melihat Rehan bersama perempuan lain. Moodnya keburu turun akibat mendengar percakapan orang tuanya.

Sejak bertemu lagi dengan Rehan, Metha memang belum pernah membahas saudara kembar Rehan. Dia hanya tahu Rehan mempunyai kembaran, tanpa tahu seperti apa wajahnya. Bahkan Metha tahu ayah Rehan dari foto di rumah lelaki itu saja. Secara, memang mereka masih backstreet. Jadi Metha belum mau bertemu dengan keluarga Rehan.

Metha langsung bungkam setelah tahu yang sebenarnya. Dia pun menceritakan urutan kejadian yang membuatnya memilih kabur. Setelahnya, Rehan memeluk Metha dari belakang dan mulai mencumbunya. Rasa rindu membuatnya tidak membiarkan Metha menarik napas barang sekejap. Seperti balas dendam, Rehan membuat perempuan itu pasrah dalam kungkungannya. Suara desahan Metha membuatnya semakin semangat menggempur. Bahkan dia tidak mengizinkan Metha istirahat.

"Udah ya, Bang. Aku capek," rengek Metha dengan mata terpejam setelah pelepasannya berkali-kali. "Aku baru aja sembuh lho."

"Aku masih kangen." Lengan Rehan semakin rapat membelit perut Metha dari belakang. Membenamkan wajahnya ke leher Metha. "Salah sendiri pakai kabur segala."

Tak ada jawaban dari Metha. Hanya dengkuran halus yang terdengar. Rehan tertawa geli mendengarnya. Dirapikannya selimut Metha dengan benar dan berlama-lama mencium pipi perempuan itu. "Love you, Baby."

fortunately loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang