TYPO BILANG
_____HAPPY READING_____
Jarum jam sudah menunjukan pukul 15.45 setelah melaksanakan shalat ashar Hafidzah dan teman-temannya kembali memasuki mall. Mereka hanya berkeliling tanpa ada niat membeli sebuah barang. Begitulah anak zaman sekarang, mereka ke mall hanya berkeliling untuk mencuci mata.
Sheila berlari menuju gantungan baju. "Wuah. Cantik banget," soraknya sambil memilih-milih baju.
"Yang ini cocok buat kamu, Shel." ucap Nisa. menunjuk salah satu baju yang tergantung.
"Ututu cantik bangett, tapi sayang gada duit." ujar Sheila.
"Gua harus cari gula dady dulu," canda Sheila diiringi tawa ringan.
Nisa menoyor kepala Sheila gemas. "Istigfar Shel, gula dedy tuh enggak baik."
"Astagfirulloh, maafkan hamba ya tuhan." ucapnya mengusap dada.
"Heh! Kamu kan nonis?"
"Astagfirulloh, kenapa gua istighfar." hebohnya kembali beristigfar.
"Toleran lo udah kuat banget," Nisa menepuk-nepuk punggung Sheila.
Kedua temannya ini selalu membuat Hafidzah tersenyum dengan tingkahnya, Nisa juga jadi lebih aktif dibanding dengan dulu saat masih pondok. Sosok Nisa yang jarang bicara, kini telah berubah menjadi lebih cerewet.
Hafidzah sangat menyayangi kedua temannya itu, walau mereka berbeda tetapi mereka tetap bersama. Mereka akan saling melengkapi, selalu ada untuk sesama. Indahnya toleransi diantara ke tiganya.
Ah, Hafidzah jadi mengingat teman-teman di ponpesnya dulu. Apalagi dengan sosok Alma, sudah sangat lama tidak bisa di hubungi. Ia sudah sangat merinduka teman seperjuangannya itu.
Alma apa kabar? Semoga ia baik-baik saja bersama ustadz Fikar. Ia yakin, Ustadz Fikar pasti menjaga Alma dengan baik dan sepenuh hati.
Alma
Alma apa kabar?
Aku rindu banget tau, pengen banget balik lagi ke zaman di pondok dulu. Dulu kita nakal banget ya waktu di pondok, kita sering bolos salat berjama'ah. Berdosa banget gak sih
Moga kita bisa kumpul lagi kayak dulu ya.
Hafidzah mengirim sebuah pesan kepada Alma untuk mengobati rasa rindunya, walau ia tau pasti tidak akan medapat balasan dari Alma.
"Hafidzah, sini!" Sheila menarik lengan Hafidzah, ia membawanya ke dalam kamar pas.
"Ini cobain," Sheila menyodorkan satu style baju yang menurutnya cocok untuk seorang Hafidzah, ia pun egera keluar dari kamar pas.
Hafidzah mencoba pakaian yang Sheila berikan.
"Udah belum, Zah?"
Hafidzah keluar menggunakan pakaian yang Sheila pilih, Nisa dan Sheila menatap Hafidzah dari atas sampai bawah. Sheila bertepuk tangan pelan, begitu pula dengan Nisa yang memuji Hafidzah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gus
Teen FictionSkenario Alloh jauh lebih indah, dari pada skenario makhluk nya. -_My Gus [HARAP FOLLOW AKUN AUTHOR DULU]