eps 23

214 15 1
                                    

Mata Bella memanas mengingat kembali masa lalunya dengan Alan. Semua makian Alan terhadapnya. Penolakan Alan. Bahkan pasca keguguran, Alan selalu menatap penuh kebencian kepadanya. Bella tidak bisa melupakannya hingga mereka benar-benar berpisah karena Alan kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan.

Hingga sekitar setengah tahun yang lalu, dia kembali dipertemukan dengan Alan. Saat itu Hardi mengajaknya makan siang bersama sang sahabat yang katanya sudah lama tidak bertemu. Sang sahabat baru membuka cabang perusahaan yang tempatnya tidak jauh dari perusahan Hardi.

Sahabat ayahnya adalah Galih Pranaja. Mata Bella terbelalak mengetahui Alan adalah anak dari sahabat ayahnya. Bahkan dia susah payah menelan salivanya saat mendapati Alan menatapnya dengan mata berbinar. Tapi Bella pura-pura tidak mengenalnya, membuat binar di mata Alan meredup.

Masa lalunya datang kembali. Sejak mereka bertemu lagi, Alan menemuinya diam-diam. Lelaki itu memohon maaf atas perbuatannya di masa lalu. Dia baru mengetahui kebenarannya setahun yang lalu saat dirinya bertemu dengan Rio. Tapi dia tidak menemukan keberadaan Bella. Di kesempatan kali ini, Alan mengatakan tidak akan melepaslan Bella.

Sakit hati? Tentu saja masih! Bella tidak begitu mudah memaafkan semua yang dilakukan lelaki itu. Setelah semua yang terjadi padanya dan ... calon anaknya.

Rencana tinggal rencana, Galih Pranaja dan Hardi malah membuat rencana lain, yaitu perjodohan antara Alan dan Metha. Membuat Bella tersenyum miris. Lagi-lagi Metha yang menjadi topik. Siapakah dirinya di hadapan orang tuanya?

Tidak, Bella tidak cemburu karena menyadari mungkin dirinya dan Alan tidak berjodoh. Tapi semua ini tentang keberadaannya di dalam Lesmana, keluarganya. Apa arti Bella Alisha Lesmana di mata Hardi dan Safira? Sampai kapan dia selalu di belakang Metha?

Bella juga masih mengingat jelas bagaimana Safira memintanya menggantikan Metha dalam perjodohan yang dibuat oleh sang ayah. Hanya untuk Metha yang kabur dari rumah. Dia hanya menghembuskan napas panjang dan tersenyum manis saat melihat ibunya datang. Waktu itu, Safira mengajaknya makan siang berdua di sebuah restoran. Mendengar ajakan itu, Bella girang bukan main. Sampai Bella membatalkan jadwal meeting sekaligus makan siang dengan klien. Ini pertama kalinya dia pergi bersama dengan Safira, hanya berdua. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Sudah lama, Sayang?" tanya Safira.

Senyum Bella semakin mengembang. Tidak masalah baginya menunggu lama, asal Safira sudah datang.

"Nggak lama kok, Ma. Kebetulan jadwal aku lagi kosong sampai sore kalau Mama masih pengen aku temani." Bohong besar. Bella sengaja mematikan ponselnya agar sekretarisnya tidak bisa menghubunginya. Dia tidak mau waktu bersama ibunya terganggu. "Mama mau pesan apa?"

"Mama mau makan Lasagna. Kata Metha, Lasagna di sini enak."

Deg. Bella memejamkan matanya sebentar sebelum tersenyum lagi pada Safira. "Oke, aku pesankan. Minumnya?"

"Air putih aja. Kata Metha, Mama harus banyak minum air putih."

Tangan Bella meremas kuat ujung taplak mejanya. Berusaha tetap memasang wajah penuh minat. "Benar. Air putih bagus."

Safira menyamankan posisi duduknya sambil menunggu pesanannya. "Jadi Mama mengajak kamu ke sini karena Mama mau minta tolong sama kamu, Bel."

fortunately loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang