eps 16

449 33 2
                                    


Awan gelap berpindah ke wajah Rehan. Beberapa hari ini dirinya selalu uring-uringan. Sejak Metha masuk ke dalam perusahaan, mereka tidak lagi memiliki quality time berdua. Perempuan itu benar-benar tidak mempunyai celah untuk bertemu dengan Rehan meskipun hanya sekedar makan siang. Sementara Rehan sendiri juga disibukkan dengan pekerjaannya hingga selalu pulang malam dan akhir pekan lalu pun dihabiskannya ke luar kota, demi pekerjaan juga. Erga, iparnya sungguh tidak bisa diandalkan. Alasannya selalu karena Ressa yang tidak ingin jauh-jauh dari Erga. Saudara kembarnya itu sangat menyebalkan.

Ini sudah hampir seminggu Rehan tidak bertemu dengan Metha. Dirinya tersiksa. Kepalanya pening. Ingin sekali rasanya datang menjemput dan menculik Metha tapi pekerjaannya juga menumpuk. Harus selesai hari ini. Memang tinggal sedikit lagi tapi Rehan sudah tidak bisa bersabar. Hari ini dia harus bertemu Metha.

Waktu berlalu hingga senja perlahan datang. Pintu ruangan Rehan diketuk saat dia baru saja mematikan laptopnya. Pejerjaannya sudah selesai dan berniat menemui Metha.

Roni, asistennya masuk ke ruangannya dan mengatakan, "Ada tamu untuk Bapak."

Rehan berdecak kesal. "Siapa lagi? Bilang aku tidak menerima tamu."

"Tapi, Pak. Beliau-"

"Suruh kembali besok saja," potong Rehan ketus.

"Berani kamu mengusirku?"

Tenggorokan Rehan tercekat mendengar suara itu. Langsung saja dia berdiri dan menghampiri pria paruh baya yang sudah berada di dalam ruangannya. Mata Rehan mengkode asistennya agar segera keluar dan mempersilakan tamunya duduk di sofa ruangan.

"Kenapa Bapak tidak mengabari sebelumnya jika ingin ke sini?"

"Memangnya kenapa? Aku tidak boleh datang ke sini?"

"Tentu saja boleh."

"Kenapa kamu mengusirku tadi? Kamu sudah siap tidak bertemu Metha seterusnya?"

Wajah Rehan menegang. Pria di depannya ini adalah ayah Metha, Hardi. Entah ada angin apa hingga Hardi datang menemuinya.

"Wah, jangan dong, Pak," protes Rehan cepat.

"Nikahi Metha secepatnya dalam minggu ini."

Rehan yang tadi panik karena takut Hardi akan melarangnya menemui Metha, sekarang tertegun. Matanya mengerjap tidak mengerti. Ditatapnya Hardi tidak percaya.

"Kenapa? Kamu keberatan?"

"Ya?" Rehan masih lambat mencerna.

"Atau kamu memang tidak ada niatan menikahi Metha? Kamu hanya menjadikan Metha pelampiasan saja?"

Rehan menggeleng cepat sebelum Hardi salah paham. "Saya tidak ada niatan untuk mempermainkan putri Bapak."

"Lalu apa? Kapan kamu akan menikahi anak saya? Jangan hanya suntik sperma saja kamu!"

Mampus! Rehan gelagapan. Telinganya panas mendengarnya. Kalau saja bukan bapak dari perempuannya, pasti Rehan akan menjitak kepala orang itu. Tapi ini Hardi Lesmana, calon mertuanya. Rehan tidak tahu apa warna wajahnya saat ini, yang jelas ucapan Hardi benar-benar membuatnya malu.

"Aku akan menghajarmu jika sampai kamu menghamili Metha lagi sebelum ada ikatan pernikahan."

Rehan meringis, memang justru itu alasannya menghamili Metha, biar cepat-cepat dinikahkan.

"Bukan begitu caranya."

Lagi. Sepertinya Hardi bisa menebak arah pikiran Rehan. Benar-benar mati kutu dia sekarang.

"Cepat nikahi Metha atau aku akan berubah pikiran."

Kepala Rehan mendongak, menatap Hardi gusar. "Maksud Bapak berubah pikiran?"

fortunately loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang