"Dia harus pulang sekarang.""Dia masih mengantuk dan kecapekan."
"Ya makanya jangan digenjot aja."
Rehan memutar matanya jengkel. "Namanya juga usaha."
"Kalau kamu bener-bener peduli sama Metha, jangan membuatnya kena masalah. Sebaiknya kalian berhenti."
Mata Rehan melotot menatap Bella. Kakak Metha itu tiba-tiba datang dan ingin membawa Metha pulang.
"Nggak akan."
"Metha sudah bertunangan."
"Dia terpaksa melakukannya. Jika bukan karena ibu kalian membuat pilihan itu, Metha juga tidak mau menerima perjodohan itu."
"Itu urusan keluarga kami."
"Apapun yang menyangkut Metha menjadi urusanku sekarang."
Bella menghela napas kesal. "Jangan memaksa."
"Aku akan tetap mempertahankan Metha."
"Tolong jangan menambah masalahnya. Sekarang aku harus bawa dia pulang sebelum Mama sama Papa sampai rumah. Mana Metha? Atau pernikahan Metha dan Alan dipercepat."
Rehan mengerang frustasi dan mengajak Bella memasuki ruang tengah. Di sofa panjang itu Metha tertidur. Ucapan Rehan dini hari tadi tidak bisa membuatnya tidur hingga paginya. Setelah sarapan Metha mengantuk dan ketiduran saat menonton TV. Niat Rehan mengajaknya jalan-jalan batal, apalagi Bella sudah mau mengajak Metha pulang.
"Tha." Bella mengguncang bahu Metha pelan untuk membangunkannya. "Bangun, Tha."
Metha mengerang dan perlahan membuka matanya yang masih merah. Dia terkejut menemukan Bella duduk di sebelahnya. "Kok kakak di sini?"
"Kamu lupa? Aku sudah bilang, pulang sebelum Mama sama Papa pulang."
"Memang sekarang jam berapa sih?"
"Dua jam lagi Mama sama Papa sampai rumah. Ayo cepat."
Tanpa menunggu Metha yang masih mengumpulkan nyawanya, Bella berjalan menuju pintu keluar rumah Rehan. Dia mendengkus kesal saat melewati pemilik rumah itu. Sementara Metha berjalan menyusul Bella dengan keadaan setengah mengantuk. Perempuan itu memeluk Rehan saat sampai di teras.
"Aku pulang ya, Bang."
Baru saja Rehan ingin mencium bibirnya, Bella menekan klakson mobil dengan keras. Berkali-kali juga. Membuat Metha memberengut kesal dan segera masuk ke dalam mobil.
Rehan? Jangan ditanya lagi, kesalnya bukan main.
***
"Kamu tuh kalau pacaran kira-kira dong, Tha."
Bella masih saja mengomel saat mereka sampai rumah bahkan mengikuti Metha ke kamar.
"Kamu jangan main-main. Lagian kamu nggak takut hamil?"
Tubuh Metha mengejang dan terduduk kaku di sofa kamarnya. Tingkahnya itu membuat Bella mengerutkan dahinya.
"Jangan bilang kamu udah hamil sekarang."
Saat melihat Metha masih diam, Bella mengerang dan duduk di samping Metha.
"Tha! Kamu beneran hamil?" tanya Bella cemas.
"Nggak tahu."
Bella menarik tubuh Metha agar menghadapnya. Kali ini dia mulai panik. "Jangan bercanda kamu, Tha. Jawab yang bener!"
"Aku nggak yakin, Kak."
Wajah Bella memerah menahan amarah. "Hamil atau nggak?"
"Kemungkinan sih hamil."

KAMU SEDANG MEMBACA
fortunately love
RomanceRepost dengan isi cerita baru Masih tentang Metha Rehan. *** Pertemuannya kembali dengan cinta monyetnya membuat Metha lupa jika dia baru saja bertunangan dengan si Alan. Perjodohan bodoh itu terpaksa dilakukannya untuk mendapatkan hati ibunya, hing...