eps 15

483 32 0
                                    


Oke, para silent reader ... saia butuh vote kalian sebagai dukungan😊

Sebelum baca, tekan bintang di pojok kiri bawah dong biar semangat gtu apdetnya😋

Terima kasih sudah mampir

Selamat membaca

.
.
.


Bisa dibilang Metha menahan diri untuk tidak menonjok muka Rafi. Tangannya gatal dan mengepal di bawah meja. Ingin rasanya melayangkan tangan itu ke wajah tampan lelaki di depannya.

Ya, Rafi itu satu paket komplit yang menggiurkan. Secara fisik, Rafi sangat menonjol. Tubuhnya tinggi tegap, atletis, wajahnya yang tampan dengan kulit kecoklatan. Ditambah lagi Rafi merupakan anak tunggal sekaligus pewaris sah dan satu-satunya di kerajaan Winardi. Setiap perempuan pasti sangat mengharapkan bisa menjalin hubungan dengan pewaris tahta Winardi itu.

Selain itu, Metha tahu otak Rafi yang sangat encer di akademik. Kemungkinan sekarang Rafi seorang pebisnis yang handal. Dan pastinya juga kepercayaaan diri yang melekat pada Rafi saat ini karena cemerlangnya pencapaian yang didapat lelaki itu. Apa minusnya Rafi? Tapi sekali lagi, itu semua tidak membuat Metha silau. Metha menetapkan hatinya pada satu orang. Rehan.

Sebelum berangkat meeting, dia mengirim pesan pada Rehan. Pesannya hanya dibaca saja. Kemana jagoannya? Metha semakin tidak nyaman di kursinya.

"Kenapa kamu nggak makan? Aku tahu itu makanan kesukaan kamu."

Memang, iga bakar adalah kesukaan Metha tapi sekarang menu favorit itu tidak diminatinya saat ini. Melihat tampang Rafi saja sudah membuat Metha kenyang, ingin cepat-cepat pergi dari hadapan lelaki itu.

"Sebenarnya aku bersedia bekerja sama dengan perusahaanmu."

Metha mengangkat alisnya. "Tapi?"

Rafi tersenyum dan menatap Metha serius. "Kamu masih sama."

Jengah. Risih. Pengen nampol rasanya. Itu yang dirasakan Metha saat ini. Rafi juga masih sama, masih suka menggodanya. Lelaki itu tampaknya tidak akan berhenti mengejar Metha.

"Aku tahu bagaimana hubunganmu dengan tunanganmu. Kalian tidak seperti pasangan lainnya."

"Apa?"

"Kalian seperti pasangan yang terpaksa menerima perjodohan."

Dahi Metha mengerut. Hanya sebentar kemudian dia menghela napas pelan. Jelas saja Rafi belum tahu kelanjutan pertunangannya.

"Lalu?"

"Ya, itu artinya kesempatan buat aku untuk dapatin kamu."

Metha memutar bola matanya, menatap Rafi malas. "Masih nggak berubah juga kamu."

Kali ini Rafi tertawa renyah. "Ya makanya kamu jangan nolak aku terus dong."

"Maaf ya, Bapak Yusuf Rafi Winardi, saya tidak tertarik dengan anda."

Mata Rafi berbinar. "Amazing, kamu masih ingat nama lengkap aku."

Salah lagi! Metha berdecak kesal.

"Kamu bukan tidak tertarik padaku, hanya saja belum tertarik."

"Please, Raf. Nggak usah maksa."

"Seperti apa sih tipe cowok yang kamu pengenin?"

"Yang jelas sih bukan kayak kamu."

Lagi-lagi Rafi tertawa. "To the point banget sih kamu. Hibur aku dikitlah."

"Buat apa? Ntar yang ada kamu malah ke-GR-an lagi."

"Di-GR-in sama kamu juga nggak ada ruginya kok." Rafi menopang dagu dengan kedua tangannya. Menatap Metha penasaran. "Apa yang membuatmu selalu menolakku?"

fortunately loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang