Typo bilang ya jangan diem aja😭📚
Chapter ini gak rame? Aku hiatus sampe bulan Agustus. Makannya ramein yuk biar gk hiatus, jangan diem diem aja😭
_____HAPPY READING_____
Waktu terus bergulir mengganti hari menjadi minggu, minggu menjadi bulan, bulan menjadi tahun. Seorang gadis berusia sembilan belas tahun berjalan dilorong kampus dengan temannya.
"Nis, nanti anter aku ke toko kue ya." ucapnya.
"Gak bisa, Za. Aku harus pulang cepet, ada keperluan keluarga. Maaf ya gak bisa anter kamu," Balas Nisa tak enak.
Mereka berdua dipertemukan kembali di bangku perkuliahan, mereka berkuliah di kampus yang sama namun, jurusan mereka berbeda.
"Hmm, gak papa, Nis. Aku sendiri aja," ucap Hafidzah.
"Maaf ya gak bisa anter kamu."
Sejak boyong dari pondok satu tahun lalu, Hafidzah dan Nisa belum bisa bertemu kembali dengan Alma. Bahkan Alma sulit dihubungi dalam sebulan ini, mereka sangat khawatir dengan keadaan temannya itu.
Dari arah berlawanan, seorang pria jangkung dengan style formal berjalan tergesa gesa menuju ruangannya. Ia terus melihat jam ditangannya yang sudah menunjukkan pukul 09.50, kelasnya akan dimulai dalam waktu 10 menit lagi.
Stevan Winata- dosen yang terkenal dingin dikalangan mahasiswanya. Karena wajah tampannya, tak sedikit mahasiswi yang mencoba mendekatinya. Umurnya memang sudah menginjak 26 tahun, namun ia masih betah dengan status lajangnya.
Setelah mengambil buku materi di ruangannya, ia segera bergegas menuju kelasnya. Sialnya ia telat 15 menit, padahal ia sangat membenci keterlambatan. Bahkan ia tak tanggung-tanggung menghukum mahasiswanya yang terlambat, walau hanya semenit.
"Selamat siang, semua." sapanya dengan wajah dingin yang selalu ia tampilkan.
"Siang, pak." jawab mahasiswa serentak.
Seorang mahasiswi yang duduk di depan pojok kanan tiba-tiba mengacungkan tangannya. Ah mahasiswi yang satu itu memang cukup berani berhadapan dengan Stevan. "Pak?"
"Ya?" sahutnya.
"Bapak telat 15 menit," ucapnya singkat membuat kegiatan Stevan yang sedang mengotak-atik laptop terhenti.
Stevan langsung menutup laptopnya, lalu keluar. "Hari ini kelas saya ditiadakan," ucapnya sebelum lenyap di balik pintu.
Sorak heboh dari mahasiswa memenuhi kelas, begitu juga dengan Hafidzah yang tidak percaya dengan tanggapan Stevan atas ucapannya.
Berhubung tidak ada kelas lain, Hafidzah bergegas pulang. Ia berdiri di halte bus sendiri seraya memainkan gawaynya. Tanpa ia sadari sebuah mobil berhenti didepannya.
Tin tin tin
"Astaghfirullah, ngagetin aja. Siapa sih?" gumamnya pelan.
Pengendara mobil itu menurunkan kaca mobilnya lalu melepas kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Hafidzah sedikit kaget melihat siapa si pengendara mobil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gus
Teen FictionSkenario Alloh jauh lebih indah, dari pada skenario makhluk nya. -_My Gus [HARAP FOLLOW AKUN AUTHOR DULU]