Antara Pak Stevan dan Gus Fikri

1.7K 151 7
                                    

TYPO BILANG📚

_____HAPPY READING_____


Hafidzah membaringkan tubuhnya di atas kasur, ia menatap langit-langit kamarnya. Rasi bintang taurus menghiasi langit kamarnya, ia mencoba menggapai gawaynya yang berada tepat di atas nakas.

Ia bersandar pada kepala ranjang seraya memainkan gawaynya, ia berselancar di laman sosmed beberapa menit. Setelah itu ia beralih pada dua buah surat di atas meja riasnya. Ia membuka amplop berwarna hitam, terdapat kertas bertuliskan 'jangan mentang mentang papa mu deket sama pengasuh pesantren. Lo seenaknya deket sama anaknya!'

Hafidzah membaca tulisan itu pelan, ia menutup mata memikirkan siapa si pengirim surat tersebut. Sampai saat ini ia belum tahu siapa yang mengirim surat itu padanya. Sebelumnya ia tak pernah cerita tentang surat-surat yang ia terima ini.

King!

Sebuah notip masuk, ia segera membuka ponselnya. Tertera dua nama yang mengirim pesan padanya, Hafidzah membuka pesan dari Fikri terlebih dahulu.

Kak Adit/Gus Fikri

Kemarin

Assalamualaikum, Za. Orang tua kamu ada di rumah? Saya mau main ke rumah kamu.

Hari ini

Wa alaikum salam, ada. Kakak lagi di Bandung?
send.

Iya

Setelah membalas pesan dari Fikri, Hafidzah membuka pesan dari dosennya. Siapa lagi kalo bukan Pak Stevan.

Bapak Dosen

zah, ke taman sekarang!

nanti aja abis ashar

kamu gk patuh sama dosen?

bapak kok gitu?

ke taman sekarang!

bapa kok maksa

ponakan saya nangis pengen maen sma kamu, cepetan saya gak bisa nenangin bocil.
cepet  saya malu diliatin banyak orang!

iya pak saya kesana
send

Hafidzah menyimpan surat yang ada di tangannya asal, ia segera menyambar tas selempang yang menggantung di balik pintu. Ia berjalan cepat menuruni setiap anak tangga di rumahnya, hampir saja ia terpeleset karena suara Dinda menganggetkannya.

"Kamu mau kemana? Buru-buru amat," tegur Dinda, membawa setumpuk jemuran yang baru saja ia angkat.

"Ke taman bentar ma, assalamualaikum." pamitnya mencium tangan sang mama sesampainya di bawah.

Dinda geleng-geleng kepala melihat anaknya. "Wa'alaikumsalam."

.....

Hafidzah mengusap pelipisnya yang berkeringat, berlari dari rumah sampai ketaman cukup membuatnya lelah. Ia mendudukan dirinya di sebuah bangku, netranya menyisir ke penjuru taman mencari keberadaan Stevan.

My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang