Otw Ponpes

4.1K 296 8
                                    

Assalamualaikum readers
Maaf baru update hee
Cus ae ke ceritanya yah
Selamat membaca💙

________________________

Hafidzah masih cemberut di dalam mobil yang berisi empat orang yaitu abah Umar, umi Farida, Gus Fikri dan dirinya. Gadis itu kesal dengan mama dan papanya karena tidak bisa mengantarkannya balik ke pondok setelah libur.

Sebelum berangkat, Hafidzah sempat nangis bombay dipelukan sang mama disaksikan langsung oleh sang kiyai pondok sekaligus Sang putra mahkotanya.

"Mama, Iza pengen dianterin mama sama papa, hiks hiks."

"Tapi mama sama papa ada urusan di Cimahi, kamu berangkat bareng sama gus Fikri aja." Lalu dinda mencium puncak kepala anak semata wayangnya itu.

"Mama, bisa besok atau lusa ke Cimahinya." Hafidzah merengut.

"Tapi ada yang harus mama sana papa urus disana, lagi pula gak bakal sempet kalo nganter kamu dulu ke pesantren. Jawa timur itu jauh, sayang."

"Mama lebih mentingin perkebunan sama restoran ketimbang Iza anaknya, hiks."Hafidzah semakin mengeratkan pelukannya.

Sedangkan Gus Fikri menye-menye menirukan Hafidzah dibelakang abahnya, lelaki itu gereget dengan kelakuan gadis di depannya.

"Ayoklah Za, nggak usah manja kayak gitu. Kasian om Malik sama tante Dinda kalo harus nganterin kamu ke pondok, dikira bandung-Jawa timur itu deket." ujar Fikri mendapat senggolan dari Farida yang menyuruh diam.

"Tapikan bener mi, yakan tante?" bela Fikri saat mendapat tatapan tajam Farida dan Omar. Lelaki itu pun terdiam.

"Iya, kata Fikri. Kamu udah gede, jangan manja." ucap Dinda.

"Mama."

"Minggu depan papa sama mama bakal jenguk kamu ke pondok deh, gimana?" Malik menyuarakan suaranya.

"Janji?" Ia merenggangkan pelukan pada sang mama, lalu metatap Malik dengan tatapan mengintimidasi.

"Iyah janji. Sekarang berangkat gih bareng abah, yah?"

Hafidzah mengangguk lalu menarik kopernya dan mencium kedua orang tuanya. Berat rasanya ia meninggalkan mereka, tapi bagaimana lagi kewajiban tholabul ilmi sedang menantinya.

"Pak kiyai yang terhormat, nitip anak manja ini. Kalo nakal ceburin aja ke kali, gak usah sungkan buat ta'zir dia." ucap Malik kepada sahabatnya itu dibalas kekehan oleh Omar.

"Tenang aja, anak gadis mu ini nggak nakal. Tapi waktu kecil nakalnya minta ampun, " mendengar ucapan Omar mereka terkekeh mengingat bagaimana Hafidzah kecil yang amat nakal nan polos.

Hafidzah jadi malu sendiri mengingat masa itu dimana ia masih bocah, sungguh abah umar mengingatkatnya pada sebuah kejadian.

Flash back on

Seorang gadis kecil sedang berlari lari menyusuri kampung, hingga ia terhenti di sebuah rumah yang terdapat buah jambu di halamanya.

"Mang mamat, Zaza minta jambunya yah." teriak gadis kecil itu.

"Silahkan neng, nanti saya ambil galahnya dulu."

"Gak usah mang, biar Zaza ambil sendili aja."

"Jangan nanti neng jatuh, tunggu sebentar yah, mang mamat gak bakal lama kok cuman ambil galah di belakang aja." ucap mang mamat bebrlalu pergi ke belakang.

Gadis berusia 5 tahun itu memang tak sabaran, ia nekat memanjat pohon jambu itu. Ia memetik beberapa jambu yang ia inginkan. Saat ia akan turun bajunya tersangkut pada ranting kering, ia pun kehilangan keseimbangan lalu terjatuh.

My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang