.
.
.Memori itu kembali terlintas jelas, seperti baru terjadi kemarin. Sejak kecil memang Lisa sangat menyayangi Metha. Apakah Lisa benar-benar menyayangi atau mempunyai tujuan tertentu? Metha meragukannya sekarang. Semua yang diyakininya tentang Lisa menjadi abu-abu. Apalagi saat melihat kondisi Hardi yang terbaring di rumah sakit. Spekulasi Metha tentang keterkaitan Lisa dengan kesehatan Hardi semakin menguat.
Metha menghela napas kasar dan menatap langit-langit tempatnya berbaring. Ini bukan kamarnya. Baru disadarinya sekarang dirinya berada dalam dekapan Rehan. Baru mengingat juga bahwa beberapa jam yang lalu Hardi sudah menikahkannya.
"Bang," panggil Metha sambil menepuk lengan Rehan. "Bang."
Lelaki itu tidak merespon. Perlahan Metha melepaskan kungkungan itu dan turun dari tempat tidur. Sejenak dia menunduk menatap penampilannya. Suaminya itu sudah mengganti pakaiannya dengan sebuah baju tidur terusan. Bahkan dia hanya mengenakan celana dalam saja di balik baju itu.
Tangannya mengambil ponsel yang ada di nakas sebelah tempat tidur. Pasti Rehan yang sudah mengambilnya dari dalam tas. Ada beberapa pesan dan belasan missed call. Penasaran, Metha mengusap layar ponsel ke atas. Matanya memutar saat nama Rafi yang terpampang di sana.
"Mau ngapain si Sultan jomlo itu nelpon?" gumam Metha dengan meletakkan kembali ponselnya.
Masih pukul 11 malam tapi perut Metha keroncongan. Saat dilihatnya Rehan begitu lelap, Metha memutuskan keluar kamar. Berjalan perlahan menuruni anak tangga. Tubuhnya mematung saat sampai di ujung tangga. Ada dua orang yang saling bercumbu di sofa ruang tengah dengan TV menyala. Matanya mengerjap melihat adegan panas di depannya. Hingga salah satu pasangan itu menyadari keberadaan Metha dan meringis sungkan.
"Hai, Tha."
"H-hai." Metha menjawabnya sambil mengusap tengkuknya.
Seorang perempuan dengan baju tidur tipis menghampirinya. Perutnya yang besar menyembul di balik bajunya. Perempuan itu mengulurkan tangannya di hadapan Metha. "Kita belum pernah ketemu kan? Aku Ressa, kembaran Rehan."
Metha tersenyum canggung, membalas jabatan tangan perempuan itu. Cepat-cepat dia menunduk saat seorang lelaki ikut menghampirinya. Tanpa sungkan, lelaki bertelanjang dada itu mendekap Ressa dari belakang.
"Ini suamiku, Erga. Kata Papa, kamu sama Rehan udah nikah tadi, jadi aku minta Erga buat nginap sini. Pengen ketemu ipar baruku tapi tadi kamu ketiduran waktu datang."
Metha hanya mengangguk saja. "I-iya, maaf aku kecapekan. Aku mau ke dapur tadi. Maaf kalau ganggu kalian."
"Nggak apa-apa. Aku balik ke kamar aja. Yuk, Babe."
Tanpa malu, Erga malah menggendong Ressa menuju lantai atas. Seolah tubuh Ressa seringan kapas, Erga dengan mudahnya membopong perempuan yang sedang hamil itu. "Duluan ya, Ipar," ucapnya sebelum meninggalkan Metha.
Melihat pasangan itu, Metha hanya menggelengkan kepalanya dan berjalan ke arah dapur. Dia tersenyum saat menemukan semangkuk salad buah di kulkas. Diambilnya sebuah sendok dan membawa mangkuk itu ke ruang tengah. Sebelum duduk, Metha memeriksa sofa di depannya.
"Kayaknya sofa masih aman," gumamnya, mulai melahap salad yang dibawanya. "Enak."
Sebenarnya Metha masih kepikiran memorinya tentang Lisa tapi kelaparan lebih mendominasi otaknya. Dia juga tidak mau terlalu ambil pusing, untuk sekarang Metha memilih mengabaikan ingatan itu. Tangannya meraih remote TV, mengganti channel untuk mengalihkan pikirannya dan berhenti saat menemukan film horor, kesukaannya.
Kini matanya fokus menonton sambil menghabiskan makanannya. Tanpa menyadari Rehan sudah berdiri di belakang sofa. Lelaki itu berdecak kesal karena Metha meninggalkannya sendirian di kamar tanpa membangunkannya. Bahkan Metha tidak merespon saat Rehan duduk di sebelahnya. Hingga Rehan terpaksa mematikan acara itu, Metha baru menyadari keberadaan Rehan di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
fortunately love
RomanceRepost dengan isi cerita baru Masih tentang Metha Rehan. *** Pertemuannya kembali dengan cinta monyetnya membuat Metha lupa jika dia baru saja bertunangan dengan si Alan. Perjodohan bodoh itu terpaksa dilakukannya untuk mendapatkan hati ibunya, hing...