eps 2

2K 35 5
                                    


Dua bulan lalu, bertemu lagi dengan cinta monyet membuat Meta tidak tahu harus bagaimana menerjemahkan perasaannya. Terlebih saat pesta pertunangannya berlangsung. Metha berharap dirinya pingsan saat itu juga, sayangnya hal itu tidak terjadi.

Rehan Widjaja, cinta monyetnya, tetangga depan rumahnya, lelaki pertama yang menggandeng tangan dan membuat hatinya berdebar. Kisah lama sebelum dirinya dibawa sang ayah ke tempat tinggal baru bersama keluarga baru juga. Saat itu Metha masih berusia 15 tahun dan Rehan 18 tahun. Perpisahan mereka sungguh dramatis dengan diakhiri Rehan mencium pipi Metha. Untuk pertama kalinya bagi Metha. Rehan juga memberinya gelang dengan inisial R yang masih dipakai Metha sekarang.

Senang, bahagia, tidak percaya menyeruak di dalam diri Metha tapi hanya sekejap saat ingat dia baru saja bertunangan dengan Alando Pranaja. Ingat, Alando Pranaja. Bukan Aliando, orang tuanya juga tidak salah memberi nama.

Setelah acara pertukaran cincin antara Metha dan Alan, Hardi selaku ayah Metha mengenalkan rekan kerjanya yang tak lain adalah Rehan dan ayahnya. Wajah Metha mendadak pias saat mengenali Rehan. Jantungnya berpacu dua kali lipat dari biasanya. Tangannya secara refleks menepuk tangan Alan yang bertengger di pinggangnya. Membuat dua lelaki paruh baya di depannya tercengang dengan pekikan Alan sementara Metha hanya menyengir kuda. Sedangkan Rehan mengeratkan rahangnya dengan tatapan tajam. Hati Metha menukik tajam ke dasar apalagi melihat kekecewaan di mata Rehan.

Hal itu tak luput dari mata Metha, membuat nyalinya semakin menciut. Perlahan dia mundur dan meminta izin ke toilet. Jantungnya masih berdebar kencang saat di dalam toilet. Tangannya mencengkram tepi wastafel dan mulai mengatur napas. Betapa terkejutnya Metha saat menatap cermin toilet, di belakangnya sudah berdiri sosok lelaki yang ingin dihindarinya tadi.

Jika saat masih remaja Metha terpesona dengan wajah ganteng Rehan, sekarang Metha terpaku menatap perubahan lelaki itu. Wajahnya bukan ganteng lagi tapi bertambah ganteng walaupun ekspresi wajahnya terlihat datar. Mata itu menatap tegas, belum lagi tubuh tegapnya. Metha merasa lelaki itu lebih tinggi dari terakhir mereka bertemu.

"Bang." Metha berbalik dan menyandarkan pinggangnya di tepian wastafel yang ada di belakangnya.

Rehan tersenyum tipis. "Masih mengingatku?"

"A-apa kabar?"

"Buruk."

Metha menelan ludahnya.

"Aku nggak pernah menyangka akan datang di acara pertunangan cinta pertamaku."

Metha menahan napas saat Rehan mendekat. Hidungnya bisa mencium parfum Rehan. Tangan Rehan kini mengurungnya dengan menumpu di tepian wastafel.

"Kamu masih memakainya?" tanya Rehan, berbisik.

"A-apa?" Metha tidak bisa fokus karena jarak wajah mereka sangat dekat. Bergerak sedikit saja, hidung mereka bisa bergesekan.

"Gelangnya."

"Ya."

Mata mereka saling menatap.

"Aku mencarimu selama ini."

"Kenapa?"

"Ada hal yang belum sempat aku ucapkan saat kita berpisah dulu."

"Apa?"

Hembusan napas Rehan terasa menggelitik di pipi Metha. Lelaki itu semakin dalam menatapnya hingga Metha tidak bisa berkedip.

"Kamu mau tahu?"

"Ya."

Rehan tersenyum. "Aku cinta kamu."

Semburat merah menyebar di pipi Metha. Wajah mereka semakin dekat. Rehan memiringkan kepalanya sebelum mengecup bibir Metha. Kecupan singkat itu membuat Metha menegang. Tangannya semakin erat mencengkram tepian wastafel. Rehan mengambil ciuman pertamanya.

fortunately loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang