Hari H

2.6K 176 20
                                    

TYPO BILANG ❗📚

_____HAPPY READING____

Hafidzah sudah siap dengan riasan dan gaun pengantin yang membaluti tubuh mungilnya, ia memandangi pantulan wajahnya yang nampak berbeda. Ini baru pertama kalinya ia memakai make up setebal ini, biasanya ia hanya menggunakan bedak bayi dan lipbam saja.

Di sampingnya ada Nisa dan Sheila yang terus menemaninya sejak lusa lalu, mereka memutuskan tidak pulang dan membolos kuliah. Hafidzah mengomeli mereka berdua karena tiga hari berturut-turut mereka membolos.

"Cantik banget ratunya Fikri," puji Sheila membenarkan kerudung Hafidzah.

"Gus Fikri pasti terpesona banget ini mah, Zah." timpal Nisa.

"Anyway, gua enggak sabar pengen liat calon suami lo. Dia ganteng enggak?"

"Idaman santriwati sepesantren, ya pasti ganteng lah." balas Nisa, ia terkekeh mengingat jika dirinya juga pernah terobsesi dengan Gusnya itu.

"Ganteng dari mana, orang nyebelin gitu." sahut Hafidzah.

Sheila memicingkan matanya. "Lo jangan bilang gitu, sebentar lagi dia bakal jadi suami lo. Gua yakin setelah nikah, lo bakal nempel banget, paling sering melejit."

"Aku bukan cewe yang gampang meleyot," ucap Hafidzah.

"Dih," cibir Sheila.

Hafidzah meraih tangan kedua sahabatnya, ia menggenggamnya erat. "Deg-degan banget, Nis, Shel" ucap Hafidzah

"Tenang, Za, bismillahin aja." sahut Nisa diangguki Sheila.

Waktu bergulir sangat lama, Hafidzah semakin gelisah dikala sang mempelai pria yang tak lain Gus Fikri tidak kunjung datang. Keringat dingin semakin mengguyur badannya, hatinya juga tak tenang. Firasat-firasat buruk bergentayangan dibenaknya.

"Nis, ini udah jam berapa? Kok rombongan Gus Fikri belum datang-datang," tanya Hafidzah. Raut wajahnya menandakan kegelisahan.

Nisa melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Baru jam sembilan, Zah, kamu tenang dulu ya. Mungkin kena macet," balas Nisa. Ia juga merasakan apa yang dirasakan temannya itu.

Seharusnya rombongan Gus Fikri sudah sampai tiga puluh menit yang lalu di gedung ini, tapi sampai sekarang pun rombongan belum juga sampai.

Di luar sana, Malik dan Dinda mondar-mandir menunggu kedatangan Gus Fikri dan rombongan. Para tamu undangan juga sudah menunggu sangat lama.

"Gimana diangkat gak telponnya?" tanya Dinda pada Malik.

Malik menggeleng pelan. "Enggak mah, tenang dulu ya kita tunggu sebentar lagi." ucap Malik meyakinkan Dinda.

Tiba-tiba seseorang berlari menghampiri Malik dan Dinda, nafasnya memburu karena berlari dari luar gedung.

"Rombongan udah datang?" tanya Malik sumringah.

"Ka-kabar buruk, pa." ucapnya terbata.

"APA?"

"Terjadi kecelakaan di jalur yang dilewati rombongan pengantin pria, semoga itu bukan mereka." ujarnya, tubuh Dinda terkulai lemas saat mendengar berita yang mengejutkan itu. Ia takut jika kecelakaan itu menimpa Fikri.

Begitu juga dengan Hafidzah yang baru saja datang, ia ambruk dan menangis histeris. Sheila dan Nisa segera menghampiri Hafidzah, mereka berusaha menenangkan temannya itu.

"Tenang dulu, Zah, itu belum tentu gus Fikri." ujar Nisa.

Disaat kondisi sedang tidak kondusif, ponsel yang di pegang Malik berdering.

My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang